delapan

427 110 17
                                    

at the end

delapan: campur aduk




Entah kenapa, Chan pikir ada yang aneh.




Sadar atau tidak sadar, Chan pikir hanya dia saja yang menghindar dari Chihoon. Namun nampaknya, perasaan itu adalah mutual. Mereka saling menghindari.




Chan buktikan itu saat mereka berada di kelas gabungan. Mau tidak mau mereka harus membahas projek, baru saja Chan menguatkan diri untuk berbicara kembali dengan Chihoon.




Tapi begitu ia memanggil nama yang lebih tua, Chihoon menoleh sebentar, menghindari mata lalu berbicara




"maaf, aku harus ke suatu tempat. Kirim pesan saja,"




dan pergi meninggalkan Chan yang berdiri mematung, bersama teman-temannya juga teman-teman Chihoon yang kebingungan.




"kalian berkelahi?" tanya Hyunsuk dengan wajah kesalnya.



Chan menoleh, menunduk sedikit sebelum mengusap tengkuknya.




"uhh, tidak hanya--"




Hyunsuk menghela napas, "apapun itu selesaikan secepatnya, aku tidak tahan melihat kalian saling lirik tanpa mau bicara," ujar Hyunsuk lalu menarik tangan Yeosang untuk pergi meninggalkan Chan dan sahabatnya.




Chan menghela napas. Tepukan pelan menenengkan diberika oleh sahabatnya.



"dia benar. Apapun itu selesaikan secepatnya, bukan hanya demi hubungan baik tapi juga demi projek dan nilaimu,"



.
.
.



Chihoon menghela napas.




"Chihoon?"




Chihoon menoleh dan tersenyum begitu melihat sosok perempuan di hadapannya.



Masih terlihat cantik walaupun kulit mengerut seiring bertambahnya usia.




Chihoon hanya dapat tersenyum begitu melihat raut khawatir dari yang lebih tua. Hanya saja Chihoon tidak pedulikan dan kembali melakukan acara menyuap sang nenek.





"ada apa?" tanya nenek




Chihoon hanya menggeleng. Lalu kembali menyuap bubur yang dibalas gelengan dari sang nenek.




"ceritakan padaku, lalu aku akan makan,"




Chihoon menatap sang nenek dengan khawatir lalu mau tak mau, ia menaruh mangkuk dan menggenggam tangannya erat.




"nek, apa yang terjadi jika soulmate saling menolak?"



.
.
.



Chan menatap langit-langit kamarnya. Perasaannya campur aduk, pikirannya benar-benar kalut.




Sebenarnya, dari mana permasalahan ini berasal?




Dari pertanyaan Chihoon? Atau dari dirinya sendiri yang seakan menolak kenyataan.




Bukan. Chan bukan menolak.




Pemuda Cho itu belum siap.



Ia belum siap menghadapi semua yang terjadi dalam dunia yang kau sebut soulmate itu.




Satu pasangan seumur hidup?




Bagaimana kalau Chan tidak bisa mencintai soulmate-nya? Atau bahkan sebaliknya?





Lalu, kau pasti akan menikah. Menikahi soulmate-mu tentu saja.




Bagaimana kau bisa bahagia menikahi orang yang tidak kau cintai?



Tapi...




Apakah Chan tidak akan mencintai Chihoon?



Atau sebaliknya, Chan akan mencintai Chihoon tapi tidak dengan Chihoon.





"aaaaaah!"




Chan mengacak rambutnya dengan geram. Pikiran-pikiran itu terus menghantuinya.



Ia tidak mau jika suatu saat ia akan mati bukan karena tua bersama soulmate-nya.



Tapi mati karena soulmate tidak membalas perasaannya.



.
.
.



Ting tong



Chan membuka mata begitu mendengar suara bel pintu.




Astaga, sudah berapa lama ia tertidur?




Maka dengan mata berat dan sedikit pusing, Chan berjalan gontai seiring dengan bunyi bel pintu sekali lagi.




Ceklek





"ya--oh.."






"Chanhyuk.."





"ayo bicara,"




at the end

tbd

[✔️] at the end ; chanhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang