08. Tentang Takdir.

815 42 17
                                        

Part.1

Hal yang paling menakutkan adalah kehilangan, karna tidak ada orang yang ingin kehilangan kecuali takdir.

Pagi ini mentari mulai menampakkan cahanya dengan malu malu karna cuaca yang sedikit mendung, namun tidak untuk ke tiga krucilnya Ayah Bunda, justru mereka ceria karna pagi ini mereka akan pergi ke villa milik The Onsu Family.

Untuk pertama kalinya setelah bebearapa bulan sibuk bekerja baru weekend ini punya waktu berlibur walaupun hanya di villa.

"Yeyy liburan,,, " teriak Betrand sambil mengangkat ke dua tanganya ke atas, yang membuat semua orang gemas dan tertawa.

"Cuma ke villa Nyo, belum bisa ke luar negeri." ucap Bunda sambil merapikan barang² yang akan di bawa.

"Nggak apa kan Nyo,, yang penting kita liburan" jawab Thalia membela Kokonya.

Bunda hanya menggeleng kepala gemas dengan ke dua buah hatinya itu.
Beberapa detik kemudian Bunda terdiam ketika ponsel pintarnya berdering.

Bunda menjawabnya dengan tenang dan hati hati, takut anak²nya mendengar percakapan mereka.

"Bagaimana bu, kapan Betrand akan di pertemukan dengan kami?"  Ucap si penelepon penuh penekanan.

Seketika wajah sang Bunda berubah menjadi pucat. Kemaren² mereka masih memakai basa basi, tapi kali ini mereka tidak lagi menunjukkan keramahanya. Tanganya terus bergerak merapikan semua keperluan dengan pikiran yang tak karuan.

Di dalam mobil, Betrand Thalia dan Thania sedang menikmati ramainya jalanan. Thalia merangkul leher Betrand sementara Thania dalam pangkuannya.

Mereka tampak sangat bahagia, tega sekali orang orang yang mengusik kebahagianya.

"Nyo.. you sayang ai nggak" Tanya Thalia.
Mengalihkan perhatian Betrand,  lalu kembali memandang jalanan lagi.

"Sayang." Jawabnya singkat.

"Apa pun akan ai lakukan demi you,Thania Ayah Bunda." Ucapnya lagi. Kali ini Betrand memperhatikan ke dua adiknya ini lekat².

Menatap bunda yang sedari tadi memeperhatikanya. Bukan Betrand tak tahu, dia sadar kalau sang bunda memperhatikan dirinya dan dua adiknya sejak naik mobil tadi. Ada yang aneh memang, tapi Betrand memilih diam karna jika bertanya pasti menambah beban sang Bunda.

Mereka telah usai makan malam. Ayah Bunda berniat mendiskusikan yang sedang terjadi di ruangan atas. Namun belum sempat kakinya menaiki tangga perhatian mereka teralihkan kepada ke tiga buah hatinya.

"Tidur lah hai princess ku,, yang cantik. Ucapkan selamat malam bulan dan bintang"
Suaranya mengalun dengan indah membuat mata Thania terpejam dengan nyaman di gendongannya. Sesekali Thalia menyaut dari lagu yang di Nyanyikan Betrand.

"Yank,, " ucap Bunda pelan yang entah sejak kapan air matanya mengalir. Ayah paham apa yang di rasakan Bunda.
Dari bayi mereka merawat Betrand dengan penuh cinta dan kasih, dan saat ini telah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan baik hati. Tapi dengan mudahnya mereka ingin mengambil kembali sang putra kesayangannya.

"Jika nanti di persidangan onyo lebih memilih mereka gimana yank?" Bunda menutup wajahnya, frustasi.

"Berarti onyo lebih bahagia bersama Mama Papanya yank. Kita harus ikhlas." Balas Ayah lalu merangkul sang istri.

Mulutnya memang berkata bijak. Namun tidak dengan hatinya. Saat ini hati keduanya terluka, bukan karna kekecewaan namun lebih dari itu.
Yaitu Kehilangan.

Hari yang di tunggu telah tiba, yaitu sidang perebutan Hak asuh Betrand.
Ada yang terluka namun bukan Ayah Bunda, melainkan putra mahkota mereka. Semenjak hari pengenalan Mama Papanya dan penjelasan tentang dirinya. Sikap Betrand lebih dingin dan banyak diam.

"Nyo.. sarapan dulu sayang. Setelah itu kita berangkat." Ucap bunda sambil mengelus puncak kepala putranya. Bibirnya bisa tersenyum tidak dengan hatinya.

"Kenapa bukan Ayah Bunda sih orang tua kandung ai?" Tanya Betrand. Membuat Bunda menghentikan langkahnya. Pertanyaan itu membuat seluruh nadinya terhenti. Lalu membalikkan badannya dan memeluk Betrand erat.

"Jika saja boleh meminta, Ayah Bunda Pasti mau jadi orang tua kandungnya Onyo." Jelasnya.

"Apapun keputusanya nanti, Onyo tetap anaknya Ayah Bunda. Putra kesayangan Ayah Bunda."
Tambahnya lagi.

Sidang berjalan semestinya, tinggal menunggu keputusan dari sang Hakim.
Betrand nampak menunduk, dia tidak melihat Ayah Bunda atau Mama Papanya. Di satu sisi Mama Papanya yang telah melahirkan nya, tapi di sisi lain Ayah Bunda lah yang telah memberinya kasih sayang dan cinta.

"Maka keputusan pengadilan Hak asuh Betrand Peto Putra Onsu, jatuh kepada Tuan Ferdi Peto." Suara itu membuat Betrand terkejut. Suara riuh tepuk tangan pun terdengar.

Mama papanya menghampirinya, sementara Ayah Bunda sibuk menghapus air mata mereka masing².

"Jangan sedih yank, Onyo hanya pergi dari kita, Bukan pergi dari dunia ini. Yang penting kita masih di bawah langit yang sama" Ucap ayah Bijak, namun air matanya tidak bisa berbohong bahwa saat ini hatinya benar² hancur.

"Ayah.." ucap Betrand yang entah sejak kapan berada di samping mereka.

"Onyo tetap anak Ayah Bunda kan??" Tanyanya yang membuat hati keduanya semakin sesak.

"Pasti sayang,, Ayah Bunda tetap orang tuanya Onyo sampai kapanpun" jawab ayah.

"Jangan lupain Onyo ya?" Pintanya sedikit memohon.

Ayah melepaskan pelukan Betrand, ingin rasanya memeluk sang putra lebih lama, tapi orang tua kandungnya telah menunggu.

Hati Betrand sakit sekali ketika melihat Ayah Bundanya mengeluarkan air mata. Terlebih lagi itu tentang dirinya.

"Onyooo.."

Itulah kalimat terahir yang ia dengar.
Langkah Betrand semakin menjauh dan menyisakan luka. Di sisi lain ada yang bahagia, namun di sisi lain lagi ada yang terluka.

Itulah kehidupan tidak berjalan seperti yang kita mau. Tapi yakinlah Bahwa akan ada pelangi setelah Badai.

******The Krucils******

The KrucilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang