20. Pertimbangan ✨

472 133 13
                                    

~oOo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~oOo~

Plakk

Satu tamparan mulus mengenai pipi Yeonjun. Sangat keras, membuat dirinya sampai terhuyang jatuh ke lantai.

"Berani-beraninya kau mencuri ekperimen ayah! Dan juga menjatuhkan di tempat umum, apa kau sudah gila hah?!"

"Ayah itu—"

"Jangan beralasan lagi! Kau benar-benar anak kurang ajar. Kalau saja botol ini di temui werewolf lain dan tahu isinya bagaimana hah?! Pack kita bisa mampus karena ketahuan melakukan eksperimen ilegal!"

"Maaf ayah. Aku... aku tidak sengaja." Cicitnya.

"Cih, kau sudah kelewatan Yeonjun. Mengambil ini dari ayah untuk mencelakai anak pemimpin pack Blue."

"Apa? Dari mana...." Kalimat Yeonjun tak berlanjut kala matanya menangkap sosok Soobin berdiri di belakang ayahnya. Ah... dia sekarang tahu dalang yang membuat ayahnya emosi.

'Soobin sialan.'

"Seumur hidup ayah tidak pernah mengajari mu seperti itu. Dan lagi, kau mau melukai anak pemimpin pack yang sangat ayah incar untuk melakukan kerjasama!"

Yeonjun menduduk dalam. "Maaf ayah."

"Kau selalu lebih buruk dari adik mu."

Deg

Sakit, rasanya ada jarum yang mengenai hati Yeonjun.

"Besok kau akan ayah kirim ke bagian barat, kau akan mengurus bagian wilayah pack bagian sana."

Lantas mata Yeonjun membola sempurna. Bagian wilayah pack bagian barat itu sangat jauh dari istana utama pack yang ia pijak sekarang. Tak hanya itu, letaknya pun di daerah terpencil.

"Apa? Ayah! Aku ini penerus utama, harusnya aku ada di wilayah inti!"

"Tidak, penerus utama pack berikutnya bukan kau lagi, tapi Soobin. Kalau kau memimpin istana utama dengan sikap temperamental dan ceroboh mu itu, pack ini akan hancur."

"Ayah, ku mohon... jangan begini. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki sikap ku. "

"Tidak, keputusan ayah sudah mutlak. Kau sudah mengecewakan ayah." Dan Tuan Choi melenggang pergi dari ruang tersebut.

"Apa kau puas?" Yeonjun menatap marah Soobin yang sedari tadi hanya diam berdiri di dekat sofa.

"Dasar pengadu! Kau melakukan ini untuk menyingkirkan ku supaya lebih mudah mendapatkan kekuasaan, kan?"

"Aku melapor ke ayah karena tindakan hyung sudah kelewatan, bukan untuk itu."

"Alasan. Kau memang mengincar tahta."

"Aku tidak tertarik soal tahta."

"Cih,"

Soobin menghela nafas panjang, berjalan mendekat ke arah Yeonjun. "Seharusnya hyung tahu, ayah tidak akan pernah mau memberikan kesempatan jika melakukan satu kesalahan. Jadi,"—Soobin mencengkram bahu Yeonjun erat—"ini semua salah mu sendiri."

Don't LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang