Berasa punya hutang kalau udah lama ga up works yang lagi on going tuh
Maaf tidak sesuai ekspektasi :")
_____________________________________
Taeyong bertekad untuk tidak peduli lagi pada Doyoung. Persetan jika dirinya mati hari ini. Dia tidak peduli, tidak ada orang yang peduli padanya apalagi Kim Doyoung.
Namun lihatlah apa yang sedang dilakukan Taeyong sekarang.
Dia menunggu kedatangan Doyoung di apartment Doyoung. Langit sudah gelap, namun Doyoung belum juga menampakan wajahnya. Apa yang direncanakan Doyoung kali ini untuk menyelamatkan nyawa Jaehyun? Membawanya untuk menginap di apartmentnya kah sama seperti kali pertama? Atau membawa mobil Jaehyun seorang diri? Taeyong tak bisa menebak pemikiran pemuda itu.
Saat dia mendengar suara pintu terbuka, Taeyong bergegas menghampiri Doyoung di pintu depan. Namun dia mengurungkan niatnya saat dia mendengar suara Jaehyun juga.
Inikah keputusan Doyoung? Okay, Taeyong mungkin akan mengatakan selamat tinggal. Yuta pasti akan sibuk merutukinya setelah ini.
Taeyong masih mematung saat dia menyadari Doyoung tengah menatapnya. Dan dia juga sadar.
Hanya ada Doyoung di depannya.
Tiba-tiba saja, Doyoung menghambur ke dalam pelukan Taeyong. Dia menangis keras, tidak peduli jika pendengaran Taeyong terganggu setelah ini karena mendengar raungannya.
"Aku... aku membiarkannya... pergi." kata Doyoung sambil tersedu-sedu.
Taeyong kini mengerti. Dia balas memeluk Doyoung lebih erat, berusaha memberi kenyamanan pada orang yang sangat dia cintai. Membisikan kata-kata penenang di telinganya. Taeyong paham, bagaimana rasanya tidak memiliki kuasa saat kita tahu apa yang akan terjadi.
Doyoung masih setia menangis di pelukan Taeyong. Sebentar lagi, dia akan menerima kabar kematian Jaehyun. Kekasihnya yang baru saja melamarnya. Menjanjikannya kehidupan bersama di saat susah dan senang, di saat sehat dan sakit. Namun kekasihnya itu pergi lebih dulu, meninggalkannya dalam kenestapaan.
Ponsel Doyoung berdering. Mereka sudah memprediksinya. Melihat Doyoung yang enggan menatap ponselnya sama sekali, Taeyong akhirnya yang menjawab panggilan itu.
"Kau mau ku temani ke sana?" tanya Taeyong.
Doyoung mengangguk pelan. Meskipun sakit, dia ingin mengucapkan selamat tinggal pada Jaehyun dengan benar. Dia tidak menyesal. Kali ini dia bisa melepas Jaehyun tanpa penyesalan apapun. Dia ikhlas.
Taeyong akhirnya membawa Doyoung ke kediaman Jaehyun. Doyoung tetap histeris melihat tubuh kaku Jaehyun. Taeyong tetap setia di sampingnya, mendampingi Doyoung melewati masa sulitnya. Keesokan harinya, Jaehyun dimakamkan. Jeno pun hadir setelah mendapatkan kabar dari Doyoung. Karena kelelahan, Doyoung pun tidak sanggup dan akhirnya pingsan.
Taeyong segera membawa Doyoung dan Jeno kembali ke apartmentnya. Setelah sampai, Taeyong membaringkan tubuh lemah Doyoung di atas kasurnya.
"Apa Doyoung hyung baik-baik saja?" tanya Jeno khawatir melihat wajah pucat kakaknya.
Taeyong mengangguk. "Dia hanya kelelahan. Oh iya, bisakah kau membawa air untuk Doyoung? Siapa tahu dia akan segera bangun." pinta Taeyong pada Jeno.
Tanpa bertanya lagi, Jeno segera pergi ke dapur untuk mengambil air. Sepeninggal Jeno, Taeyong duduk di samping ranjang Doyoung.
"Tugasku sudah selesai." kata Taeyong sambil mengenggam tangan Doyoung. "Selamat tinggal. Jaga dirimu baik-baik. Semoga kita bisa bertemu lagi." kata Taeyong kemudian dia mengecup punggung tangan Doyoung.
Setelah itu, Jeno kembali dengan segelas air kemudian dia menyimpannya di atas nakas. Taeyong bangkit lalu menaruh tangannya di pundak Jeno.
"Aku pergi dulu ya. Jaga Doyoung dengan baik." kata Taeyong.
"Hyung mau kemana?" tanya Jeno.
Taeyong hanya mengangkat bahunya. "Aku tidak bisa memberi tahumu karena aku pun tidak tahu aku akan pergi ke mana." kata Taeyong. "Jadilah adik yang baik dan jaga kakakmu ya." pesan Taeyong kemudian dia pergi meninggalkan kedua saudara itu.
Saat Taeyong keluar dari apartment Doyoung, dia disambut oleh Yuta yang sudah menunggunya.
"Kau berhasil." kata Yuta.
"Sudah ku bilang aku tidak akan gagal kali ini." kata Taeyong.
"Lalu bagaimana kelanjutan kisah cintamu?"
"Biarkan takdir yang mengatur." kata Taeyong, kemudian dia melangkah menjauh dari apartment Doyoung, dengan Yuta mengekor di belakangnya.
***
Doyoung membuka matanya, namun dia segera menutupnya kembali karena cahaya lampu kamarnya langsung menerpa indra penglihatannya.
"Hyung sudah bangun?" tanya Jeno sarat dengan kekhawatiran.
"Air." kata Doyoung yang merasa tenggorokannya kering sekali.
Jeno membantu Doyoung untuk duduk kemudian dia menyerahkan air yang sudah disimpannya tadi.
"Berapa lama aku pingsan?" tanya Doyoung.
Jeno melirik jam dinding yang ada di kamar Doyoung. "Lima jam. Hyung jangan terlalu lelah lagi. Istirahatlah." kata Jeno.
"Taeyong mana?" tanya Doyoung lagi.
"Taeyong? Siapa dia?" tanya Jeno.
Doyoung merasa kesadarannya kembali sepenuhnya. "Kau tidak mengenal Taeyong? Taeyong hyung yang membelikanmu minuman waktu itu?" tanya Doyoung.
Jeno menggeleng. "Aku tidak mengenalnya. Lagipula bukankah hyung sendiri yang membelikanku minuman saat itu?"
"Mana ponselku?" tanya Doyoung, nadanya terdengar sedikit panik.
Jeno menyerahkan ponsel Doyoung yang memang sejak tadi ada padanya. Dengan cepat Doyoung menelusuri kontaknya. Dia tidak menemukan nama Taeyong di sana. Riwayat pesan maupun panggilan, tak ada Taeyong di dalamnya.
"Hyung kau baik-baik saja kan?" tanya Jeno khawatir karena kakaknya bersikap aneh.
Doyoung menghela nafas. "Aku tidak apa-apa." kata Doyoung kemudian kembali merebahkan dirinya.
Sialan kau Lee Taeyong. Setelah apa yang kau lakukan, kau malah pergi begitu saja. Brengsek! , umpat Doyoung dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
The End
~epilog menyusul~
KAMU SEDANG MEMBACA
[JaexDoxTae FANFIC] Sun & Moon (FIN✅)
Fanfiction[COMPLETED] Tanpa adanya matahari, maka bulan pun akan redup