Bab 5
Teguh
Gadis unikSelepas hujan turun tadi pagi, aku bergegas menyisir jalan sekitar basecamp untuk memantau keadaan sekitar. Tanah basah dan beberapa genangan air masih terlihat di atas dedaunan hijau sepanjang mata memandang.
Memasuki area pinggiran sungai yang belakangan kulihat sering digunakan warga sekitar untuk mencuci, aku melihat seseorang melintas mencurigakan.
Sepertinya dia seorang perempuan.
Perempuan itu terus berjalan keluar dari area hutan dengan seikat kayu kering di atas kepalanya.
Sebagai bentuk kewaspadaan, aku mengangkat senjata dengan sikap siaga. Bersiap memuntahkan peluru jika keadaan terdesak. Ya, keadaan melatihku harus siap dengan segala situasi.
"Dari mana kamu?" kulempar pertanyaan menyelidik dengan moncong senjata mengarah padanya. Dia terlihat sedikit kaget dan langsung menoleh ke arahku.
"Astaghfirullah," ucapnya spontan karena memang kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba. Jujur, aku pun sempat kaget mengetahui siapa sosok perempuan di hadapanku kini. Rupanya dia orang yang sama dengan belakangan ini sering jadi pusat perhatianku. Perempuan yang tiap kali berhadapan dengan kami selalu memasang wajah bengisnya. Tapi manis.
Gadis itu hanya bertahan sebentar dengan wajah kagetnya, setelah itu ekspresinya datar kembali seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Lagi, raut wajahnya terlihat seperti menantang ku.
"Kamu tidak punya pekerjaan, ya? Bikin orang kaget saja," tentangnya dengan nada judes terlihat jelas. Bukannya menjawab pertanyaan malah melempar pertanyaan balik gadis itu. Ketus seperti biasanya.
"Ini aku sedang bekerja, pertanyaanku tidak kamu jawab," balasku santai. Sikap siagaku langsung sirna mengetahui bahwa dia yang berada di hadapanku.
Entahlah.
Segera aku turunkan senjata yang tadi sempat aku todongkan padanya. Lalu aku menarik benda itu ke belakang punggung menggunakan tali senapan. Aku lihat dia menghela napas lega, meski dengan wajah datar aku bisa melihat wajah penuh kelegaannya.
"Bukan urusanmu." jawabnya masih dengan nada yang sama, jutek.
"Apa kamu baru saja menyelinap dari suatu tempat?" tanyaku lagi. Dia melirik ke arah name tag yang tersemat di seragamku. Aku memiringkan mata kesannya meminta penjelasan.
Sepertinya gadis itu terlihat panik.
"Kamu tidak lihat, aku sedang mencari kayu bakar," ungkapnya penuh pembelaan seraya menunjuk kayu di atas kepalanya. Kuat sekali dia sebagai seorang gadis seumurnya. Aku masih menatapnya mencari kebohongan, tapi kemudian aku sedikit tersenyum pada gadis dengan perawakan tinggi, berat badan proporsional, cukup manis di mataku.
"Perlu aku bantu?" aku coba menawarkan bantuan padanya.
"Tidak usah sok baik. Tidak sudi aku meminta bantuan pada orang-orang sepertimu," hardiknya sakartis. Wow, aku terpana atas keberanian nya.
"Sepertiku?" sahutku cepat setelah ucapannya tadi.
"Oh, sebenci itu kamu pada tentara?" tanyaku ingin tahu. "Di mana letak kesalahan kami?"
Kulihat kilatan marah di matanya mendengar pertanyaan ku hingga membuat Ia menurunkan kayu bakar dari atas kepalanya. Wajahnya sampai merah padam menahan amarah. Sebenci itu?
"Kesalahan? Serius Anda bertanya seperti itu?" gadis di depanku ini bener-benar terpancing emosi, bisa kulihat dari raut wajahnya.
"Ya?" jawabku masih santai menghadapi gadis ini. Aku ingin tahu apa yang membuat dia menaruh rasa marah segitu besarnya. Aku akui, dia cukup menarik dengan segala sikap sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Historical FictionPremis : (( Complete)) Seulanga hanya ingin menikah dengan Teguh Kuncoro, seorang tentara yang sedang bertugas di Aceh saat itu. Namun, karena kebencian keluarganya pada Jawa dan tentara di tengah kemelut perang saudara, keduanya tidak bisa mendapat...