Vidri menerima penawaran dari Reyhan untuk diantar pulang agar tidak terlalu sore. Mereka berjalan beriringan menuju ke parkiran.
Belum sempat Reyhan dan Vidri duduk di atas motor, hujan terlebih dahulu menyapa mereka.
"Yah ujan Rey!" ujar Vidri langsung menarik Reyhan mencari tempat untuk berteduh di bawah pohon besar. Bukan hanya mereka, ada beberapa orang yang berteduh disana sehingga posisi Reyhan dan Vidri sangat dekat.
Reyhan melirik Vidri lembut sambil menyunggingkan senyum tipis miliknya. "Keburu hujan."
"Paling bentar doang, cuma gerimis kok ini," kata Vidri sambil menatap Reyhan dengan sedikit mendongakan kepalanya ke atas karena Reyhan lebih tinggi dari pada dirinya sehingga beberapa tetes air hujan dapat menyentuh wajahnya dengan sempurna.
Vidri berusaha mengelap wajahnya yang terkena air hujan dengan tangannya. Sesaat kemudian Vidri merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya, dan ternyata itu Reyhan yang meminjamkan topinya pada Vidri. "Pake aja, ntar si Noah marahin gue gara-gara lo tiba-tiba sakit," katanya dan menampilkan gigi rapinya.
"Dih, terus lo pake apa?" Vidri menatap Reyhan lagi.
"Gaada, yang penting lo ga sakit udah," ujar Reyhan dan menarik bahu Vidri untuk mendekat dengannya.
Vidri merasa ada yang aneh, namun ia berusaha berpikir senetral mungkin.
"Vid, hujannya udah reda. Ayo pulang," Vidri hanya mengangguk untuk menjawab ajakan Reyhan.
Akhirnya mereka langsung menuju parkiran dan bergegas untuk pulang agar tidak terjebak hujan yang lebih besar nantinya.
Di jalan Vidri hanya terdiam karena canggung. Entah apa yang membuat dirinya canggung seperti ini. Vidri merasa ada yang aneh dengan semua ini.
Berselang beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai di depan mini market yang Vidri ingin dituju. Sebenarnya itu hanya alibi, tapi apa daya ia sudah sampai. Vidri memasuki mini market tersebut dan membeli dua botol air.
Sehabis berbelanja, Vidri menuju ke arah Reyhan dan mengulurkan sebotol air untuk diminum.
"Thank's" ucap Reyhan kemudian ia mengantar Vidri. Tak berselang lama akhirnya mereka sampai di depan rumah Vidri.
"Vid gue langsung pulang ya, makasih udah nemenin. Makasi juga airnya," ucap Reyhan kemudian dibalas anggukan dari Vidri. Lalu Reyhan berbalik untuk pulang.
Sepernginya Reyhan dari depan rumah Vidri kemudian tampak Noah dari beberapa meter dengan motornya dan dia tampak agak basah, mungkin karena hujan. Begitu pikir Vidri.
Noah tampak tidak seperti biasanya. Noah tidak menyapa Vidri dan nyelonong begitu saja masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun pada dirinya.
Vidri hanya memaklumi saja, ia berpikir bahwa Noah lelah setelah keluar dan kehujanan.
Kemudian ia berjalan menuju ke dalam rumah. Karena ia merasa rambutnya kusut akhirnya ia mengelus pelan ujung rambutnya dan mulai tersadar bahwa topi milik Reyhan masih bertengger di kepalanya. Lantas ia melepas topi itu dan menggantungnya di belakang pintu kamarnya agar sedikit kering.Ia melangkah duduk di depan meja rias miliknya dan mulai menyisir rambutnya pelan sembari berpikir mengapa sikap Reyhan menjadi aneh terhadap dirinya.
"Haduh, ngapain mikirin itu sih goblok," katanya frustasi dan menampar pelan kepalanya. Masih sibuk bergelut dengan pikiran dan bayangan yang terpantul di cermin tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Vidri mengira itu ibunya. Namun salah besar. Ternyata itu adalah Noah.
Noah langsung masuk ke kamar Vidri dan mengunci pintu kamar milik Vidri dan memasukkan ke saku celana jeans hitam milikknya kemudian mendekati Vidri yang membeku di tempat.
"Noah? Lo ken-" tak ada lanjutan dari Vidri karena Noah langsung merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.
"Gue gabisa kehilangan lo," ujar Noah yang mengeratkan pelukannya.
"Gue–gabisa–napas!" Karena saking eratnya pelukan Noah, Vidri sampai merasa sesak dipeluknya.
Noah lantas melepaskan pelukannya kemudian menatap Vidri intens. Bahkan rasanya sampai Noah hapal kontur wajah gadis manis di depannya.
"Vidri, gue cemburu. Ayo peluk gue," Vidri tersenyum tipis dan memeluk pria berbibir tipis di depannya.
"Lo kenapa?" Tanya Vidri dari balik dada bidang pria tersebut.
"Gue gaterima liat lo sama Reyhan kayak tadi,"
"Hmmm? Iya? Yang kayak gimana?"
"Dia megang tangan lo kayak gini–" kata Noah sambil menangkup tangan Vidri persis seperti yang dilakukan Reyhan.
"Cie cemburu," goda Vidri sambil sedikit menyentuh hidung mancung milik Noah.
Noah menampilkan smirk dan mulai maju mengikis jarak antara dirinya dan gadisnya sampai Vidri terhantuk ke pintu kamarnya. Sedangkan Noah mengungkung Vidri dengan lengan kekarnya.
"Kamu kira aku gabisa cemburu hmm?" kata Noah pelan dibarengi deheman.
Vidri langsung mendorongnya dan berjalan mengambil ponselnya yang ia letakan di atas meja belajarnya.
Kak andre ganteng.
Vidri gue cuma mau bilang,
Gue udah jadian sama Riana.Double up!
Thx udah nunggu lama banget, maaf maaf maaf bangettt.
Sebenernya ini Pitaaaa lagiii di tempat PKL😭😭
Nyuri waktuuu buat updateee.
Maaffff gabisaaa lamaaa lamaaaaaC u next chapt readers! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
NOAH
Teen FictionDia datang saat aku memerlukan teman. Dia menghiburku dengan caranya sendiri. Ya, mungkin memang dia yang kucari.