MENCANDU RACUN 10

3.8K 25 0
                                    

Meskii kedua mataku tertutup kain, aku berusaha untuk melihat apa yg dia lakukan. Tp tak berhasil. Terlalu gelap. Aku hanya bisa memejamkan mata dgn perasaan ngeri.
Jangan-jangan dia psikopat. Lalu membunuhku dgn caranya.
Atau jangan2 dia ingin melakukan seks sejenis  secara paksa (seks yg kumaksud adalah seks yg dilakukan oleh kaum Nabi Luth. Seks sodom). Begitulah pikirku berkecamuk. Aku merinding dan jijik membayangkanya.
"Kamu mau ngapain?
Jangan pernah berpikiran ngeseks anal atau mencium dan mengulum bagian tubuh apapun. Saya akan marah dan hantam kamu. Ingat itu" aku memberikan ancaman.

"Gak lah bang. Akupun tak mau kalau ngeseks kayak gitu" jawab dia.

Kemudian hening. Tak ada sentuhan atau apapun yg kurasa. Tiba2 aku teringat akan ponsel. Ya ponsel. Apakah dia sedang merekam tubuh yg sedang terikat ini? "Jgn sekali-kali mengambil video atau foto! Demi Tuhan saya gak bakal terima,"nadaku keras memperingatkan.

"Tidak abang sayang. Abang tenang aja. Jgn mikir macem2. Tar gak enak. Aku sedang melihat tubuh abang doang kok" katanya meyakinkan.
Aku sedikit tenang dgn jawabannya. Dua kali bertemu dgn dia, memang tak kulihat dia akan melakukan atau merencanakan seks  itu.

Tubuh depan terasa dingin sejuk karena baru saja ditaburi minyak olehnya. Lalu dia menjelajahinya. Tak ada tekanan atau tonjokan ke perut. Yg kurasa hanya pijatan profesional seperti ketika dipijat oleh bapak bersepeda ontel, tukang urut langgananku di rumah.
Semua masih kurasa wajar. Leher, dada, perut, pusar dijelajahi dgn pijatan. Aku menikmatinya.

Selang belasan menit berlalu. Tiba-tiba, Heksss....
Aku terhenyak. Ada beban berat menindih perutku. Ternyata ia mendudukinya sambil membuka kembali rensleiting dan Melorotkan celana dalamku.
Kutebak posisi duduk dia pasti membelakangi wajahku.

Detik berikutnya area penisku dijelajahi oleh jarinya dgn pijatan lembut. Inilah kelemahanku.
Tak tahan rasanya jika sudah dipijat area itu.
Penis mulai bereaksi. Mengeras pelan. Lalu berdiri tegak ketika digenggam. Ahh.... desahku.
dia menggenjot perutku sambil memijat penis. Hentakannya sungguh berat. Membuat napasku tersengal. Tapi tak masalah buatku. Toh diimbangi dengan kocokan yg kusukai. Gila.
Heks..
Heks..
Heks...

Dia kembali menggenjot perutku dgn kuat. Kubiarkan saja. Puas menggenjot, dia bangun berdiri di atas perut. Aku makin tersengal tp lagi2 kubiarkan. Penisku kembali melemas karena otakku fokus menahan beban. Aku terengah dan mulai merasa tdk nyaman.
"Bbbiikin ngaceng lagi!" pintaku dgn suara tersengal.

Tak nunggu lama, dia turun dari perutku dan kembali bermain-maim dgn penis. Permainan diulang sprti semula. Ketika ngaceng dan bersiap muntah, ketika itupula perutku dihajar. Lemas lagi.
Begitu seterusnya. entah berapa lama dia menyiksaku sekaligus mencumbuku.
Perutku seolah tak karuan.
Perih, mual, enek, engap, menderaku, Aku seperti mengejar bayangan kenikmatan namun tak kunjung ku dapat. Sulit sekali memuntahkan lahar hangat yg kedua kalinya.

Aku sekuat tenaga menahan sakit sekaligus mendorong sperma agar segera keluar. Lagi2 tak berhasil.
Urgh....
Aku melenguh. Ujung penisku serasa bengkak karena menahan tumpukan cairan yg seolah memgumpul namun tidak bisa keluar.

Hingga kemudian
roott!

Semburan itu begitu kencang hingga menimbulkan suara nyaring. Aku sprti merasakan hantaman sangat kuat menohok uluhati berbarengan dgn meledaknya gunung yg memuntahkan lahar panas ke udara. Sesaat aku sprti terlempar melayang bercampur debu dan batu yg beterbangan di angkasa.
Ada kenikmatan sesaat di tengah penderitaan yg mendera. Sensasi yg tak bisa kulukiskan.

Tubuhku terguncang, menggelinjang, menahan kedua rasa yg menyergap jiwa. Rasa nikmat juga sakit. Tiba-tiba aku tak ingat apa apa lagi. Aku tertidur pulas karena sangat letih. Terkapar dengan tubuh masih terikat.

Hari sudah siang. Aku terbangun dgn perasaan remuk redam. Semua otot serasa kaku. Nyeri menjalar di perutku. Kulihat dia msh tidur berbantal perutku. Kucoba mengangkatnya namun ternyata tanganku masih terikat. Demikian kakiku.

Susah payah aku mengangkat sedikit badan dan menggoyangkannya agar dia terbangun. "Bangun Tri. Saya pegel. Udah siang" kataku sedikit serak. Diapun terbangun. Aku menghela napas panjang setelah semalaman perutku ditindih kepalanya. Tanpa kusuruh, ia langsung membuka ikatan kaki dan tanganku. Dia lagi2 meremas perutku seolah tak bosan. "Andai aku bisa, aku ingin masuk ke dalam perut abang utk melihat dalamnya" ujarnya sambil tersenyum.
Aku diam tak mengiraukan. Bahkan tak ingin mendemgar apa yg dikatakan. Aku bersiap bangun utk ke kamar mandi. Tapi tiba2 ia loncat menduduki kedua pahaku. Aku sedikit berontak sambil memegang kedua lututnya. "Saya mau mandi. Udahan dulu" kataku.

"Aku belum puas mainin perut abang. Sekali lagi ya bang.  Gemesin banget bang. Lunak. Abang seksi" katanya sambil kedua telapak tanganya mengurut perutku pelan. Napasnya memburu.

Oh Tuhan kenapa aku tak mampu menolak meski badanku serasa kacau balau. Aku diam saja tak bergeming. Ku angkat kedua tanganku menyilang di atas kepala sepert memberikan isyarat bahwa aku bersedia menuruti kemauannya. Ia langsung melancarkan aksi. Kali ini ia langsung merogoh penisku dan mengeluarkannya. Lalu ditaburi baby oil kemudian dikocoknya pelan. Dia seperti tahu titik kelemahanku ini. Ia tahu seletih dan semenolak apapun aku, dgn cara itu akan langsung luluh terdiam pasrah.
Jujur aku kini seperti terbiasa mendapati hal itu darinya. Dari seorang pemuda yg bahkan aku tidak tahu asal usulnya.
Dia menjelajahi lagi dan lagi dada dan perutku. Seperti semula. Terus memainkan gairah seksual yg tak lama ini baru ku kenal.
Perutku serasa begah karena sejak semalam menerima siksaan tak henti. Penisku serasa lecet karena semalaman juga digenggam erat dan terus berulang.
Penisku kini sudah mengeras dan terus mengeras. Antara ingin buang air kecil dan ingin muncrat. Rasanya sungguh menyiksa namun bergairah. Entah pukulan yg keberapa kali. akhirnya sperma itu muncrat yg ketiga kalinya. Namun kali ini lebih sedikit karena sudah habis diperas tadi malam. Aku mengerang panjang.


Bersambung











Mencandu RacunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang