MENCANDU RACUN 11

3.4K 27 4
                                    

"Lu jadi kayak autis. Suka menyendiri melototin hape. Lagi berantem sama istri atau selingkuhan nih" tanya seorang sobatku, Yono, seraya tergopoh-gopoh menenteng segelas kopi lalu mendekat ke arahku yg sedang asik mainin hp di pojok warung tempatku bekerja.

Cepat-cepat kututup layar ponselku. Aku menggeserkan badan karena ia mau duduk di sampingku. "Gimana hubungan lu dgn Diana. Sukses? kenyang dong lu" ia nyerocos tanpa dosa. "Akh, emang setaan lu" umpatku

Diana adalah perempuan bersuami yg menaruh hati padaku. Kantornya persis berada di seberang kantorku. Parasnya cantik, kulit putih, postur tubuh proporsional, gayanya fashionable elegan. Busananya sllu bermerk. Berusia dua tahun di atasku. Sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, namun belum dikaruniai anak. Seringkali ia mengajak jalan bareng utk sekedar makan dan nonton.

Pernah sekali ikuti ajakannya, namun setelah itu aku selalu menolak. Diana jelas bukan levelku secara isi kantong. Status sosialnya jauh lebih tinggi. "Aku suka kamu, abi. Kamu beda. Kamu bukan saja memiliki pesona, tp ada sesuatu yg bikin aku tertarik sama kamu" begitu kata Diana ketika kami makan bareng di sebuah resto di sebuah mal Jakarta Selatan.
Meski dia yg tanggung semua, namun, sebagai lelaki aku merasa tak berharga jika makan saja dibayari perempuan, istri oranglain.

Akupun tak pernah berani jika diajak lebih dari itu. Misalnya menginap di hotel. Meski tidak ngomong secara verbal, tp Diana selalu memberi kode kalau ia ingin tidur denganku.
Diana sebenarnya baik dan dermawan, mungkin ke setiap orang. Sudah berapa banyak ia mengirimku rupa-rupa hadiah yg selalu dititip di satpam kantorku. Di sinilah awalnya kenapa semua orang di tempatku bekerja mengira kalau aku dan diana punya hubungan khusus.

Aku tersenyum kecut. Aku kesampingkan dulu bayangan dan cerita tentang Diana. Tidak cukup menarik. Karena di luar sana, berjuta kisah yg sama sering kita dengar.

Aku skrg punya hobi baru. Membuka dan menjelajah facebook. Di media sosial ini, aku sengaja membikin akun palsu. Nama palsu, no telp palsu, alamat palsu. Semua serba palsu. Dunia ini pun sebenarnya serba palsu.

Aku sebenarnya punya akun resmi, bahkan, sejak facebook lahir. Tapi setelah mengenal Tri, aku penasaran ingin mengenalnya lebih jauh secara diam2. Salah satunya mengenal lewat media sosial ini.

Ya, saat bermalam di hotel tempo lalu, aku sempat tak sengaja melihat nama akun fesbuk Tri. Kuketik nama akunnya di kolom pencarian. Dan ketemu. Awalnya aku ragu karena tak ada fotonya di profil. Tp setelah kutelusuri lebih dalam,
fotonya terselip di antara tumpukan foto album. Aku yakin. Ini akun dia.

Di sinilah aku mengenal dunianya. Dunia yg sungguh tidak aku ketahui sebelumnya, setidaknya di dunia nyata. Dunia penyiksaan seksual.
Aku mulai mengenal apa itu bdsm, slave, master, gutpunch, stabbing, dll. Semua istilah itu berafiliasi ke orientasi seksual.

Ku amati status2nya, list friendnya, postingan2nya, komunitasnya dan bahkan ku korek semua yg terkait dgnnya. Ternyata bukan hanya ia sendiri yg memiliki hobi aneh memainkan perut lelaki, ada ratusan orang memiliki hobi yg sama yg tergabung dlm komunitasnya. Awalnya bergidik ngeri. Tp karena seringkali mengintip fesbuknya, aku jadi terbiasa. Bahkan, lebih dari sekedar terbiasa.

Mendadak aku shok membaca salah satu postingannya. Kira2 begini: "Ketemu sama bapak2 muda yg ganteng. Sukses ngerjain dia di hotel"

Postingannya itu ditanggapi seratusan orang yg sama2 menyimpang.
Dengan was2, kubaca satu persatu, komentarnya.
Ada yg bilang hoaks, ada yg penasaran, ada yg minta foto, no telp bahkan ada yg minta video.
Bahkan dengan detail ia membalas komentar2 tsb.
Kira2 begini:
Komentar : Lu apain bapak itu?
Tri : Gw kocok lalu gw tonjok sampe muncrat.
Komentar: Tonjok apanya.
Tri : tonjok perutnya lah. Uluhatinya juga. Pan gw suka banget
Komentar : Wow mantap tuh

Ada juga begini:
Komentar : kenal dimana?
Tri : kenal di jalanan
Komentar : Maksudnya di jalan?
Tri : ya kenalan di jalanan. Gmn si lo..

Atau begini:
Komentar : lo foto ga bro
Tri : gak ada foto
Komentar: ada video?
Tri : ga ada video
Komentar: foto ga ada video nga ada. Lu halu

Setiap ada waktu senggang, istirahatku dihabiskan utk membongkar2 fesbuk dia. Bukan apa2, ada rasa cemas yg mengganggu jangan2 dia memfotoku diam2 dan disebarkan di media sosial.
Aku akan membuat perhitungan jika hal itu kutemukan.

Sejak kenal fesbuknya, duniaku seakan berubah. Bukan hanya mengamati setiap postingannya, tp juga mulai berselancar menjelajahi akun2 serupa dgn hobi dia. Aku jadi suka menonton video penyiksaan yg banyak tersebar. Istilahnya disebut "scene". Lalu membaca semua komentarnya.

Aku seperti berada di dunia lain. Aku seperti bukan diriku. Aku telah terseret jauh. Tp kenikmatan yg dia berikan sungguh membuatku sering beriimaginasi.
Ada rasa yg kuat ingin mengulangi dan terus mengulangi. Ia seperti memberikan minuman yg memabukkan lalu berubah menjadi racun bagi kehidupanku.
Aku seperti menjadi pecandu racun itu. Aku jadi lebih sering berkhayal.Oh Tuhan, tolonglah aku...

Sudah hampir tiga tahun aku kenal Tri. Selama itu ia kuanggap sebagai pelacur gelapku. Pelacur lelaki. tiga bulan sekali kami bertemu dan "scene".
Demi memuaskan hasrat masing2. Sudah berapa kali adegan penyiksaan yg kualami. Mulai diikat terbaring, berdiri, duduk, posisi telentang melengkung dgn dada dan perut mencuat ke atas.
Di posisi ini, aku pernah dibuat muntah2 karena organ dalam seperti aut2an di tonjok dan diinjak.

Kini, delapan tahun sudah berlalu. Aku sudah berkepala empat dan dikaruniai beberapa orang anak. Scene terakhir dgn dia sekitar 4 tahun lalu di suatu malam tahun baru.
Setelah itu kami tak berkomunikasi. Nomor ku setelah scene terakhir itu, ku buang. Sejak itu pula, Akun fesbuk pun ku non-aktifkan. Aku ingin melupakan dan mengubur orientasi seks yg gila ini. Aku ingin membuang racun yg telah menggerogoti pikiranku.

Meski ku akui, aku kadang merindu sensasi dahsyat darinya dan ingin mencoba mengulanginya lagi. Racun ini belum benar2 hilang ternyata......

Tamat

Silakan komentar

















Mencandu RacunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang