Hari ini aku dan Reihan tidak masuk sekolah atau bisa dikatakan bolos sekolah. Kami pergi ke makam Ka Raka. Aku kangen dia. Sangat.
Tertera di batu nisan sebuah nama Benedictus Raka. Aku usap batu nisan Ka Raka dengan menitikan air mata.
"Ka, kakak baik-baik aja kan disurga? , rasanya aku kangen banget sama kakak. Kakak surga itu indah ga? Rasanya aku ingin ketemu kakak sekarang saja, tapi kalau aku melakukan hal yang tidak benar malahan Ka Raka marah sama aku. Ka, kakak kenal ga sama dia? Dia itu namanya Reihan , Reihan Julius kalau mau lebih lengkap namanya. Oh ya ka, kakak kangen mama ga? Mama masih kan datang nemuin kakak? Kalau papa? Masih kan? Aku jarang liat mereka kunjungin kakak. Dan, anehnya ada sesuatu yang mama sama papa sembunyiin menurut aku sih..." ujarku dengan mengusap air mata ku.
Aku tidak kuat untuk berkunjung ke makam kakak. Aku ga kuat ya Tuhan.
"Ka.... kakak tetap support aku kan dari surga? Pantauin aku ya, jangan biarin adek kakak ini kenapa-kenapa karena orang yang jahat.."
"Ka... kakak aku sama kedua temen aku berantem, mereka salah paham. Mereka nyebut nama-nama kakak. Aku emang ga pernah kasih tau mereka si ka..."
"Ka.. maafin aku ya selama ini. Aku lupa nih ka, kakak hari ini ulang tahun kan? Yang ke 19 tahun? Yaampun kakak aku ini udah tua banget HAHA..." ujarku ketawa hambar
"Ka selamat ulang tahun ya.. panjang umur sehat selalu.. adek kakak ga akan pernah lupa perjuangan dan kebaikan kakak ko.. aku sayang kakak.. pasti. Selalu. Selama-lamanya"
Aku menangis dengan sejadi-jadinya. Aku tidak sanggup berdiri, saat aku ingin berdiri, Reihan memegang pundak dan membantu aku berdiri.
"Dit, kangen banget ya? jangan ngerusak diri lo buat ketemu Ka Raka ya. Dia bakalan sedih juga kalau adeknya melakukan hal-hal yang ga bener. Gua bakalan peduli sama lo ko tenang aja. Udah mau sore nih, balik yuk" ajak Reihan.
Setelah dari makam Ka Raka. Kami mampir ke salah satu restaurant, dan aku sebenarnya sudah ijin untuk tidak bekerja karena hal itu.
"Udah sampai Dit" ujar Reihan
Aku yang melihat Restaurant yang sepertinya salah satu Restaurant termahal dan pasti harga-harganya bisa buat beli eskrim 10. Sangat mahal.
Reihan memilih bangku paling ujung dekat jendela, mungkin karena dia ingin merokok.
"Mau pesen apa?" tanya Reihan
"Gamau makan" sahutku
"Makan, nanti sakit" bujuk Reihan
Ku geleng-gelengkan kepalaku tanda tidak mau. Reihan pun pasrah dan kami duduk di tempat duduk.
"Makasih mba" ujar Reihan kepada pelayan
"Iya sama-sama mas ganteng" sahut pelayan itu dengan mengedipkan salah satu matanya
"Mba awas jatuh matanya" ujarku sewot
"Eh maaf mba. Saya pergi dulu ya" ujar mba pelayan dengan ketakutan
"HAHAHAHAHA" tawa Reihan pecah dan mengisi isi Restaurant yang sepi.
"Kenapa?" tanyaku
"Lucu aja"
"Apanya?" aku semakin bingung
"Makan aja dulu"
Reihan mengambil makanan yang sudah tersedia di meja. Ternyata banyak yang dia pesan ada makanan utama, dessert lah apalah. Gue lupa nama-namanya.
"Kalau lagi sedih, makan eskrim aja. Kan lo suka" ujar Reihan
Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Aku makan eskrim dan benar kata Reihan lumayan untuk memperbaiki perasaan hati yang sedang sedih.
"Makasih Rei" ujarku
"Makasih? Buat apa?" tanya Reihan dan melahap makanannya.
"Semuanya"
"Apa aja? perasaan ga banyak deh HAHA" ujar Reihan
"Apa aja. Kebaikan lo ke gue. Ga perlu gue jelasin secara rinci kan?" ujarku masih dengan melahap eskrim dengan perlahan.
"Iya sama-sama"
"Rei" ujarku
"Hm"
"Rei"
"Hm"
"Rei"
"Hm"
"Rei"
"APA MONYET, ih kesel banget deh gue. Gue lagi makan nih" ujar Reihan kesal
Tawa aku pecah dengan balasan dari Reihan, sebenarnya aku hanya bercanda dan ingin bertanya sesuatu tapi jadinya ingin jail kepada Reihan. Seru rasanya.
"Loh bisa ketawa bocil ini" ledek Reihan
"APA SI" bentak aku.
"Tadi nangis-nangis, terus gamau makan. Dikasih eskrim langsung abis dalam sekejap. Sekarang ketawa-ketawa karena ngeledek gue. Bagus ya" ujar Reihan dengan wajah menyeringai.
"Suka-suka abangnya dek" ujarku tak peduli
"Yaudah deh bang"
"Dek mau lagi eskrimnya" ujarku
"Gaboleh bang"
"Kenapa ?"
"Nanti abang makin pendek. HAHAHA" ujar Reihan dengan tertawa
"Ga lucu. Garink."
"Lucuin"
"Maksa."
"Biarin" ujarku dengan memeletkan lidah kepada Reihan
"Bocah tengik" ujar Reihan kesal
"Rei" ujarku mengarah kepada Reihan
"APA?!?"
"Ya Tuhan sabar dong. Nanti ga dapet jodoh, baru tau rasa" ujarku meledek Reihan,lagi.
"Pulang yuk" ajakku kepada Reihan
"Yaudah pulang yuk"
Setelah Reihan membayar ke kasir, Reihan mengenggam tanganku dan saat disitu lah jantungku berdetak dengan tidak normal.
Aku liat ke arah Reihan, dan Reihan melihat ke arah aku juga. Kami saling menatap satu sama lain sekitar 2 menit dan itu terlalu lama menurutku.
"Makasih udah nemenin gue hari ini" ujarku dengan tersenyum ke Reihan
Dan Reihan membalas senyumanku dengan tulus dan saat itulah dia ganteng. 100% ganteng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionNamaku Benedicta Restu, semenjak bertemu dengan Reihan Julius, semua semakin rumit. Satu persatu permasalahan datang, namun dia berjanji untuk terus bersamaku, apapun yang terjadi. Namun ternyata semuanya berjalan tidak sesuai janji Reihan kepada Di...