Jam istirahat berbunyi dengan nyaring dan anak-anak berhamburan keluar untuk memenuhi kebutuhan perut mereka. Aku berada dikelas XI IPA 1. Aku bukan ketua kelas atau seseorang yang mengurus kepengurusan kelas. Aku hanya anggota biasa intinya. Tapi, dengan fakta itu aku bersyukur karena aku tidak ingin berurusan dengan itu semua. Kebiasaanku itu setiap istirahat adalah membaca novel dan mendengar lagu dari handphoneku. Hidup aman dan tentram tanpa menimbulkan masalah sangatlah indah.
Sebuah lagu kesukaan kakakku tertera di lockscreen handphoneku. Aku menitikan air mata saat mendengarnya dan langsung menggantikannya dengan lagu lain, karena aku tidak ingin orang lain melihat aku menangis. Kebiasaan burukku yang tidak diketahui orang lain adalah suka menangis dikamar karena mendengar lagu kesukaan kakakku. Dan, menangis lagi bila berada dikamar kakakku. Aku lebih suka berkeliling kamar kakakku untuk sekedar melihat foto-foto kami saat masih kecil atau saat aku sangat kangen dengan kakakku. Hari ini aku tidak ingin membahas kakakku lagi.
Saat aku mendengarkan lagu tiba-tiba seseorang melepas earphone ku. Ya dia. Dia itu orang yang paling jahil dikelas. Tapi, aku tidak peduli dengan kejahilannya. Jika dia bersikap berlebihan aku hanya menendang, memukul atau menyikut badan dia. Kali ini dia hanya ingin melepas earphone milikku. Aku hanya melihat kearah dia dengan tatapan kebingungan.
"Kenapa?" sahutku.
"Tidak apa-apa. Tapi, kayaknya tadi lo nangis ya Dit?" tanya Rei.
Nama penjahil kelas kakap ini Reihan Julius. Dia pintar namun jahilnya sangat membuat hati orang jengkel dan membuat marah yang dia jahili. Dia termasuk siswa yang berada di High Class. Mantan dia sangat banyak. Namun, aku pernah mendengar kalau dia sedang menyukai orang dikelas ini. Dia termasuk siswa laki-laki yang aku kategorikan ganteng tapi dapat membuat hati mendidih jika dijahilin olehnya. Saat anak-anak kelasku tahu jika dia sedang menyukai seseorang dikelas ini. Seluruh siswa perempuan mulai mencari perhatian kepadanya dengan melalui berbagai cara dari meminta nomor telepon sampai menempel-nempel kemanapun dia pergi atau yang lebih menstream, yaitu berkata kalau dia pacarnya Reihan sekarang dan tidak boleh ada yang memilikinya selain orang itu. Sangat menjijikan. Memang laki-laki didunia ini yang ganteng hanya dia? Tidak.
"WOY! Lo diajak ngomong malah ngeliatin doang. Bengong lagi. Iya gua tau, gua ganteng kan? Tenang. Tapi lo bukan level gue." Ujar Rei dengan kepedean tingkat tinggi.
"Hah? Apa? Ga ko ga nangis. Salah liat lo" sahutku sambil mencoba mengelap sesuatu di mataku.
"Oh yaudah. Ga nangis kan? Makanya lo jangan baca novel doang. Makin kurus baru tau rasa lo. Udah badan kayak sapu lidi." Ujar Rei dengan mejulurkan lidah yang keluar dan berlari keluar kelas.
Aku tidak peduli dengan ejekan Rei. Bagiku, mungkin itu gen dari orangtuanya atau keluarganya. Mungkin turun-temurun. Tapi, wajar sih ya kan? Dia anak orang "kaya" bebas kan?. Lalu, kukeluarkan kotak bekel miliku yang ditelah disiapkan Ibuku tadi pagi. Aku menghabiskannya dengan secara perlahan dan pasti. Novel yang kubaca masih tetap aku baca sambil menyuapi nasi dari kotak bekelku.
Tiba-tiba nasi yang aku ingin makan ilang. Seperti ada yang menyodorkan mulutnya dan memakannya. Aku melihat kearah sekeliling dan melihat Reihan sedang mengunyah dengan tersenyum.
Aku benci senyum itu, senyum itu hampir mirip dengan senyum kakakku. Aku kangen dengan senyum khas kakakku. Tapi, kenapa Rei setiap kali tersenyum aku mengingat kakakku. Tanpa aku sadari, aku menitikan sebuah air mata dan Rei berlari kearah ku.
"Eh lu kenapa Dit? Yaampun cuman di ambil satu suap nasi aja nangis. Sorry – sorry Dit, ga lagi deh ya." Ujar Rei sambil berlutut memohon ampun kepadaku.
"Ngapain lu minta maaf Rei HAHAHA" sahutku sambil tertawa.
"Gue kira lo marah sama gue Dit. Sumpah, maaf Dit. Tapi, lo ketawa jarang gue liat HAHAHA" ujar Reihan sambil tertawa.
"Eh? Emang? Salah liat kali lo" sahutku dengan senyum.
"Iyadah. Yaudah, abisin bekel lo Dit. Udah mau masuk nih. Belnya mau bunyi. Dalam hitungan 3 2 1" ujar Rei dengan menghitung jari.
Tiba-tiba bel berbunyi dan teman-teman kelasku masuk satu persatu. Reihan pun sudah duduk ditempat duduknya. Aku bisa tahu jika dia sudah duduknya ditempatnya karena aku mencari dia tadi, tapi sudah duduk yaudah. Kumasukkan kotak bekelku kedalam tasku beserta novel dan earphone ku.
Pelajaran hari ini pun berakhir, senangnya. Aku pulang dapat menonton film drama korea. Aku berjalan keluar kelas dan kulihat Reihan sedang menggoda seorang perempuan didekat toilet. Aku tidak peduli dengan kegiatannya saat itu dan aku hanya melewatinya seperti tidak pernah melihatnya. Aku turun melalui tangga satu persatu dan sudah sampai ditempat parkir sepeda. Sekolahku menyediakan tempat parkir khusus sepeda untuk siswa yang ingin bersepeda. Jaket yang tadi aku taruh di pundak, aku pakai dan aku dengan perlahan-lahan keluar sekolah. Ku kayuh sepedaku dengan cepat.
Dalam perjalanan menuju rumah, sebuah mobil berhenti disebelahku. Kaca mobil terbuka dan Reihan terlihat. Kenapa dia lagi pikirku. Hari ini sangat menyusahkanku. Aku tidak peduli dengan kehadirannya. Ku kayuh sepedaku dengan lebih cepat saat dari sebelumnya. Suara klakson mobil membuat aku kesal dan itu suara klakson dari mobil Reihan. Aku berhenti karena menyerah dengan sikapnya.
"Hai Benedicta Restu. Apa kabar? Tadi liat gue ya di deket toilet?" ujar Reihan dengan tatapan sinis.
"Lihat tapi langsung pergi" sahutku dengan jujur.
"Ko gitu sih sama aku Dit? Jahat!" ujar Reihan dengan nada yang dia imutkan. Sangat menjijikan pikirku.
"Alay lo. Udah ah gue mau pulang" sahutku ingin pulang.
"Bagi id line" ujar Reihan dengan pelan.
"Apa? Kalau ngomong jangan.." sahutku sebelum dipotong dengan Reihan.
"BAGI SALAH SATU SOCIAL MEDIA LO!" ujar Reihan sambil memukul setir mobilnya.
Ku keluarkan kertas dari tasku. Dan kutulis salah satu Social Media ku. Karena aku tidak tahan lagi dan takut tidak dapat menonton drama korea. Aku turun dari sepedaku dan kuberi secarik kertas kepadanya.
"Noh. Sudah ya. BYE!" sahutku dengan menaiki sepeda dan kembali mengayuh sepeda.
Aku hanya tidak peduli dengan semua omong kosong orang. Aku tidak tahan bila seseorang yang menghalangi aku menonton drama korea. Sangat menyebalkan pikirku.
Di sisi lain.
"A en j a e ye, dapat akhirnya. BenedictDitaRestu2." Ujar Reihan dengan mengeja dan mengetik kata-kata itu di handphonenya.
Reihan langsung menstart untuk mendapat hati Dita. Perempuan yang dingin tapi jika tersenyum dan ketawa sangat manis. Sudah 5 tahun, Reihan memendam perasaanya. Reihan dan Dita sempat satu sekolah bareng saat SD dan SMP. Saat itu, Reihan tidak sepopuler di SMA nya. Dia gonta-ganti perempuan hanya ingin melihat aksi Dita, tapi tidak membuat Dita melihatnya. Dita itu sebenarnya memiliki badan yang sangat bagus dan dikategorikan cantik. Walaupun, dia diikat dua atau diikat satu. Reihan tahu jika Ka Raka mantan ketua osis dulu adalah kakak kandung Dita. Tapi, Reihan tidak habis pikir jika Dita tidak ingin memberi tahu kepada orang lain. Saat Dita pingsan di tengah lapangan, Reihan melihatnya, saat Reihan ingin menolong. Ka Raka datang dan menggendong Dita dengan perlahan dan dibawa ke UKS. Saat itulah Reihan baru mengetahui tentang kebenaran Dita adek kandung Ka Raka. Reihan tidak sengaja mendengar percakapan antara Ka Raka dan Dita. Saat itu Reihan tidak tahu ingin bagaimana. Tapi, Reihan akan melakukan semua cara untuk mendapatkan hati Dita.
Social Media
"HAI DITA!" – Reihan Julius.
Aku melihat sebuah notif baru dari Social Media dengan nama tertera adalah Reihan Julius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionNamaku Benedicta Restu, semenjak bertemu dengan Reihan Julius, semua semakin rumit. Satu persatu permasalahan datang, namun dia berjanji untuk terus bersamaku, apapun yang terjadi. Namun ternyata semuanya berjalan tidak sesuai janji Reihan kepada Di...