Aku berusaha keras membuang pikiran seronok jauh sekali. Agar bisa mengendalikan gairahku dgn seorang pemuda kecil dan tampak aneh ini. Tapi makin ku berusaha, makin aku tak kuasa. Tangan kirinya terus menggenggam penisku dgn lembut bersama dgn pijatan dan sentuhan yg membuat seluruh hasratku turun naik. Sementara tangan kanannya tak berhenti meraba dan menekan perutku. Hasratku benar2 dipermainkan. Setiap penisku mengeras tegang dan siap memuntahkan lahar hangatnya, saat itupula dia melayangkan tinju ke perutku. Aksi itu terus menerus berulang dan membuatku badanku menggelepar seolah memohon hentikan dan tuntaskan.
Otakku seperti kebingungan utk memerintahkan rasa sakit ata rasa nikmat yg aku terima. Atau rasa keduanya dlm waktu yg bersamaan? Rasa macam apa itu.
Arhhhhh.... Urgh...... satu tonjokan cukup kuat mendarat di perutku saat air maniku sudah berada di ujung siap keluar. Aku menggelinjang menahan nyeri merasuk ke organ dalam, sementara penisku spontan melemas kembali. Kali ini aku bemar benar murka. Ingin ku tendang saja mukanya dan mengatakan, Anjing! selesaikan! Tp tentu saja hal itu hanya kusimpan dalam hati karena nyatanya detik berikutnya dia melakukan aksi yg sama, memijat lembut. Aku dibuat lagi-lagi tak berdaya.Hingga akhirnya pertahananku jebol juga. Lahar hangat menyembur kuat melambung tinggi ke atas berbarengan dgn satu sodokan sikut tangan kanannya ke perutku.
Aaarghhhhh.... aku mengerang panjang antara rasa sakit dan rasa nikmat. Sensasi yg benar benar baru pertama kurasakan.
Badanku langsung melemas. Seperti habis berlari puluhan kilometer tanpa henti. Aku terdiam dan memikirkan apa yg baru saja ku alami. Sementara Tri mengelap air maniku sendiri yg jatuh dan tercecer di atas dada dan perutku. Aku tiba2 membenci diriku sendiri. Membenci Tri. Sehina inikah aku, seorang suami dari istri tercintaku sekaligus seorang ayah dari anakku, melakukan hal memalukan dan menyia-nyiakan kelelakianku? Aku berdosa. Aku telah melakukan zina meski tak ada satu bagian tubuhpun yg masuk ke dalam tubuh oranglain. Ini dosa. Ya Tuhan, ampunilah. Lama aku termenung tak bergerak di atas tikar. Lalu kemudian aku pun ter tidur telentang bertelanjang dada seperti pasrah menerima akibat dari perbuatanku.bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencandu Racun
Historia CortaKisah nyata. Modifikasi nama dan waktu untuk kepentingan alur cerita. WARNING Hanya utk dibaca 21 Th ke atas. Mengandung konten KEKERASAN,pornografi dan LGBT. Silahkan sharing/bertanya setelah episode terakhir selesai.