12. Feel Special ✨

525 144 5
                                    

Di waktu pagi, di gedung fakultas Kimia—Hentakan kaki yang terburu-buru terdengar di koridor, sepatu putihnya terus beradu keras kelantai tak ada habisnya. Sampai tepat di dekat pintu kelas—yang mana para mahasiswa mahasiswi yang menghadiri kelas tersebut telah berhamburan keluar—ia berhenti.

"Yunhee-sshi!" Panggilnya kepada gadis yang baru saja beranjak pergi dari ruang kelas.

Si pemilik nama menoleh, dan gadis itu pun menghampiri dirinya. "Oh, Soobin-sshi. Halo." Katanya sambil melambai kecil.

"Ah ya, halo juga."

"Ada apa kesini?"

"Begini," Soobin menjeda, ia mengelus teluknya. "Aku mau minta maaf soal kemarin, maafkan aku tidak datang. Aku sungguh merasa bersalah, kemarin aku ada urusan mendadak."

Yunhee tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya tak apa." Ujarnya. Sebenarnya dalam hati Yunhee merasa agak kecewa karena Soobin tidak datang-datang.

Kalian tahu sendiri bagaimana rasanya menunggu berjam-jam lamanya, sendiri seperti orang bodoh di taman.

"Sekali lagi maaf, kemarin tiba-tiba Haeri meminta bantuan ku."

"Iya iya aku maafkan."

"Hmm kau mau ke kantin?" Yunhee mengangguk kecil sebagai jawabannya. "Kalau begitu ayo, aku akan mentraktir mu."

Lantas mata membola kaget. "Eh? Tidak perlu, kan aku yang berhutang dengan mu. Jadi aku yang harusnya mentraktir."

"Anggap saja lunas. Sekarang aku yang akan membayar karena kesalahan ku kemarin."

"Tapi-"

"Ayo pergi, nanti kantin ramai." Dan tanpa izin lagi, Soobin menggenggam tangan Yunhee dan menariknya pergi.

Ow sial, Yunhee merasakan jantungnya berdetak seperti orang gila. Dan lagi, kenapa genggam Soobin begitu nyaman?

❀ ☪ ❀


Angin berhembus kencang menerpa wajahnya, menyibakkan poni rambutnya dengan mulusnya. Matanya terpejam beberapa saat, menikmati semilir angin yang terasa begitu hangat.

Netra berwarna hijau laut itu pun tampak kembali, melihat kesana kemari mencari tahu dimana dirinya sekarang.

Rerumputan yang ia pijak bergoyang-goyang, dan di hadapannya terdapat ladang bunga cosmos yang bermekaran begitu cantiknya.

Rasanya seperti di surga, apa dia sudah mati sekarang?

"Bamgyu-ya,"

Panggilan itu membuatnya menoleh kesana-kemari. Siapa yang memanggilnya? Kenapa ia tidak melihat siapapun?

"Bau ini?"

Bau bunga sakura dan rempah-rempah yang sangat tidak asing. Segera saja ia mencari si pemilik feremon itu.

Tungkainya ia bawa menelusuri ladang bunga, melihat kesana kemari mencari si gadis berparas cantik yang sangat ia rindukan itu.

Beberapa meter ia terus berjalan, sampai figur yang tak asing lagi tapak beberapa langkah di depannya. Segera saja ia mendekat, namun baru satu langkah, suara gadis bersuara hitam itu menghentikan langkahnya.

"Berhenti disitu." Ucapnya, dengan posisi masih memunggungi dirinya.

"Beom..." Panggil gadis itu lirih. Dan sedetik kemudian, terdengar isak tangis yang begitu pilu.

Beomgyu tidak mengerti kenapa gadis itu menangis, meski begitu, tangisannya begitu menyayat hatinya. Membuat dirinya mengambil langkah mendekat untuk menenangkan si gadis. Namun, angin tiba-tiba berhembus kencang. Membuat kelopak bunga berterbangan begitu banyaknya.

Don't LikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang