Musibah

1 0 0
                                    

Pagi hari pun tiba, aku hampir tidak dapat tidur karena memikirkan hari ini. Apakah aku dapat dibully oleh fans Reihan? Matilah aku..

Saat aku makan, sebuah mobil membunyikan klaksonnya didepan rumahku. Ibu dan Ayah sangat amat antusias saat mobil Reihan klaksonnya, dan langsung berdiri secara serempak untuk membukakan pintu rumah untuk Reihan. Sangat menyebalkan pikirku. Sudah mirip dengan seorang pengawal kepada rajanya.

Reihan masuk kedalam rumah dan ditawarkan makan oleh mama dan papa. Reihan hanya mengangguk-angguk saja dan merasa tidak enak kepada mama dan papa.

"Ayo nak Reihan, dimakan makanannya. Anggap saja ini keluarga kedua kamu" sahut ibuku dengan senyumannya.

"Iya Reihan. Habisin-habisin semuanya. Oh ya Dita, kamu hari ini bawa bekel dua ya, nanti kamu kasih Reihan jangan lupa. Bikin aja dulu deh bekelnya" sahut Ayahku.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan mengambil dua kotak makan. Aku isi masing-masing kotak makan itu dengan ukuran dan isi yang sama. Aku tidak mau jika ada ketidakadilan terjadi hanya karena aku sebal dengan Reihan.

"Oke udah selesai ka? Kamu berangkat deh katanya mau cepet-cepet kesekolah" sahut Ibuku dengan mendorong aku dan Reihan.

Aku merasa risih dengan perilaku kedua orangtuaku, Berkali-kali aku mengeluarkan nafas dan menghirup kembali dan berkali-kali juga aku menepuk-nepuk pipiku sampai memerah. Aku tidak yakin sekarang sedang terjadi.

"Yaampun bu, biasa aja kali. Aku nanti pulangnya sepertinya lama. Tapi tidak sampai malam pastinya. Aku dan Reihan berangkat dulu yaa! Dadah Ibu Dadah Ayah" sahutku dengan melambaikan tangan.

"Jaga Dita ya Reihan. Kalau macam-macam pukul aja pukul" sahut ayahku dengan berteriak.

"Eh iya om, tenang aja. Anak kesayangan om, akan aman ditangan saya" sahut Reihan dengan senyum mengembang.

Dasar manusia, mengambil kesempatan aja lo didalam kesempitan.KESEL KESEL. Pikirku.

"Eh bentar Rei. Gue lupa salim Ibu sama Ayah gue. Bentar yaa" sahutku kepada Reihan.

Aku keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri Ayah dan Ibu yang melihat dari luar. Aku salim mereka sebagai tanda kehormatan seseorang yang lebih tua. Setelah itu, aku berlari untuk masuk kedalam mobil Reihan.

"Sorry, tadi gue lupa banget. Ga lama kan ya?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.

"Kalau lo tadi mau salim gue juga mau ikutan kali, lain kali kasih tau dulu kalau kayak gitu kenapa" ujar Reihan.

"Oke.. Oke... Maaf. Berangkat aja deh, gue gamau telat" perintahku kepada Reihan.

"Yailah, siapa yang ngendarain. Siapa yang heboh disini ya?" tanya Reihan dengan seperti mencari orang yang Reihan maksud.

"Ayo ilahh.. gue turun aja kali ya..." sahutku dengan memegang pintu mobil.

"Yaampun itu aja marah, oke kita pergi ya!, pake sabuk pengamannya Dit!. PEGANGAN!" ujar Reihan lalu mengemudikan mobil seperti biasanya.

Hari ini aku ingin cepat datang kesekolah karena aku ingin pergi ke perpustakaan dulu sebelum masuk ke kelas. Saat Reihan mengendarai mobil kulihat dia menguap.

"Kalau lo ngantuk gausah dipaksain deh. Tadi malam tidur jam berapa?" tanyaku.

"Jam 1 pagi gue tidur" sahut Reihan dengan tetap memaksakan mengemudi.

"Gantian, gue aja yang ngendarain mobil lo"

"Lah, sok bisa ngendarain mobil. Pendek kecil aja belagu lo ah" sahut Reihan tetap dengan menguap.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang