Akupun asik minum kopi, menghisap rokok sambil bermain game. Tak kuhiraukan lagi lalu-lalang jalanan dan hilir mudik orang yg membeli jajanan di sekitarku. Tak ku hiraukan pula sejumlah orang yg di sebelahku.
Tak terasa sudah jam 23.00 lebih.Suasana terasa mulai lengang. Orang hilir mudik yg membeli jajanan mulai sepi. Para penjual makanan sudah merapikan dagangannya. Akupun berkemas hendak melanjutkan perjalanan pulang. Kukenakan lagi jaket kulitku yg sudah lusuh. Kuraih helm yg kuletakkan di lantai. Lalu bergegas meraih stang Yamaha Vixionku dan menhidupkannya. Beberapa detik sebelum kupacu motorku, aku melihat orang bertubuh kecil yg ketakutan ketika aku bermaksud meminjam korek api tadi, ternyata masih berdiri di tempat semula. Hanya empat langkah dari tempat dudukku tadi. Sendirian dan terlihat kebingungan. Sesekali ia terbatuk.
"Sendirian? Lagi nunggu jemputan?" tanyaku. Lagi-lagi ia gelagapan saat kutanya. "OhEh... Iya bang," jwbnya gugup. Aku menangkap nada ketakutan. Apa aku terlihat menakutkan di mata bocah ini?
Apa aku terlihat mirip preman dgn kostum serba hitam ini?
Lalu bakat isengku mendadak muncul. Aku sengaja turun dari motor dan melangkah mendekatinya. "Kamu sendirian? Udah tengah malam loh. Di sini rawan, banyak tindak kriminal," kataku dgn aksen tegas dan menakut-nakuti.
Benar saja. Ia makin terlihat gugup dan takut saat kudekati. Berulangkali ia menghubungi seseorang namun sepertinya orang yg dihubunginya tidak aktif atau mungkin tidak di angkat. "Gak apa apa bang. Bentar lagi teman aku datang," katanya gelagapan. Ia sprti ingin mengatakan kepadaku: Jangan ganggu aku, mohon.
"Memangnya darimana dan mau kemana," kataku dgn aksen yg kini lebih bersahabat. Karena aku tiba2 merasa kasian.
"Dari Bekasi bang. Mau ke.rmh temen di daerah sini" jawabnya lebih tenang. Lagi2 ia mencoba menelepon tp tak diangkat atau tak ada jawaban apapun. "udah nyambung?" tanyaku lagi. Entah kenapa aku mendadak peduli padanya. "Belum bang," jwbnya gelisah.
Karena hampir jam 12 malam, aku bermaksud pulang saja. Kutawarkan tumpangan ke dia karema rumahku searah dgn daerah Bekasi. Aku di daerah Jakarta Timir. Setidaknya dari rumahku ke Bekasi tidak terlalu jauh daripada telantar sendirian di pinggir jalan.
"Enggak bang... bentar lagi temenku datang," jawabnya ketika ku tawarkan tumpangan. Terlihat ragu-ragu.
"Okelah klo begitu. Saya duluan," kataku sambil perlahan menjalankan motor. Toh dia bukan adek atau sodara gue. Ngapain juga gue repot2 ngurusin orang. Ngapain peduli ma dia. Kira2 begitu kataku dalam hati. Tiba-tiba:
"Bang....." dia memanggil sambil tetgopoh2 mendekati motorku. "Ya udah, Naik," perintahku singkat. Detik berikuitnya kupacu motorku dgn kecepatan tinggi karena jalanan lengang.bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencandu Racun
Short StoryKisah nyata. Modifikasi nama dan waktu untuk kepentingan alur cerita. WARNING Hanya utk dibaca 21 Th ke atas. Mengandung konten KEKERASAN,pornografi dan LGBT. Silahkan sharing/bertanya setelah episode terakhir selesai.