Kami Berbeda

4 0 0
                                    


Alarm pagi hari berhasil membangunkanku dari tidur. Aku merasa pegal-pegal disekitar punggung. Mungkin, karena faktor semalam pikirku. Semalam aku menonton film drakor atau biasa disebut drama korea. Mereka sangat ganteng dan memiliki roti sobek diperutnya. Sangat idaman bukan? Apalagi Kim Young Kwang. Dia itu aktor yang sangat aku sukai dari seluruh artis laki-laki Korea. Aku sudahi untuk membahas artis korea. Aku bangun dan membereskan tempat tidurku. Saat aku turun aku melihat Ibuku sedang masak makanan. Memang masakan Ibu itu paling top.

05.30

Setelah selesai mandi dan memaki baju sekolah. Aku turun untuk menyantap masakan Ibuku. Rasa lapar diperutku sudah digantikan dengan rasa kenyang diseluruh dalam badanku.

"Bu, aku berangkat kesekolah ya!" sahutku.

"Hati-hati nak! jangan ngebut-ngebut!" ujar Ibuku.

Aku berangkat kesekolah menggunakan sepeda mendiang kakak kandungku, Benedictus Raka. Kakak kesayanganku meninggal karena kecelakaan beruntun di puncak bulan lalu. Aku memang tidak terima akan fakta itu. Kakakku sangat terkenal disekolah karena dia adalah ketua osis. Akan tetapi, tidak ada yang tahu jika kakakku itu ketua osis. Aku menyuruh kakakku untuk tidak memberi tahu siapapun terlebih lagi sahabat kakakku dan sahabatku. Kakakku dan aku sangat berbeda jauh. Kakakku sangat pintar diberbagai bidang sedangkan aku tidak pintar berhitung dan olahraga. Di sekolah aku seperti dikucilkan karena bagi mereka aku itu culun.

Saat itu aku ingin mengumpulkan tugas yang diberikan guru kepada aku. Kedua sahabatku sedang tidak ada, karena mereka ingin istirahat. Aku turun dari lantai 3 ke ruang guru dibawah. Aku lewat tengah lapangan dan matahari yang terik mengganggu penglihatan dan pendengaranku. Aku pusing dan seketika gelap. Setahu ku tidak ada yang mau menolongku. Aku pingsan dilapangan tanpa guru ataupun anak-anak lain tolong. Saat itu kakakku yang kebetulan lewat langsung berlari menghampiriku dan menggendongku dengan sangat keren. Aku pikir kakakku saat itu keren, dia menggendongku hingga uks.

"Dek, kamu sudah siuman?" sahut kakakku

"Udah ka. Ka, jangan panggil aku adek jika kita hanya berdua. Aku sudah katakan kepada kakak dari awal, aku ingin menyembunyikan identitas asliku dari siapa saja." Ujarku

"Iya,iya. Oh ya, kakak ada rapat osis. Kamu jangan lupa minum obat ya. Jangan sampai kejadian lagi seperti tadi. Dan kakak tidak mau kamu pingsan seperti itu lagi, apalagi masa anak-anak hanya melihat tanpa ada maksud untuk menolong kamu? Guru pun tadi seperti itu. Kakak kesal sekali. Jika ada yang marah kepada kamu karena kakak nolongin kamu. Kamu bilang aja "Mendingan ka Raka dong ada respect ke gue, daripada lo cuman liat doang kalo ada orang pingsan. Punya hati ga?" kamu jangan lupa untuk bilang itu ya dek." sahut kakakku panjang lebar.

"OMO! Iya ka, yaampun bawel banget si. Ga ilang-ilang bawelnya. Udah sana rapat osis aja. Sampai jumpa dirumah ka!" ujarku dengan melambaikan tangan.

Setelah aku keluar dari uks. Banyak siswa yang membenciku. Dan, banyak siswa yang menjauhiku. Untung saja bukan kedua sahabatku.

Aku ingat-ingat lagi tentang itu membuat aku ingin menangis. Mengapa aku dan kakakku sangat berbeda? Aku kangen sekali dengan dia. Apa dia bahagia? Apa definisi bahagia menurutnya? Aku ingin bertemu kakakku didalam mimpi. Namun, tidak pernah bertemu. Apa ini takdirku? Mengapa kakakku tidak kesal kepadaku untuk menyembunyikan identitas aslinya kepada semua orang?.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang