#3

15 5 0
                                    

Disclaimer

Cerita ini dibuat secara fiktif. Tidak ada sangkut paut dengan dunia luar. Tolong untuk tidak membawa karakter cerita ini ke dalam dunia nyata. Kesamaan nama, tokoh, tempat, adalah hal yang wajar dan tentu nya tidak ada sangkut paut dari pihak manapun.

...

Di tengah lautan keramaian sebuah acara pembukaan Brand Cosmetics ternama di salah satu mall terbesar Jakarta, empat orang dengan pakaian santai nampak ikut bergabung dalam acara tersebut.

Ke-empatnya menatap fokus ke depan menunggu pembawa acara menyelesaikan ucapannya, sorak-sorai nampak bergemuruh ketika wanita dengan senyuman merekah dan cetakan lesung pipi yang nampak manis itu mulai berdiri di atas panggung.

Berkata satu-dua patah kata sambutan, lalu pembawa acara kembali mengambil bagian nya berbicara kembali, nadanya naik sedikit untuk membangkitkan semangat para pengunjung dan mulai bertanya beberapa hal kepada wanita dalam balutan baju casual bermotif kotak-kotak yang senada dengan rok.

"Oh, jadi itu perempuan incaran tuan muda? Bukan main seleranya." Salah satu pria bermarga Hwang dengan wajah tampan dan tahilalat di bawah mata membuka suara.

Lalu, perempuan bermarga Hwang pula membalas celotehan saudara kembar nya dengan terkekeh.

"Aduh Archel, kamu ini seperti baru mengetahui Tuan Muda barang sehari-dua hari. Dia selalu menyukai hal dengan kualitas terbaik, apalagi urusan wanita tentu saja seleranya setinggi langit. Tapi lupakan, aku tidak tertarik dengan wanita pilihan Tuan Muda. Aku lebih tertarik dengan koleksi cosmetics branded keluaran terbaik miliknya," Celoteh adik kembar Archel bernama Chelsea.

Jemari lentik sang wanita itu memegang pita berwarna pink beserta sebuah gunting, lalu menggunting pita tersebut sebagai tanda peresmian telah dilaksanakan.

Sorak sorai semakin menggemuruh bersamaan dengan rombongan orang-orang yang mulai menyerbu salah satu toko cosmetics di mall yang baru saja di resmikan itu.

Wanita cantik itu turun dari panggung dan berjalan menuju backstage di temani beberapa orang yang memuji progres kerjanya hingga punggung wanita itu hilang di telan kejauhan.

Wajah Chelsea antusias, langkah kakinya sudah mantap untuk menyusul rombongan orang-orang yang berebut barang untuk kecantikan tersebut, tapi tangan Archel menahan niat sang adik.

"Archel lepaskan, astaga. Bram, bolehkan aku membeli kosmetik itu? Tidak memakan waktu yang lama, kok. Aku janji," Chelsea menyodorkan jari kelingking nya ke hadapan Bram dan kini dia dengan mata mengerjap-ejap memohon kebaikan hati Bram.

"Tidak Chelsea, kita disini untuk menjalankan rencana, bukan menemani mu belanja." Bram menjawab wanita itu dengan tatapan tajam.

"Hufttt... Lama-lama kau menyebalkan seperti Archel, Bram. Kalian memang tidak peduli soal penampilan ku."

"Bram, kapan kita bergerak?" tanya pria di sebelah Archel yang sedari tadi menolak bergabung dalam pertengkaran dua anak kembar itu.

"Sekarang Reyno. Nah, ini saatnya Hwang kembar untuk mengambil ID Card milik petugas agar kami dapat masuk ke ruang wanita itu," titah pria yang sejak tadi di panggil Bram.

"Ketat sekali penjagaan wanita itu, heh?" kejut Archel.

"Dia adalah anak calon Presiden yang di juluki 'Si Baik Hati'. Tentunya penjagaannya di perketat," Reyno menjawab sembari memastikan keadaan.

Di dalam sana memanglah ramai, tetapi tak ada yang peduli satu sama lain. Mereka hanya peduli dengan barang yang akan mereka beli.

"Sudahlah, jangan terlalu lama Archel. aku ingin segera membeli kosmetik itu atau akan ku penggal leher mu dengan samurai kalau aku sampai kehabisan. Oh ya, Dalam waktu lima menit, ID Card itu sudah ada di tangan mu, Bram"

Chelsea menarik tangan Archel dengan gemas, mereka mulai menjalankan aksi. Fokus mata Hwang bersaudara itu menajam untuk mencari letak ruang tempat istirahat wanita yang akan mereka bawa itu di antara lorong mall yang di penuhi lalu lalang orang-orang.

Satu menit sudah berlalu dan senyum mereka tercetak, Chelsea menepuk-nepuk bahu Archel sebagai sinyal untuk memulai aksi lebih dulu.

Kaki Archel melangkah dengan santai, dengan sengaja ia mendekati dua penjaga berkaca mata hitam yang langsung menjegal Archel di depan pintu.

"Maaf Tuan, boleh saya bertanya?"

"Ada urusan apa?"

"Adikku mendadak ingin buang air besar, ia daritadi mengeluarkan angin yang sangat bau. Dimana letak toilet, Tuan?"

Ucapan Archel sontak membuat Chelsea melotot menatap nya penuh amarah, Archel hanya memberi kode di mata nya, seolah bilang 'Lakukan akting mu atau kita gagal?'

"Aaaah, sakit perut! Cepat dimana letak toilet nya?" Wanita itu berteriak sembari memegang perut nya.

Archel yang tidak sabaran mulai menerobos masuk ke dalam.

Dua penjaga itu merapatkan penjagaan, Archel geram, ia pun mencoba menerobos masuk tapi tubuhnya di tahan paksa oleh sang penjaga.

ID Card yang tergantung di lehernya menjuntai tanpa perlindungan, itu celah untuk Chelsea, jemarinya mengambil pisau lipat yang ia sembunyikan di dalam band high heels miliknya.

Kakinya berjalan gontai berpura-pura sakit lalu menuju si penjaga yang fokus menghalau Archel.

Dan...

Srettt!!

Dengan satu gerakan cepat ID Card itu sudah berada di tangan Chelsea, kakinya langsung melangkah santai menemui Bram yang menunggu di ujung lorong.

"Luar biasa sekali bukan? Hanya dalam tiga menit aku sudah mendapatkan ID Card ini Bram. Oh ya, jangan ganggu aku belanja."

Bram hanya tersenyum kecil melihat tingkah Chelsea yang memang suka se-enaknya.

Di sisi lain Reyno berdiri tenang di depan toilet, salah seorang bodyguard masuk. Tangan gesit Reyno memukul tengkuk bodyguard yang lengah dengan sapu yang entah dari mana ia dapatkan.

Reyno masuk kedalam toilet, menguncinya rapat-rapat dan melepas seluruh baju bodyguard itu hingga tersisa celana boxer bermotif hati.

Ia keluar dan memberikan Bram baju tersebut untuk penyamaran.

"Hanya ukuran ini yang kau miliki?" tanya Bram tidak percaya dengan ukuran yang di bawah ukuran badan nya.

"Apa yang kau harapkan dari baju bau milik bodyguard murahan itu?"

"Astaga Reyno sialan, baju ini bahkan akan mencetak jelas tubuhku."

"Tidak apa-apa, kau akan terlihat lebih sexy dan maco."

"Ini alasan terkadang aku membenci mu Rey."

Reyno mengibaskan tangan tidak peduli dan Bram melangkah dengan bersungut-sungut. Akhirnya dia hanya mengenakan jas pemberian Reyno saja, membuang sisanya sembarang arah.

Klik!!

Pintu ruangan yang berisi wanita itu terbuka, menunjukkan wanita cantik yang tengah melepas anting berwarna silver dengan ukiran bunga kecil manis yang menjuntai di telinga.

"Ada apa tuan bodyguard? Ini belum jam pulang jadi anda tidak perlu kesini."

Bram mematikan lampu membuat wanita itu terkejut dan reflek berdiri. Tetapi naas, mulut nya telah dibungkam dengan tangan Reyno. Dalam kegelapan, Bram mencari sebuah suntikkan yang telah ia siapkan dan akan membuat wanita itu pingsan. Seketika, Bram langsung menyuntikkan cairan bius itu di tangan nya, lalu wanita itu tak sadarkan diri.

TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang