Bab 3
Sampai BasecampRombongan terus melangkah menuju sebuah tempat. Danton tadi sudah memperingatkan jika harus selalu waspada jika ada serangan mendadak dari musuh.
Bersyukur perjalanan kami aman sampai tempat yang akan kami tinggali selama bertugas di sini nanti. Sepertinya ini sebuah gudang yang lama tidak terpakai. Apapun tempat ini tidak akan menyurutkan niat kami untuk mempertahankan ibu pertiwi.
Kami sampai pada sebuah bangunan gudang yang beberapa waktu lalu dipakai oleh pasukan sebelumnya. Kami sedang duduk santai melepas lelah setelah perjalanan tadi.
Setelah melepas lelah sesaat, kami bergerak membersihkan tempat agar layak digunakan sebagai markas. Saat itulah aku melihat ada seorang gadis sedang melintas di depan bascamp kami.
"Suit... Suit!”
Suara riuh teman-temanku mulai menggoda dengan mengeluarkan siulan menggoda gadis tadi. Biasalah, kumpulan para jomblo sejati, yang sejatinya belum ada yang mau. Melihat ada yang bening sedikit langsung beraksi.
"Adik manis, darimana kok, sendirian aja!" Wahyu menggoda gadis itu dengan tatapan genitnya. Membuat teman-teman yang lain bersorak menggoda.
"Jangan ganggu anak gadis orang." Aku memperingatkan teman-temanku agar tidak menggoda gadis itu karena kulihat ekspresi tidak nyaman dari wajahnya. Sebenarnya gadis itu sekilas melihat ke arah rombongan kami. Namun, dari pandangannya aku dapat menyimpulkan jika dia tidak suka dengan kedatangan kami sebagai entah itu karena menggodanya atau posisi kami sebagai tentara.
Benar saja. Dia meludah dengan mata nyalang melihat kami. Artinya, gadis itu memang tidak menyukai seragam kami ini. Bab 3 : Sampai Basecamp
Rombongan terus melangkah menuju sebuah tempat. Danton tadi sudah memperingatkan jika harus selalu waspada jika ada serangan mendadak dari musuh.
Bersyukur perjalanan kami aman sampai tempat yang akan kami tinggali selama bertugas di sini nanti. Sepertinya ini sebuah gudang yang lama tidak terpakai. Apapun tempat ini tidak akan menyurutkan niat kami untuk mempertahankan ibu pertiwi.
Kami sampai pada sebuah bangunan gudang yang beberapa waktu lalu dipakai oleh pasukan sebelumnya. Kami sedang duduk santai melepas lelah setelah perjalanan tadi. Setelah melepas lelah sejenak, kami bergerak membersihkan barak agar layak ditinggali. Saat itulah, kulihat ada seorang gadis sedang melintas di depan bascamp kami.
"Suit... Suit!"
Suara riuh teman-temanku mulai menggoda dengan mengeluarkan siulan menggoda gadis tadi. Biasalah, kumpulan para jomblo sejati, yang sejatinya belum ada yang mau. Melihat ada yang bening sedikit langsung beraksi.
"Adik manis, darimana kok, sendirian aja!" Wahyu menggoda gadis itu.
"Jangan ganggu anak gadis orang." Aku memperingatkan teman-temanku agar tidak menggoda gadis itu. Sebenarnya gadis itu sekilas melihat ke arah rombongan kami dengan tatapan yang entahlah. Namun, dari pandangannya aku dapat menyimpulkan jika dia tidak suka dengan kedatangan kami entah karena sudah menggodanya atau posisi sebagai seorang tentara.
Benar saja. Dia meludah ke arah kami. Artinya, gadis itu memang tidak menyukai kami ini. Termasuk aku.
"Wah! Cantik-cantik kok judes, Dik!" seruan teman-temanku semakin membuat langkah kaki gadis itu menjauh dan hilang dari pandangan. Dilubuk hatiku bertanya-tanya tentang gadis itu. Apakah hanya dia yang benci tentara atau banyak yang membenci kami?
"Di sini rupanya susah sinyal, ya?" Aku lihat Danton sedang mengangkat ponsel untuk mencari sinyal. Semahal apapun ponsel sepertinya tidak akan berguna tanpa adanya sinyal. Keberadaan sesuatu yang tak kasat mata itu begitu penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Ficción históricaPremis : (( Complete)) Seulanga hanya ingin menikah dengan Teguh Kuncoro, seorang tentara yang sedang bertugas di Aceh saat itu. Namun, karena kebencian keluarganya pada Jawa dan tentara di tengah kemelut perang saudara, keduanya tidak bisa mendapat...