07. Sang Pemberani

730 40 5
                                        

Terlahir sebagai anak laki² harus tangguh dan kuat. Harus bisa jadi pelindung untuk siapapun terutama keluarga.

"Onyo pulang.." gema suara Betrand terdengar di seluruh ruangan.

Dia terus menyusuri ubin rumahnya, namun tak menemukan siapapun.
Langkahnya terus maju ke depan ia berniat untuk mandi, setelah itu ke kamar Ayah Bunda untuk menemui ke dua princess cantiknya, yaitu Thalia dan Thania.

Belum lagi sempat tangannya memegang gagang pintu, fokusnya beralih ke ruangan kamar Thalia dan Thania. Terdengar suara rintihan minta tolong. Betrand melangkah kan kakinya pelan mendekati sumber suara tersebut.
Betrand kenal betul dengan suara tersebut.

"Ayah." Panggilnya pelan. Namun tak ada jawaban apapun. Yang terdengar hanya rintihan kesakitan dari suara tersebut.

"Ayah, buka pintunya" panggil Betrand sekali lagi namun dengan Nada lebih tinggi. Namun nihil yang terdengar malah tawa jahat dari beberapa orang di dalam. Lalu dengan sekuat tenaga Betrand menendang pintu yang ada di depannya.

Betrand terkejut ketika matanya tertuju kepada dua orang yang memakai topeng hitam yang sedang menyiksa Ayahnya dengan kejam.

"Jangan sentuh ayah saya!" Teriak Betrand dengan berani. Saat ini dia bukan lagi remaja 15tahun yang manja, yang berhati lembut berwajah menggemaskan seperti biasanya.

Tapi saat ini Betrand telah berubah menjadi singa yang kelaparan dan siap menerkam mangsa kapan saja.

"Besar juga nyalimu nak.." ejek seorang lelaki yang berbadan tegap tapi kurus.

Di satu sisi Ayah bangga melihat keberanian Betrand namun di sisi lain ayah khawatir dengan keselamatan nya.

Sang ayah hanya menggeleng gelengkan kepala agar Betrand cepat pergi dari tempat ini. Tapi itulah Betrand anak laki²nya itu tidak akan pernah takut ketika urusannya tentang keluarga. Terlebih Ayah Bunda dan kedua adik cantiknya Thalia Thania.

Betrand memukul laki laki yang telah mengejeknya tadi. Pukulan Betrand cukup keras sehingga membuat laki laki berbadan kurus tersebut terjungkal.  Terlihat kesakitan tapi masih bisa bangun dan mendengus kasar pada Betrand. Namun lagi lagi Betrand tidak peduli, ia terus menghujaninya dengan buku tinju.

Kini Betrand telah memegang vas bunga dan siap melempar ke arah pria yang sedang memegang Map berwarna kuning yang menyiksa ayahnya saat ini.

Belum sempat ia melempar, si laki² itu memgarahkan senjata tajam ke arah dagu ayahnya. Seketika Betrand tertegun apa yang harus ia lakukan.

"Apa yang kalian inginkan??" Teriak Betrand putus asa. Sebagai anak dia harus bisa menyelamatkan keluarganya. Terlebih sang Ayah saat ini.

"Gampang,. Ayahmu tinggal tanda tangan surat² ini, dan menyetujui bahwa dia tidak akan mengggunakan Nama BENSU lagi untuk semua produk dan perusahaan nya"  Jelasnya dengan penuh penekanan dan jiwa arogannya.

Tidak semudah itu Betrand mengatakan, iya. Karna perusahaan ayahnya di bangun dari Nol. Bahkan ketika dirinya belum hadir, perusahaan itu sudah ada.

Betrand menangis mendekati ayahnya, dan memeluknya. Hatinya sakit sekali ketika melihat orang yang ia sayangi dan cintai tak berdaya seperti ini.

Lalu, dengan gampangnya si pesaing, mengikat, menyekap dan menyakiti. Setelah itu tanda tangan dan urusan akan selesai.

"Ayah.. " ucapnya pelan.

Betrand melirik pria itu dan secepat kilat merebut belati yang sedang di pegangnya. Dalam sepersekian detik Belati itu telah berpindah di tangan Betrand.

Betrand menendang kemaluan pria itu dan melempar belatinya ke atas sehingga mengenai lampu hias di ruangan itu hingga putus dari gagangnya. Alhasil lampu tersebut menimpa pria berbadan kurus yang telah mengejeknya tadi hingga tak sadarkan diri. Sepersekian detik belatinya jatuh menancap pada Map kuning tersebut. Lalu secepat kilat Betrand merobek nya dan memasukkan nya ke tong sampah.

Betrand dengan sigap melepas sang Ayah dari ikatan tali itu. Dan gantian untuk mengikat ke dua laki laki jahat itu.

"Hati hati ayah.."pinta Betrand sambil memapahnya ke luar ruangan dan mendudukkanya di sofa panjang di depan kamarnya.

Lalu Betrand teringat Bunda dan kedua adiknya.

"Bunda Thalia dan Thania" ucapnya.

"Ayah, tunggu di sini ya?" Pintanya. Betrand bergegas mencari Bunda dan Kedua adiknya. Sementara Ayah sedang sibuk menghubungi polisi dan Uncle Jordi.

"Bunda..!"
"Cici, Thania!" Teriaknya mencari keberadaan mereka. Kakinya terus melangkah matanya terus mencari. Ia masuki ruangan satu persatu namun belum menemukan Bundanya.

Dari dalam ruangan Thalia mendengar suara Betrand dengan jelas, senyumnya pun mengembang.

"Bunda, Onyo dateng" ucap Thalia senang .
"Onyooo ... Kami di sini.." pekik sang Bunda.
"Buka pintunya.." teriak nya lagi.

Betrand pun berlari secepat kilat lalu membuka kunci ruangan tersebut. Seketika Bunda dan Thalia memeluk Betrand dengan erat.

"Takut nyo.." Ucap Thalia sedih lalu menangis. Betrand pun menggendong Thalia lalu mengecup puncak kepalanya.

"Nggak usah takut, ada onyo di sini" tenangnya.
"Ayo ke Ayah,  kasian ayah sendirian." Pinta Betrand.

Bunda bangga sekali, saat ini senyumnya terukir begitu manis. Sesekali Bunda mengusap air matanya yang jatuh.
Haru sudah pasti, bangga apalagi. Jika saja tidak ada Malaikat kecilnya ini, entah bagaimana nasibnya saat ini. Ayah memeluk Betrand dengan erat, di susul Thalia dan Bunda sambil menggendong Thania yang sedang tidur.

"Terimakasih Tuhan Telah kau izinkan kami hidup sampai saat ini" Doa mereka dalam hati masing².

*****The Krucils*****

The KrucilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang