10.Tentang Takdir

792 52 27
                                    

Part.3

Selamat tinggal itu, Sakit. Selamat tinggal itu, Air mata. Selamat tinggal itu, Rindu.
Bagaimana Jika Rindu??.

Bunda sedang memperhatikan kedua putrinya yang sedang tertidur pulas. Mereka nampak damai di alam mimpi masing². Bunda tersenyum, lalu ia beranjak menuju kamar anak bujangnya yaitu Betrand.

"Belum bangun dia" Batin Bunda, sembari tersenyum. Karna kamar Betrand masih nampak tertutup rapi.

"Nyo,, bangun sayang. Udah siang" Mengetuk pintu kamar putranya.

"Sayang.." panggilnya sekali lagi, tetap saja tak mendapat jawaban.

"Ya udah, Bunda siram air ya" ancamnya, lalu membuka pintu kamar tersebut dan membuka gordennya.

Namun sang putra tidak ada dikamar nya. Bahkan tempat tidurnya masih tersusun dengan rapi.

Ia baru sadar bahwa sang putra tidak lagi tinggal bersamanya. Tapi sekarang putranya sudah milik orang lain, yaitu Mama dan Papa kandungnya.

Air matanya jatuh tampa di minta. Ia begitu rindu dengan putranya sehingga lupa jika kini kamar itu kosong.

"Onyo jangan pergi!" Gumam Thalia.
Gumaman itu membuat hati Bunda nyeri. Bunda memegang kening Thalia, anak itu demam.

"Panasnya tinggi banget" lalu berlari menuju dapur mengambil air hangat dan handuk kecil untuk mengompres.

"Onyo.. " gumamnya lagi.

Thalia sungguh merindukan Kokonya. Rindu dengan segala hal tentang Betrand. Sebelumnya Thalia tidak pernah berpisah jauh dari Betrand. Sekalipun berpisah setiap 15 menit sekali pasti video call. Namun ini berbeda, sudah dua hari Thalia tak melihat betrand. Bahkan dia hanya bisa memandang poto Kokonya yang terpajang rapi di dinding rumahnya.

Rindu itu menyakitkan bukan?. Iya benar sekali. Jika Thalia sampai sakit, lantas bagaimana dengan Betrand sendiri.

"Mau ikut Onyo"..

Kata kata itu masih benar benar terdengar nyata di telinganya. Bayangan Thalia yang menangis tersedu sedu membuat ia sesak. Jika biasanya dia yang menenangkan kedua adiknya, lalu kini siapa yang menenangkan mereka.

Bahkan ketika berpamitan dua hari yang lalu, ia berkali kali memeluk dan mencium adik²nya. Ia tahu pasti akan rindu.

Jika kata Dillan rindu itu berat. Maka kata Betrand Rindu itu Sakit. Sesakit perasaannya saat ini.

Betrand merasakan badannya berbeda dari biasanya. Kepalanya terasa pusing sekali sehingga untuk sekedar berdiri pun susah.

Senyumnya mengembang ketika seseorang menghampirinya, namun tubuhnya terhuyung dan jatuh lalu semua pandangannya menjadi gelap.

"Bunda.." kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Mama membaringkan tubuh Betrand yang mungil di atas tempat tidurnya. Ia khawatir dengan putranya itu. Demamnya sangat tinggi hingga mencapai 40°c.

"Ayaah,,." Gumamnya namun matanya masih setia terpejam.

Jika di tanya sakit, Sudah pasti. Namun ke khawatiran lebih besar dari rasa sakitnya. Mama menghapus air matanya pelan.

Anak itu sakit, namun yang ia sebut hanya nama Keluarganya yang disana? Bahkan sedikit pun nama Mama Papanya tidak terlontar sama sekali.

"Maaf kan Mama nak, yang telah merebut kebahagiaan mu" tangannya terus mengusap pipi sang putra dengan lembut.

The KrucilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang