6. Jealous?

1K 159 9
                                    

Hei, sumpah aku terharu sama respon kalian di chapter sebelumnya  :"

Ternyata ada yang nungguin work ini. Makasih ya! Ini aku up lagi, semoga suka. Gak aku baca ulang. Maaf  :")

-----------------------------------------------

Jaehyun tersenyum saat dia mendapati Doyoung terlihat di tribun penonton lapangan indoor. Biasanya Doyoung akan langsung datang ke pinggir lapangan untuk menontonnya berlatih, namun kali ini mungkin Doyoung masih trauma dengan bola voli jadi dia memutuskan untuk menonton Jaehyun dari tribun saja.

Setelah pertandingan selesai, Doyoung berdiri kemudian turun untuk menghampiri Jaehyun. Namun sebelum menghampiri Jaehyun, dirinya dicegat terlebih dahulu oleh Ten.

"Doyoung, aku benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin." kata Ten sambil membungkukan badannya.

"Berhentilah minta maaf Ten. Kau sudah melakukannya puluhan kali." kata Doyoung sedikit kesal. Pasalnya sampai semalam pun, dia masih diteror permintaan maaf dari Ten.

"Tapi tetap saja kau sampai pingsan." kata Ten.

"Tentu saja. Kau kan spiker. Blocker lawan saja sulit menghadapi spike mu, apalagi Doyoung." kata Jaehyun yang tiba-tiba saja sudah muncul dari belakang mereka.

Ten langsung murung mendengar perkataan Jaehyun. Rasa bersalah semakin meliputi dirinya. Melihat itu, Doyoung langsung menyikut Jaehyun yang berdiri di sampingnya.

"Sudahlah Ten, aku sudah tidak apa-apa. Aku sudah memaafkanmu, jadi jangan meminta maaf lagi." kata Doyoung.

"Maaf ya. Aku janji akan lebih berhati-hati lagi." kata Ten. "Lagipula sekarang kita punya libero baru yang hebat. Pasti dia akan mendapatkan bola yang gagal di-block." kata Ten sambil memandang seseorang yang menggunakan seragam berbeda dari yang lain.

"Libero baru? Memangnya apa hubungan libero dengan spike-nya Ten? Kenapa seragamnya juga berbeda dari yang lain?" tanya Doyoung yang memiliki pengetahuan minim tentang olahraga voli.

"Libero itu bertugas untuk menahan serangan dari lawan seperti service dan spike. Bisa dibilang, libero adalah kunci dari sebuah tim. Agar mudah dikenali, dia memakai seragam yang berbeda dari pemain lain." jelas Jaehyun. "Jadi kalau sedang latihan, Taeyong pasti berlatih untuk menerima spike ataupun service dari Ten." kata Jaehyun lagi.

Doyoung langsung menatap Jaehyun. "Apa? Siapa katamu?" tanya Doyoung mencoba meyakinkan bahwa indra pendengarannya tidak salah.

"Taeyong. Dialah libero baru tim kami." kata Jaehyun. "Biar ku kenalkan dia padamu." kata Jaehyun kemudian dia memanggil Taeyong.

Dan benar saja dugaan Doyoung. Taeyong yang dimaksud adalah Taeyong yang telah membawanya ke masa ini. Tanpa sadar, Doyoung mendecakkan lidahnya saat Taeyong sudah ada di hadapannya.

"Kenapa? Apa kau tidak suka melihatku?" tanya Taeyong pada Doyoung.

Doyoung melirik Taeyong dengan pandangan tak suka. "Kau benar-benar tidak membiarkanku menjalani kehidupan ini dengan tenang ya." kata Doyoung.

"Lho, kalian saling kenal?" tanya Jaehyun bingung saat mendengar percakapan mereka berdua.

Doyoung gelagapan. Saking kesalnya dia sampai lupa bahwa dia seharusnya tidak mengenal Taeyong. Sekarang bagaimana dia menjelaskannya?

"Doyoung satu jurusan denganku. Jadi tentu saja kami saling mengenal." kata Taeyong.

"Ah benar juga." kata Jaehyun seolah baru sadar bahwa Taeyong dan Doyoung kuliah di jurusan yang sama.

Sedangkan Doyoung kini sedang bertepuk tangan dalam hati. Dia memuji dengan tulus kemampuan acting Taeyong yang luar biasa.

"Ya, kami ada di kelas yang sama dalam kuliah tertentu." tambah Doyoung menambah kebohongan mereka.

Jaehyun tersenyum. "Baguslah kalau ternyata kalian sudah saling mengenal. Aku tidak perlu memperkenalkan kalian berdua lagi." kata Jaehyun, kemudian dia menatap Doyoung. "Aku ganti baju dulu. Kau tunggu di sini ya." kata Jaehyun yang dijawab anggukan oleh Doyoung.

Dan kini hanya menyisakan Doyoung dan Taeyong yang sedang memantul-mantulkan bola voli yang dipegangnya.

"Apa maksudmu melakukan semua ini?" tanya Doyoung langsung.

"Melakukan apa?" tanya Taeyong tak mengerti.

Doyoung menghembuskan nafasnya kasar. "Tentu saja mengikuti kemanapun aku pergi. Sampai menyamar menjadi mahasiswa segala. Apa kau menggunakan kekuatanmu lagi?" tanya Doyoung.

"Aku harus mengawasimu. Jadi aku harus tetap berada di dekatmu." kata Taeyong.

Doyoung menatap tajam Taeyong. Dia tidak suka diawasi. Ini hidupnya dan ini keputusannya. Walaupun dia sampai di sini berkat Taeyong, tapi bukan berarti Taeyong berhak ikut campur dalam kehidupannya.

"Aku tidak akan ikut campur. Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya mengawasimu agar kau tidak melakukan yang tidak-tidak." kata Taeyong seolah membaca pikiran Doyoung. Tidak, maksudnya dia memang bisa membaca pikiran Doyoung.

Doyoung mengerutkan keningnya. "Maksudmu?" tanya Doyoung. Memangnya dia mau melakukan apa?

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" kata Jaehyun sambil merangkul Doyoung.

"Kau sudah selesai?" tanya Doyoung.

Jaehyun mengangguk. "Apa aku mengganggu?" tanya Jaehyun lagi saat obrolan Doyoung dan Taeyong terhenti karena kedatangannya.

"Tidak sama sekali. Ayo kita pergi." ajak Doyoung pada Jaehyun.

"Baiklah." kata Jaehyun kemudian mengalihkan atensinya pada Taeyong. "Kau belum akan pulang?" tanya Jaehyun yang melihat Taeyong masih setia mengenakan seragam tim mereka.

"Aku akan membereskan ini semua dulu. Satu jam lagi tim basket akan menggunakan lapangan ini." kata Taeyong sambil mengedarkan pandangannya pada lapangan yang masih terdapat bola voli menyebar dimana-mana.

"Ah, kau benar. Tidak apa-apa kau melakukannya sendiri?" tanya Jaehyun. Ragu harus membiarkan Taeyong membereskan semuanya sendiri.

"Tidak apa-apa. Aku yakin dia bisa melakukannya sendiri Jae. Benar kan?" kata Doyoung pada Taeyong sambil tersenyum usil.

Taeyong mengangguk. "Benar apa kata Doyoung. Aku tidak apa-apa. Kalian pergi saja." kata Taeyong yang sebenarnya sedang menahan rasa kesalnya pada Doyoung.

"Baiklah. Kalau begitu aku pulang duluan." kata Jaehyun sambil menurunkan lengannya untuk menggenggam tangan Doyoung.

"Eoh, hati-hati." kata Taeyong.

Taeyong melihat senyum Doyoung yang langsung terbit saat Jaehyun menariknya sambil menggenggam tangannya. Sedangkan Taeyong menggenggam bola yang ada di tangannya dengan erat seolah dia bisa memecahkan bola itu dengan tangan kosong. Sesaat setelah Jaehyun dan Doyoung menghilang dari pandangannya, Taeyong melemparkan bola yang sedang dipegangnya dengan keras ke sembarang arah. Dia tidak peduli jika ada yang terluka karena lemparan bolanya. Saat ini dia benar-benar kesal, walaupun ini bukan pertama kalinya dia melihat pemandangan seperti tadi.

[JaexDoxTae FANFIC] Sun & Moon (FIN✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang