Ini mungkin awal tapi bukan berarti yang pertama.
.
.
.
.
.
.Klingg*
Suara bell berdentang ringan ketika pintu didorong dari luar. Seorang anak laki-laki berambut coklat gelap terlihat berjalan santai menuju salah satu meja cafe tersebut. Matanya jelalatan mencari sesuatu di dalam cafe.
"[Name] !!"
Tanganya terangkat dan melambai dengan semangat. Senyuman riang terpasang manis membuat beberapa gadis remaja diam-diam melirik dan merasa gemas. Gak tau aja itu senyum iblis.
Sementara itu, yang dipanggil hanya menengok sekilas dan kembali menekuni pekerjaannya, yaitu membersihkan meja bekas pengunjung. [Name] [Last Name] anak perempuan yang sedang bekerja menjadi pelayan ilegal di cafe milik musuhnya. Well, mantan musuhnya. Karena kebutuhan yang mendesak.
"Woy [Name]!! Budek ya!!"
Kan!! sekali musuh ternyata emang ga bakal bisa jadi mantan musuh. Dengan bersungut-sungut [Name] berjalan menuju meja bos kecil itu, seorang anak seumuranya bernama Joshua William (1). Secara ilmu pewarisan harta milik [Name], Joshua itu masih belum memiliki cafe ini karena umurnya masih belum dewasa tapi apalah daya dia hanya pelayan rendahan yang bakal ngelakuin yang disuruh Bosnya demi gaji untuk makan sesuap nasi.
(1) Anak pemilik cafe [Name] pernah muncul di Book S1 part 4.1 Quidditch.
"Hmm, Pesan apa?!"
Hampir habis kesabaran milik [Name] menunggu bos kecil nya ini memilih menu yang akan dipesannya. Tanganya dengan kesal mengetuk meja meminta atensi. "Jadi ??!!"
Joshua mengerutkan alisnya sebal," Sabar dong, orang masih milih!"
"Tolong, bisa dipercepat. Bukan cuma Anda yang mau pesan!" Bisa cepat tua rasanya kalau menghadapi kelakuan anak setan ini. Kalau melihat manusia ini, [Name] jadi inget si Draco setan manis. Gimana ya kabarnya? Masi kaya setan gak ya?
Kepalanya menggeleng masih merasa yang dialaminya tahun lalu seperti halusinasinya saja.
"Waffle sama jus,"
Akhirnya!!
"Jus apa ?!" Senyum tipis mulai terpampang mengharap bisa segera pergi dan tak lagi menatap muka menyebalkan Joshua.
"Bentar,"
"AHHHH TAU DEHH!!!" lalu para pekerja lain tertawa mendengar raungan yang sudah menjadi penyemangat harian mereka.
.
.
.
.Rumahku adalah istanaku. Ini lah yang dirasakan oleh [Name]. Rumah ini layaknya istana. Sangat besar tapi tanpa orang. Mengingat beberapa bulan lalu ketika dia tiba disini, rumah itu sudah bersih seperti sedia kala meski tidak dengan pemiliknya.
[Name] masih ingat saat hampir meledakan dapur pada Minggu pertama dia tinggal disini. Well, anak tunggal mana boleh masuk dapur. Dirinya masih dimanja sebelum kejadian penculikan itu.
"Ahhh capek,"
Sedikit mengeluh tak berdosa kan. Dia juga manusia yang bisa merasa lelah untuk hidup. Usia yang masih seumur jagung malah bekerja seperti itu, sungguh kurang baik bagi [Name]. Lalu setelahnya dia akan mengerjakan beberapa inci essai dari para profesor di Hogwarts. Sungguh anak muda yang sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S2]Harry Potter and The Chamber of Secret (With Reader )
FantasySeason 2 Inilah [Name] dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Petualangan dan rahasia akan mulai terungkap dari sekarang. " Its begin~" "Yeah~" Catatan dari Chy : Baca season 1 dulu yak! Yang Harry Potter and the Soccer' s Stone (with Reader).