Gak aku baca ulang, maaf kalau ada typo dan ceritanya tidak sesuai ekspektasi
Enjoyy!!
***
Doyoung membuka matanya perlahan. Dia merasa kepalanya sangat pusing dan hidungnya seperti disumbat oleh sesuatu. Langit-langit yang dilihatnya sekarang jelas sekali bukan yang ada di kamarnya, namun dia juga merasa tidak asing dengan keadaan ruangan tempat dia berbaring sekarang.
"Doyoung, kau sudah sadar? Ah syukurlah."
Doyoung menoleh ke arah sumber suara. Orang itu tiba-tiba saja mendekati Doyoung yang sedang terbaring lemah. Dan saat orang itu sudah berada di hadapannya, Doyoung yakin dia sedang bermimpi.
"Hei, kau tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanyanya lagi karena Doyoung hanya menatapnya.
"Jaehyun?" lirih Doyoung. Mimpinya kali ini terasa sangat nyata.
"Iya ini aku." jawab orang bernama Jaehyun itu.
Doyoung yang terkejut langsung duduk dari posisi tidurnya, namun dia segera mengerang kesakitan karena bangun dengan tiba-tiba.
"Hei, pelan-pelan." kata Jaehyun sarat dengan kekhawatiran.
"Kau benar-benar Jaehyun? Aku tidak sedang bermimpi?" tanya Doyoung lagi meyakinkan.
Jaehyun menggeleng. "Tidak. Kau tidak sedang bermimpi." kata Jaehyun. "Apa bola voli itu menghantammu terlalu keras? Aku harus memarahi Ten setelah ini."
"Tapi bukankah kau sudah..." Doyoung menghentikan perkataannya. Dia berusaha mencerna apa yang terjadi. Bola voli? Ten? Doyoung memandang sekeliling. Dia merasa familiar karena ini adalah ruang kesehatan yang ada di kampusnya. Apa dia sedang di masa saat dia pingsan terkena smash Ten saat menemani Jaehyun latihan voli? Berarti dia sedang berada di masa lalu? Dia kembali?
"Aku sudah apa?" tanya Jaehyun menyadarkan kembali Doyoung dari lamunannya. "Apa sebaiknya kita ke rumah sakit? Kau tidak terlihat baik-baik saja." Jaehyun menyentuh tangan Doyoung, menyalurkan perasaan khawatir yang amat sangat.
Tiba-tiba saja, Doyoung menghambur ke pelukan Jaehyun. Dapat Jaehyun rasakan bahunya yang mulai basah karena air mata Doyoung.
"Doyoung, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Jaehyun yang mulai mengelus punggung Doyoung lembut.
"Biarkan... seperti ini dulu." kata Doyoung di sela isakannya.
Setelah itu Jaehyun tidak bertanya apa-apa lagi. Dia membiarkan Doyoung menangis di pelukannya sampai dia tenang.
***
"Tidak bisakah kau menginap di sini?" tanya Doyoung saat Jaehyun mengantarnya sampai apartmentnya.
Jaehyun terkekeh. "Ada apa denganmu hari ini eoh? Kenapa kau jadi manja seperti ini?" tanya Jaehyun heran.
Doyoung terlihat sedih. Melihat itu, Jaehyun mengacak rambut Doyoung gemas. "Kau harus istirahat. Nanti akan ku telefon. Besok juga kita bisa bertemu. Akhir pekan ini kita akan pergi ke taman hiburan seperti yang kau inginkan." kata Jaehyun.
Taman hiburan? Doyoung bersumpah itu adalah momen yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.
Doyoung kemudian mengangguk. Setelah mengucapkan perpisahan, Jaehyun pergi meninggalkan Doyoung yang masih terdiam di depan pintu masuk apartmentnya.
"Hyung, sedang apa kau melamun di sini?"
Doyoung menoleh dan mendapati Jeno dengan seragam sekolah menengah pertamanya. "Kau masih SMP?" tanya Doyoung tak sadar.
"Hyung mau meledekku atau bagaimana?" tanya Jeno sebal. Namun raut wajah Jeno berubah menjadi khawatir saat dia melihat hidung Doyoung yang merah. "Ada apa dengan wajahmu? Kau baik-baik saja?" tanya Jeno.
"Aku terkena bola nyasar." kata Doyoung. Raut khawatir masih belum luntur dari wajah Jeno. "Aku baik-baik saja. Ayo masuk, aku akan menyiapkan makan malam." kata Doyoung sambil menarik Jeno untuk masuk ke dalam apartment.
"Tidak usah hyung. Aku membawa pizza untuk kita berdua." kata Jeno sambil mengangkat dua kotak pizza yang sejak tadi sudah ada di tangannya.
Doyoung mengerutkan keningnya. "Pizza? Kau membelinya?" tanya Doyoung.
Jeno mengangguk. "Aku sedang ingin makan pizza." kata Jeno sambil tersenyum hingga kedua matanya menghilang.
Doyoung ikut tersenyum. "Baiklah. Lebih baik kita segera masuk sebelum pizzanya menjadi dingin." kata Doyoung.
Kedua bersaudara itu pun segera memakan pizza mereka masing-masing setelah sampai di unit apartment mereka. Jeno bercerita bahwa minggu depan dia akan memulai masa trainee nya sebagai seorang idol. Doyoung tentu ingat cerita ini. Dia tidak mungkin lupa wajah Jeno yang berhasil lolos audisi di agensi yang cukup besar dan bisa memulai trainee nya mulai minggu depan.
Setelah itu, mereka kembali ke kamar masing-masing. Doyoung melihat kamarnya yang masih dipenuhi oleh buku-buku kuliahnya dan tempelan sticky note perihal deadline tugasnya.
"Wah, aku benar-benar kembali?" tanyanya tak percaya pada diri sendiri.
"Tentu saja. Kau meremehkan kemampuanku?"
Doyoung tentu saja terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul di kamarnya. Saat dia berbalik, dia sudah melihat Taeyong sedang berdiri di dekat jendela kamarnya.
"Apa kau tahu sopan santun?" sindir Doyoung.
"Tidak." jawaban itu berhasil membuat Doyoung semakin jengkel dengan keberadaan Taeyong di kamarnya.
Dengan seenaknya, Taeyong berjalan menuju kasur Doyoung dan berbaring di atasnya. "Bagaimana rasanya kembali ke masa lalu?" tanya Taeyong.
"Aneh. Aku masih sulit mencerna semua ini." kata Doyoung jujur. Dia memang masih merasa semuanya tidak masuk akal.
"Tapi ini sudah terjadi. Kau harus percaya." kata Taeyong, kemudian dia bangkit lalu menatap Doyoung lekat. "Kau sudah sampai di sini. Jangan menyia-nyiakan kesempatan. Ingat akan tujuan awalmu." kata Taeyong serius.
Doyoung menelan ludahnya kasar. "Apa aku bisa memperbaiki penyesalanku?" tanya Doyoung ragu.
Taeyong tersenyum yakin. "Kau pasti bisa. Dan ingat pesanku. Jangan pernah mengubah takdir seseorang."
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[JaexDoxTae FANFIC] Sun & Moon (FIN✅)
Fanfiction[COMPLETED] Tanpa adanya matahari, maka bulan pun akan redup