Langit sore yang cerah ini seperti menggambarkan suasana hati Kent saat ini. Akhirnya Sabtu sore Kent dilalui tanpa mengurus berkas-berkas dari pekerjaannya. Karena suasana hatinya sedang baik, ia pun melakukan hobinya yang mungkin sudah hampir enam bulan tidak ia lakukan, membaca buku. Bagi Kent, membaca buku adalah bentuk coping stressnya.
Baru lima halaman yang terbaca oleh Kent, namun ia sudah seperti masuk ke dalam buku yang dibacanya tersebut. Buku yang dibaca Kent saat ini adalah buku bergenre fiksi pertama yang dibacanya seumur hidupnya. Kent dulunya adalah orang yang sangat skeptis dengan bacaan-bacaan fiksi. Namun entah apa yang membuatnya tiba-tiba ingin sesekali mengintip bagaimana isi buku fiksi.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu rumah Kent seketika membuat jiwanya kembali setelah masuk ke dalam buku yang dibacanya. "Siapa, sih? Lagi asik juga!" Gerutu Kent dalam hati.
Tok! Tok!
Pintu kembali diketuk
"Ya, sebentar!" sahut Kent dari dalam rumah.
Kent pun bergegas membuka pintu rumahnya. Wajah Kent yang sudah terlihat kesal sebelumnya karena aktivitasnya terganggu menjadi bertambah kusut setelah tahu siapa yang datang ke rumahnya.
"Kamu ngapain lagi ke sini?" tanya Kent pada orang di hadapannya itu dengan malas.
Wanita yang berada di hadapan Kent bernama Mia itu tersenyum pahit. "Boleh nggak kita masuk dulu? Ngobrol di dalem?"
"Udah, di sini aja. Langsung aja ada apa, aku lagi sibuk." Ujar Kent, ketus.
Mia menghela napas kemudian berusaha tersenyum. "Aku tahu, aku nggak punya muka lagi untuk dateng ke sini, tapi aku janji, ini bakal jadi yang terakhir kali aku ke sini."
Mia pun menyerahkan sebuah amplop berwarna merah muda yang sedari tadi dibawanya pada Kent. Kent menerimanya dengan ekspresi malas. "Akhirnya, kamu jadi nikah ya sama dia?" sindir Kent.
"Aku nggak berharap banyak, tapi, dateng ya, Kent? Aku nggak maksa, kok. Aku sekalian mau ngabarin aja."
"Sebenarnya kamu nggak perlu ngabarin aku, tapi makasih. Congratulation, by the way."
"Makasih, Kent." Ujar Mia sambil tersenyum. "Ya, udah. Aku pamit, ya?"
"Hm. Hati-hati."
Mia membalikkan tubuhnya setelah dua langkah kakinya berjalan meninggalkan Kent. "Kent?"
"Kenapa lagi?"
"Semoga kamu bahagia selalu, ya? You deserve better than me, okay? Take care..."
Kent terpana sesaat. "I know. Kamu juga, semoga selalu bahagia."
Mia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kent. Ia pun bergegas meninggalkan rumah mantan tunangannya itu.
Langit sore yang tadinya cerah mendadak berubah menjadi mendung. Langit dan Kent mungkin punya suatu ikatan hingga selalu bisa menggambarkan seperti apa suasana hati Kent saat ini. Buku fiksi yang tadi dibaca Kent, ia biarkan saja tergeletak di atas sofa. Buku itu sudah tak lagi menarik perhatiannya.
Hidup yang indah dan penuh romansa hanya ada di buku fiksi, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine After Rain
RomanceMungkin Arkenso dan Denara saling mencintai di waktu yang salah, tapi dua manusia ini yakin, bahwa cinta tak pernah salah. Dengan cahayanya masing-masing, mereka berusaha saling menerangi kegelapan yang mereka miliki.