44

23.5K 1.2K 288
                                    


"Den? Non Cikal gimana keadaannya?"

Ezra yang baru sampai depan pintu di sambut dengan Mbak Tari yang menghampirinya dengan wajah panik.

"Istri Ezra terpaksa operasi sesar bi, Cikal koma"

"Astaga non Cikal, maafin mba ya den tadi mbak nggak ada di rumah pas mbak Cikal terjatuh di tangga, mbak lagi keluar"

"Bukan salah mbak Tari"  ucap Ezra berjalan ke dapur untuk mengambil minum, wajahnya terlihat Lela sekali.

Mbak Tari dengan wajah yang masih khawatir dan resah, mengikuti Ezra ke dapur ia merasa sangat bersalah. "Den mau makan? Mau mbak buatin sesuatu?"

"Nggak mbak, Ezra mau mandi aja."

"Yasudah."

Ezra mengusap wajahnya kasar, ia menjatuhkan tubuhnya di kasur, dirinya memang membutuhkan istirahat, tetapi Ezra tidak ingin meninggalkan Cikal lama-lama.

Ezra mengerjapkan matanya berkali-kali, ia ketiduran nada dering ponslenya membuat ia segera bangun dari posisinya dan mengambil ponsel yang sedikit jauh darinya.

Ezra mengerutkan keningnya, ada lima panggilan tak terjawab dari Daniel. Panggilan ke enam Daniel sudah mati duluan sebelum Ezra mengangkatnya.

Ting!

Ezra dengan cepat membuka notifikasi yang baru saja masuk ke ponselnya, sebuah pesan dari Daniel.

Kudanil : Lo di mana?! Kondisi Cikal memburuk

Ezra yang membaca pesan Daniel segera membalasnya.

Ezra: Gue ke rumah sakit

Ezra tanpa mengganti pakaiannya, ia masih memakai bajunya yang tadi, segera keluar dari rumah mengeluarkan mobilnya dari dalam  garasi.

Mbak Tari yang melihat Ezra yang terlihat sangat terburu-buru sekali perasaannya menjadi tidak enak.

"Den ada apa?!"

Ezra tidak menjawab pertanyaan mbak Tari, ia dengan terburu-buru mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.

Ting!

Kudanil: Detak jantung Cikal berhenti

Ezra melihat pesan Daniel yang tertata di atas ponselnya, satu tetes air mata jatuh ke pipi Ezra dunianya seakan berhenti setelah membaca pesan dari Daniel.

Ezra dengan terburu-buru masuk ke dalam mobilnya dan segera meninggalkan perkarangan rumahnya.

"Kamu ga boleh pergi Kal."

Gumam Ezra lirih, mata Ezra memanas menahan tangis,  tolong jangan ambil istrinya dulu, Ezra tidak ingin anaknya tumbuh tanpa seorang ibu, tumbuh tanpa ASI dari Cikal.

Ezra menggeleng lemah, lampu merah di depannya tidak ingin berganti warna, Ezra tidak henti-hentinya memberi klakson agar kendaraan di depannya cepat berjalan.

Begitu sampai di rumah sakit, Ezra menaruh mobilnya di depan rumah sakit dan menyuruh untuk satpam yang memarkirkannya.

Ezra berlari untuk menuju ruang vvip Cikal, semua orang yang berada di lorong rumah sakit hanya menatapnya heran.

Rambut Ezra bergerak seirama dengan langkah kakinya, jantungnya makin berdegup kencang ketika ia sudah mendekati ruangan istrinya.

Ezra membuka pintu, terlihat di sana keluarga ia dan keluarga Cikal yang sudah berkumpul. Ezra melihat Mamanya dan Mama mertuanya yang tengah berpelukan menangis.

Ezra menoleh ke arah brankar, melihat Cikal  berbaring tak berdaya di sana, dengan berat  menghampiri ranjang istrinya ia tidak bisa lagi menahan nangisnya melihat layar  yang bergaris lurus. Ezra menjambak rambutnya menggelengkan kepalanya, berharap ini semua hanya bercandaan.

MY LITTLE WIFE [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang