☕ Cangkir Kedua ☕

622 103 37
                                    

A/N
Love rewatching Coffee Prince

Cerita ini cukup panjang. 6.000an kata. Dan saya belum mengeditnya. Beberapa orang terdengar tidak sabar dan menginginkan update. So why not?

💙💛

"Pa-pacar?" Tanya Than bingung

Dav berjalan ke arah Than lalu menarik dagu Than. Dia mengamati wajah Than secara seksama.

"Jika diperhatikan kamu tidak buruk juga" Jawab Dav sambil tersenyum puas.

Than menepis tangan Dav dan berjalan mundur "jadi Kamu benar-benar Gay?"

"Aku tidak masalah jika kamu Gay, aku hanya ingin uangku kembali itu saja"

Dav menarik nafas panjang melihat Than yang bergerak menjauh darinya. Ini akan memakan waktu jika dia harus menjelaskannya terlebih dahulu jadi dia memilih cara tercepat.

"Oh apa yang kamu lakukan?" Than berontak saat Dav menarik tangannya tapi Dav mengabaikan reaksi Than. Dia menarik Than hingga ke ruang tengahnya dan mendorong Than ke sofa.

"Jika kamu menginginkan uangmu maka tetaplah disini!" Perintah Dav sambil menahan kedua bahu Than. Than menelan ludahnya ketika dia melihat wajah serius Dav. Perlahan dia menggerakkan tangannya ke depan dadanya dan menutupi kedua dadanya dengan tangannya.

Dav berdecak melihat reaksi Than tapi dia tidak mengatakan apapun. Dia meninggalkan Than dan masuk ke ruang kerjanya.

Than menunggu Dav dengan tidak sabar. Karena bosan dia memutuskan untuk mengamati rumah Dav dengan seksama. Rumah Dav terlihat tertata dengan baik. Semua furniturenya seperti sudah didesain khusus agar sesuai dengan setiap sudut ruangan tersebut.

"Bacalah"

Than tersadar saat dia mendengar suara Dav. Ia memalingkan wajahnya dan menatap Dav. Dav sudah mengganti bathrobe-nya dengan kaos dan jeans.

"Tunggu apa lagi?" Ujar Dav tidak sabar sambil mengetuk meja.

Than menatap kertas di atas meja dengan perasaan bingung. Tapi jika ini bisa memberikannya uang maka dia akan melakukannya. Than menarik kertas di atas meja dan membacanya.

"Kontrak Kerja?" Tanya Than bingung.

"Tulis nama dan nomor identitasmu di situ" Ujar Dav sambil menyerahkan pulpen.

"Maksudmu aku bekerja untukmu?".

Dav mengangguk "aku ingin kamu bekerja sebagai pacar bayaran. Aku akan membayarmu setiap kali kencan".

Than menatap Dav tidak percaya "apa kamu sudah gila?" Teriak Than kesal.

"Bukankah kamu bilang kamu membutuhkan uang? Dengan begini kita sama-sama diuntungkan".

Than berdiri dengan cepat "Maaf tapi aku tidak gay. Kamu bisa mencari orang lain. Lagi pula bukankah Kamu punya orang yang kamu sukai, pria yang bersamamu malam itu" Protes Than sebelum dia melangkah pergi.

Dav berdecak kesal. Sebelum Than melangkah pergi Dav sudah menarik tangannya.

"Aku tidak mengatakan bahwa kamu harus benar-benar menjadi pacarku. Kamu hanya perlu melakukannya untuk mengagalkan kencan butaku" Jelas Dav.

Than terdiam. Dia menatap Dav ragu. Tapi Dav terlihat bersungguh-sungguh.

"Berapa kamu akan membayarku?" Tanya Than pada akhirnya. Seperti yang Dav katakan, tawaran ini lebih baik dari pada mengemis uang padanya.

"2.000 bath setiap kencan" Jawab Dav.

Than menatap Dav tidak setuju "Aku harus meninggalkan pekerjaanku jika aku harus melakukan kencan buta bersamamu, jadi 2.000 bath saja tidak cukup. Kamu harus mengganti ongkos bensin, makan.... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COFFEE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang