Mumpung lagi rajin dan idenya lagi lancar. Jadi update lagi
(Gak ku baca lagi, jd maaf kalau ada salah salah )
Enjoyyyy.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
************************************************
Doyoung termenung di hadapan lemari pakaiannya. Perasaannya kacau, hatinya bimbang. Dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Bersiap ke kampus menjadi lebih lama daripada biasanya. Hingga akhirnya ketukan di pintu kamarnya menyadarkan lamunan Doyoung.
"Hyung, kau sudah selesai? Taeyong hyung sudah menunggumu." kata Jeno dari luar kamar Doyoung.
"Eo...eoh. Aku segera keluar." kata Doyoung. Bahkan suaranya pun terdengar gugup.
Doyoung mengambil acak baju yang ada di dalam lemarinya, memakainya, kemudian menyambar tasnya. Saat dia keluar dari kamar, dia melihat Taeyong yang sudah menunggunya di ruang tengah.
Mereka saling bertatapan tanpa mengatakan apapun. Doyoung menelan ludahnya kasar, kemudian dia pergi ke luar apartmentnya tanpa menunggu Taeyong.
Melihat itu, Taeyong segera menyusul Doyoung. Dia menghentikan langkah Doyoung saat mereka sudah sampai di luar gedung. Genggaman Taeyong cukup kuat hingga Doyoung tak bisa lepas begitu saja. Doyoung tak berani menatap Taeyong saat ini.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Taeyong.
"Tidak ada." Jawab Doyoung masih membelakangi Taeyong.
"Kau bersikap aneh."
"Aku tidak. Hanya perasaanmu saja."
"Dan asal kau tahu, perasaanku selalu benar." tegas Taeyong. Dia membalikan tubuh Doyoung agar menghadapnya. "Katakan padaku, apa yang membuatmu seperti ini."
Doyoung mengadahkan kepalanya, berusaha menghalau air matanya yang hampir jatuh. "Aku... tidak bisakah aku mencegahnya?" kata Doyoung. Usahanya sia-sia. Air matanya tetap mengalir.
Cengkraman Taeyong pada lengan Doyoung mengendur. "Sudah ku katakan dan ku peringatkan sebelumnya. Kau tidak bisa mengubah takdir seseorang. Kau kemari untuk memperbaiki penyesalanmu."
"Aku tidak sanggup kehilangannya. Aku tidak mau merasakan perasaan itu untuk kedua kalinya." kata Doyoung hampir putus asa.
"Tetap saja kau tidak bisa." Taeyong menegaskan setiap kata yang terucap dari mulutnya.
Doyoung merasa frustasi. Di sisi lain, dia tidak bisa mengubah takdir. Namun dia juga ingin sekali menyelamatkan Jaehyun.
"Memangnya apa konsekuensinya jika aku membuat Jaehyun tetap hidup? Apa aku akan mati menggantikannya? Kalau hanya seperti itu, aku bersedia menggantikannya." kata Doyoung.
Taeyong menghela nafas. Dia tahu, bahwa Doyoung akan merasa seperti ini lagi. "Lebih buruk dari itu." kata Taeyong. "Jika kau sampai membuat Jaehyun tetap hidup, maka kau akan menghilang dari ingatan semua orang. Dan kenanganmu tentang semua orang juga akan hilang. Kau tidak akan pernah ada di kehidupan Jaehyun maupun menjadi kakak bagi Jeno. Jadi percuma saja kau menyelamatkan Jaehyun. Kalian tidak akan pernah bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[JaexDoxTae FANFIC] Sun & Moon (FIN✅)
Fanfic[COMPLETED] Tanpa adanya matahari, maka bulan pun akan redup