Wedding Party

24 0 0
                                    

Setelah menyerahkan kartu tamu yang diberikan Keina kemarin pada penerima tamu, Denara menuju ke barisan yang akan membawanya ke pelaminan untuk menyalami kedua mempelai dan orang tua dari masing-masing mempelai. Sambil mengantre, Denara mengamati sekitar venue. Dekorasi acara pernikahan kakak sepupu sahabatnya ini sangat menarik perhatiannya karena nuansa shabby chic adalah gaya dekorasi favoritnya. Jujur saja, Denara tak mengenal siapapun di sini. Dia ingin segera menyalami mempelai dan menemui Keina. Sebenarnya, bisa saja Denara ikut dengan Keina di barisan keluarga sehingga ia tidak perlu mengantre. Keluarga Keina sudah cukup akrab dengan Denara. Namun, Denara tidak ingin mengganggu acara Keina, keluarga saja bukan. Denara juga harus berangkat pagi-pagi jika akan bersama keluarga Keina, ia terlalu malas bangun pagi.

"Congratulations, Kak Mia!" ucap Denara sambil menyalami tangan sang mempelai wanita. Kini Denara telah sampai di pelaminan.

"Eh, Ara?" mata Mia mengamati wajah Denara, tidak yakin.

"Iya, kan, Ara temennya Nana!" ujar Mia kali ini mantap.

Denara terdiam sejenak. Dia lupa bahwa Keina lebih akrab disapa dengan nama Nana di keluarganya. Terlebih, Denara terkejut karena Mia masih mengingatnya, padahal mereka hanya bertemu sekali. "Iya, Kak. Aku Ara temannya Nana."

"Ya ampun, Ara! Apa kabar? Kakak tadi pangling loh soalnya hari ini kamu cantik banget!"

Denara tersipu malu dipuji demikian karena dia merasa make up yang ia kenakan hanya sekenanya saja. "Kakak bisa aja, nih!"

"Ayo, kita foto dulu, deh!" ajak Mia.

Denara mengangguk dan segera menempatkan diri sesuai dengan arahan fotografer. Tak lama kemudian, mereka pun mulai berpose.

"Sekali lagi, selamat Kak Mia!" ujar Denara setelah berpose beberapa kali sambil menyalami tangan Mia. "Kak—"

"Joe, dek!" sang mempelai pria menyebutkan namanya.

"Ah, iya! Selamat, ya, Kak Joe!" ucap Denara sambil menyalami tangan Joe. "Udah, ya, Kak. Aku turun. Kasihan tuh yang ngantre di bawah."

"Oke, Ra! Nanti foto-fotonya minta Nana aja, ya, Ra? Udah sana muter-muter dulu, enak-enak loh masakannya!" Mia terkekeh. "Ya udah, makasih udah nyempetin dateng, Ra!"

Denara mengangguk sambil tersenyum dan segera turun dari pelaminan. Matanya kini sibuk mencari di mana keberadaan sahabatnya. Setelah menemukan Keina yang sedang duduk di kursi yang disediakan khusus untuk keluarga mempelai wanita sambil memainkan ponselnya, Denara segera menghampirinya.

"Lo kemarin disuruh bareng gue nggak mau, lama kan jadinya." Keluh Keina pada Denara yang baru saja tiba di hadapannya.

"Iya, sorry. Gue nggak mau ngerepotin lo, gue kan bukan keluarga mempelai."

"Yaelah, lo kayak sama siapa aja. Lihat sendiri kan, gue jadi gabut nungguin lo." Ujar Keina, kesal.

"Ini kan acara penting keluarga lo, Kei. Gue tetep nggak enak!"

"Ya udah. Sana deh lo muter dulu. Mumpung ini kateringnya enak loh! Jangan sampai kehabisan."

Denara tertawa. "Kata-kata lo barusan mirip sama Kak Mia tadi, deh, Kei."

"Emang nyatanya enak tau, gue udah pernah nyicip di acara nikahannya sodara gue yang lain. Ngomong-ngomong, Kak Mia masih inget lo?"

"Iya, Kei. Gue juga kaget soalnya kan kami cuma ketemu sekali doang pas dia lagi main ke rumah lo"

Denara dan Keina terlarut dalam obrolan mereka di tengah riuh. Sesekali mereka tertawa-tawa, mengabaikan orang yang berlalu lalang di hadapan mereka. Sementara di atas pelaminan, terlihat sesosok pria berjas hitam menyalami Mia dengan wajah canggung.

Sunshine After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang