1.2 Kerja (Author Pov)

1.3K 269 12
                                    


Angin sejuk menyambut pagi hari [Name]. Bangun pagi bukanlah masalah, jika kau sudah mulai membiasakan ya dalam beberapa bulan.

Kehidupan malas dan nakal sudah mulai terganti dengan hidup disiplin dan rajin karena hilangnya alasan untuknya melakukan hal kekanakan itu.

Pagi ini masih seperti biasanya, sepi dan dingin tanpa perubahan. Ritual dikamar mandi dan membakar roti menjadi awalan yang sudah terjadwal. Memang sedatar itu hari liburan dari [Name]. Disaat orang lain akan melakukan traveling atau piknik atau hal-hal lain yang menyenangkan bersama keluarga mereka, dia hanya bisa memandang dan berusaha tak iri dengan pikiran terpenuhi kata ' ah dulu sudah pernah ' .

Otak kecilnya terkadang terpikir.

"Apa tahun depan aku juga akan begini lagi ?"

Kalimat itu lewat tanpa sadar saat [Name] melamun menunggu roti matang dari mesin dan itu akan selalu terjadi setiap pagi hari. Mungkin sebagai pengingat untuk tetap kuat di dunia kenyataan.

Ting*

Roti matang, dengan santai [Name] mengoleskan selai kacang dan selai coklat di masing-masing muka roti lalu menumpuknya hingga 3 tingkat. Memakai pakaian santai dengan celana jeans dan sweater rajutan dari si kembar, [Name] memulai langkah menuju cafe tempatnya bekerja.

Langkah tenang dan santai ditambah tangan yang setia memasukan roti bakar kedalam mulut terlihat oleh para tetangga yang dilewatinya. Senyum ramah setia terpasang, meski dengan bibir ternoda selai coklat disudutnya.

Well, semua tetangganya tahu bahwa orangtunya telah meninggal lebih tepatnya menghilang tanpa jejak. Tapi mereka tutup mata dan telinga dengan kejadian janggal itu. Semata-mata untuk menjaga kenyamanan [Name] si gadis yg kini mulai beranjak remaja yang ditinggalkan orang tuanya. Btw, itu sangat membantu [Name]. Setidaknya tidak ada yang cerewet membuat gosip ataupun menyebar fitnah. Karena fitnah lebih kejam dari penculikan oleh Voldemort. Ok, abaikan yg terahkir. Karena Voldemort lebih kejam dari fitnah.

Klingg*

Bell cafe berbunyi saat [Name] masuk  dari pintu depan. Well, seharusnya kalau karyawan harus masuk lewat pintu samping. Tapi karena [Name] akan minta cuti dia mungkin akan jadi pembeli hari ini. Dia butuh minum setelah makan roti 3 tingkat sepanjang jalan tadi.

"Kak! Mochacino 1 yang anget. Jangan hot," sambil mengorek tas mencari uang yang terselip didalam, bibir memesan minuman.

"Loh!"

Sang kasir salah satu kakak-kakak ganteng yg sudah beristri terkaget ketika melihat [Name] menyerahkan uang sambil menerima kopi. Pasalnya, [Name] juga memakai topi karena dia malas keramas tadi.

"Hehe, makasih kak," dengan santai menerima kopi dan menjauh menuju salah satu meja untuk duduk, menunggu sang bos datang. Ini masih pagi, sekitar jam 9. Sebagai bos tentu saja harus datang lebih siang.

Dengan earphone menyumbat telinga dan bau kopi yang menguat membuat hati, jiwa, dan tubuh [Name] relax. Sungguh perpaduan yang estetik di pagi hari, bila tidak ditambah dengan setan yang tiba-tiba nongol duduk di mejanya.

"Ish jauh-jauh sana!! "

"Ya serah aku!!"

"Merusak pagi !!"

"Ya serah. Pagi, pagi punyaku, cafe ini juga punyaku,"

"..." Kalah.

Yasudahlah, [Name] mengalah dengan pindah meja. Tapi di tahan oleh Joshua, "Gitu aja ngambek!"

"Serah aku. Ngambek, ngambek juga aku bukan situ!"

"..." Kalah.

Indahnya pagi yang diawali dengan perdebatan anak-anak, membuat para karyawan cafe tersenyum-senyum ringan. Well, [Name] dan Joshua masih anak-anak Dimata mereka. Setidaknya begitu.

[S2]Harry Potter and The Chamber of Secret (With Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang