Part.2
Jika saja boleh memilih Takdir, dirinya tidak akan mau menjalani takdir seperti ini.
"Onyo Mau kemana?" Tanya Thalia. Melihat Betrand memasukkan beberapa baju ke dalam tas ransel miliknya.
"Onyo pergi sebentar ya Ci" jawabnya bohong. Betrand tau, jika ia jujur pada Thalia, Pasti dia akan sedih dan menangis.
Tangannya meraih figura yang ada di atas meja belajarnya. Foto penghantar tidurnya. Yaitu foto mereka ber lima. Tampa terasa air matanya jatuh, dengan sigap Betrand menghapusnya.
Betrand selalu mencium kepala Thania selagi masih ada kesempatan. Mengusap rambut Thalia selagi bisa.
"Mau ikut Onyo" pinta Thalia yang dari tadi selalu mengekori Betrand.
"Ai mau sama Onyo" ucapnya lagi. Tapi kali ini dengan air mata yang berlinang di kelopak matanya yang indah.
Betrand masuk kekamar mandi, menguncinya dari dalam lalu menangis.
"Tuhan.. mengapa Takdir ku seperti ini" ucapnya dalam hati.
Hatinya sakit sekali ketika melihat air mata Thalia mengalir di pipi cantiknya.
Apa yang harus ia lakukan?Setelah selesai berkemas, Betrand pun berpamitan kepada seluruh keluarga yang ada di rumah. Mereka semua nampak sedih, lalu betrand pun minta Ayah Bunda Thania dan Thalia untuk menghantarkan nya ke mobil. Karna Mama Papanya sudah menunggunya sedari tadi.
"Ayaah.. Onyo pamit ya" sambil memeluk erat ayahnya. Rasanya Betrand tak sanggup Meninggalkan bahu yang selama ini memberikannya segala kehidupan yang penuh cinta dan kasih untuknya.
"Semoga bahagia ya Putra mahkotanya Ayah" balas Ayah Ruben, sembari terus menghujaninya kecupan sayang dengan air mata yang terus mengalir.
"Tapi, Onyo bahagianya sama Ayah Bunda" gumamnya pelan.
Sebenarnya ayah mendengar apa yang Betrand ucapkan. Jika ia merespon, Betrand semakin berat meninggalkanya.
Betrand melangkah pelan menuju sang Bunda. Berkali kali ia menghapus air matanya. Hanya sekedar menatap pun ia tak sanggup. Hingga pelukannya benar benar erat.
"Ai tetap anak Bunda kan?" Betrand menatap Bundanya sendu. Suaranya begitu serak dan parau.
"Iya kan Bunda" tanyanya sekali lagi memberi penekanan bahwa dirinya benar² tetap ingin jadi bagian keluarga Ayah Bundanya.
"You tetap anak Bunda sayang, sampai kapan pun. Bahagia selalu ya Thanosnya Bunda" mengusap punggungnya dengan lembut dan memeluk Betrand dengan erat. Ia tak peduli lagi dengan air matanya, untuk saat ini ia hanya ingin memeluk putranya dengat erat.
"Bontot nya Onyo.. , ai sayang sekali sama you. Gag boleh tetot ya" sambil menggoyangkan jari telunjuknya menandakan isyarat.
Thania mengangguk gemas. Lalu betrand memeluknya erat dan mendaratkan kecupan sayangnya berkali kali.
Kemudian,
Betrand mensejajarkan tubuhnya dengan Thalia, menatapnya lekat². Adik cantiknya itu menangis. Apa yang harus ia katakan?dia begitu takut dirinya pergi. Lalu? Sekakarang takdir memisahkan mereka.
Mengapa Takdir sekejam ini?."Onyo pergi sebentar ya Ci." Pamitnya, lalu memeluk Thalia dengan erat. Rasanya seperti kehilangan separuh nyawanya berpisah dengan mereka.
"Mau ikut dengan Onyo." Pinta Thalia yang menangis tersedu sedu.
"Onyo pasti kembali demi Cici, Pasti."
Janjinya meyakinkan. Entah mengapa Betrand tak mampu melihat adiknya bersedih seperti ini.
"Janji" ucap Thalia memastikan.
"Iya. Janji." Mereka pun mengaitkan jari kelingkingnya, tanda janji mereka.
Betrand melangkahkan kakinya menuju mobil, sesekali memandang ke belakang. Menandakan langkahnya berat. Namun baru beberapa langkah Betrand berlari kembali dan memeluk Thalia erat. Lama sekali, hingga membuat semua orang di sana merasa sesak dan iba.
"Onyo.. pergi ya." Sembari melambaikan tanganya.
"Selamat tinggal" kata kata itu seolah menjadi penutup yang berakhir penuh luka.
***
Thalia sedang berada di kolam renang, matanya menatap jauh. Kakinya yang terjuntai mengenai air seolah mengingatkan nya pada kokonya yang pergi tadi pagi."Cici lagi ngapain sayang?" Tanya Ayah yang melihat putrinya termenung.
Anak itu menyimpan beban, yaitu rindu karna ke hilangan. Bagi ayah tidak ada hal paling menyedihkan kecuali melihat orang orang yang ia sayangi begitu rapuh.
"Kemarin, ai berenang sama Onyo di sana" thalia menunjuk pinggiran kolam yang tidak terlalu dalam.
"Onyo baik, ngajarin ai berenang" seoalah mengingat tentang kokonya.
"Tapi onyo harus pergi" jelas ayah yang tak kuat lagi menahan air matanya. Mencoba memberi pengertian kepada putrinya.
Thalia yang berada di dalam pelukan ayah, mengajak menengok kamar Betrand sebagai pelepas rindu.
"Wangi badanya Onyo" ucap Thalia antusias. Thalia menaiki ranjang tinggi milik betrand. Melepas rindu walau hanya tidur di tempat kokonya. Tak sengaja Thalia menemukan secarik kertas di bawah bantal Betrand. Lalu memberikannya pada ayah.
Teruntuk
Ayah Bunda.
Hallo Ayah, Bunda, Cici dan Thania.
Ketika ayah bunda baca surat ini, pasti onyo sudah pergi. Jangan rindu ya? Hehehe.Ayah.. Bunda.
Terimakasih telah menjadi orang tua terhebatnya Onyo. Walaupun Onyo bukan anak kandung ayah bunda,tapi Onyo merasa Onyo adalah anak kandung dari Ayah Bunda. Onyo merasa satu darah dengan Cici dan Thania.Ayah.. bunda.
Jika saja dapat kurangkai seluruh kata di dunia ini. Itu tidaklah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih ku, rasa sayangku dan rasa cintaku, kepada Ayah, Bunda, Cici dan Thania.Tapi,,
satu hal yang Ayah Bunda harus tau.
Onyo sayang Ayah, Bunda Cici dan Thania melebihi apapun.
Onyo mau terus di samping Ayah Bunda bersama kedua adik² Onyo.Jangan lupain Onyo ya..
Cinta dari onyo
❤️❤️
Ucapan penutupnya membuat hati ayah dan bunda sesak. Anak itu benar² tidak ingin di lupakan oleh ayah bundanya.
Jika saja bisa memutar takdir, ia ingin putranya itu menjadi anak yang terlahir dari rahimnya. Namun apalah daya manusia harus mengikuti alur yang di berikan tuhan.
Tapi percayalah, tuhan memberi satu kesedihan , maka akan tuhan gantikan dengan banyak kebahagiaan yang lainya.
*****The Krucils*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Krucils
RandomJika kentalnya darah mengalah kan tulusnya hati, maka tidak untuk ketiga bocah lucu ini. Mereka tidak serahim tapi mereka sehati. Mereka tidak sedarah tapi mereka se nafas. Mereka adalah 3 malaikat kecil, penyemangat ayah bundanya, Yaitu The Krucil...