Saat sebuah notif line dari Reihan muncul, aku sedang menonton film drama korea karena nanti sore aku akan pergi bekerja. Selama aku bekerja, kedua orangtuaku tidak tahu sama sekali. Alasanku adalah aku ingin pergi ke gramedia terdekat hanya sekedar melihat-lihat. Orangtuaku percaya hanya dengan alasan itu. Aku balas line dari Reihan dengan singkat.
Social Media
15:25 "HAI DITA!" – Reihan Julius
16:00 "Kenapa?" – Benedicta Restu
Read.
16:01 "Gada apa-apa sih kwkw" – Reihan Julius
Pesan dari Reihan hanya aku baca, aku langsung buru-buru mandi,makan dan berangkat bekerja.
"Ma, aku ke gramedia ya ma! Udah banyak komik yang baru saja dirilis." Sahutku sambil mengecup kening mama dan memberi salam berupa tanda hormat anak kepada orangtua saat berpergian keluar.
"Iya, kamu hati-hati ya ka!. Pulang jangan malam-malam lagi ya. Nanti papa kamu marah lagi deh." Ujar mamaku dengan setengah berteriak.
Jarak rumah dengan restaurant tempat aku bekerja tidaklah jauh. Dengan bersepeda dapat aku perkirakan hanya 15 hingga 20 menit-an. Bos tempat aku bekerja sangatlah ramah, hal itu yang membuat aku tidak ingin keluar dari restaurant itu walaupun hanya sebagai pelayan. Menghasilkan uang adalah hal yang paling membanggakan yang pernah aku lakukan seumur hidupku.
"Pagi semua!" sahutku kepada semua pekerja.
"Hai Dita, gimana tadi sekolahnya?" tanya Ka Jeni salah satu pelayan di restaurant itu.
"Biasa aja sih ya ka. Tapi, tadi ada yang minta salah satu social media aku ka. Terus, tidak lama kemudian muncul notifikasi social media dari dia. Itu maksudnya apa ya ka? Aku tidak mengerti apa maksud dia." Tanyaku kepada ka Jeni.
"Aduh, kamu ko tidak mengerti apa maksudnya itu? Selain tidak pintar dalam pelajaran, kamu tidak pintar dalam hal ini juga ya? Hal yang berhubungan dengan pelayan baru bisa. Masa gitu sih kamu" ujar Ka Jeni sambil mengeluskan rambutku dengan tangannya secara perlahan, dan tertawa.
"Itu maksudnya apa ya ka?" tanyaku dengan antusias.
Saat Ka Jeni ingin menjelaskan apa maksud itu. Tiba-tiba piring gelas seorang pelanggan terjatuh. Aku pun langsung membantu membereskan.
"Aduh maaf mas, saya akan mengganti ulang walaupun itu bukan kesalahan mas." Sahutku kepada pelanggan dengan menunduk.
"Kalau ngomong sama orang liat ke arah orangnya dong mba" ujar pelanggan kepadaku.
"Eh? Iya mas" sahutku,
Aku pun dengan perlahan-lahan menaikan posisi kepalaku untuk melihat lawan bicaraku.
"E....h Rei..han ngapain... ngapain disini?" tanyaku dengan panik dan terbata-bata.
"Mau lihat mba dong. Itu doang kok tujuan saya. Hehehe... bercanda mba, saya mau beli lah mba, emang mau ngapain lagi? numpang wifi? aduh mba, kuota saya banyak ya mba." Sahut Reihan dengan bangga.
"Yailah ribet banget orang. Tadi di handphone lo aja wifi restaurant ini tertera disitu." Sahutku untuk mengerjai Reihan.
Reihan langsung memasukkan handphonenya keadalam saku celananya. Aku menahan tawa karena tingkah Reihan yang terkadang lucu. Menurutku Reihan seperti menahan malunya.
"Udah udah, gausah panggil gue pake mba kalau ketemu disini lagi. Mau digantikan kopi lo yang jatuh tadi? Gue tau pasti jawabannya mau. Yaudah, tunggu bentar ya." Sahutku, lalu pergi melewati Reihan untuk ke dapur.
Setelah beberapa menit, kopi yang jatuh milik Reihan sudah seperti baru lagi. Aku langsung memberi kopi itu kepada Reihan.
"Silahkan mas kopinya, selamat menikmati. Saya permisi dulu" sahutku dengan menundukkan kepala tanda bahwa Reihan adalah pelanggan sekarang di restaurant ini. Reihan aku hiraukan, sebab jika sedang bekerja dilarang berbicara dengan pelanggan. Setelah toko tutup dipersilahkan untuk bicara kepada pelanggan akan diperbolehkan.
Aku pun menuju meja pemesan lainnya dan mengambil pesanan untuk diantarkan kepada meja pelanggan. Setiap hari tugasku hanya begitu saja. Tidak ada yang spesial menurutku, tapi aku bertemu dengan setiap orang yang memiliki sifat yang berbeda. Aku paling suka melihat berbagai perbedaan tingkah mereka.
Waktu berlalu, sekarang tepat pukul 17:00 WIB aku harus langsung pulang ke rumah. Aku ganti baju pelayan dengan baju yang aku pakai saat berangkat kesini. Saat keluar dari pintu keluar, aku melihat seseorang sedang menunggu didekat mobilnya. Mobilnya terlihat tidak asing bagiku. Aku lewati saja orang itu, tapi saat aku melewatinya, lengan tanganku ditarik oleh seseorang.
"Kenapa Rei? masih mau wifi-an ya? tenang aja wifinya 24 jam. Pakai sepuasnya aja" sahutku untuk meledeki Reihan.
"Kagalah. Ga penting banget" ujar Reihan dengan cemberut.
"Yaudah kenapa?" tanyaku to the point.
"Besok gue yang jemput untuk kesekolahnya dan pulangnya gue anter tenang.... gua bakal ijin sama mama papa lo" ujar Reihan dengan nada tenang.
"Kayaknya gabisa, besok gue harus berangkat pagi banget. Terus.." sahutku sebelum dipotong oleh Reihan.
"Urusan itu tidak usah khawatir. Gue line ya nanti. Oh ya, line gue cuman dibales lagi tadi. Kesel!" keluh Reihan.
"Maaf, gue buru-buru buat kerja di restaurant ini. Takut telat HEHE" sahutku.
"Oke, kalau soal itu gue masih toleransi. Besok – besok gue gamau toleransi lagi" ujar Reihan dengan tegas.
"Idih siapa lo? Yaudah ah gue mau pulang dulu ya! Hati – hati dijalan bro!" sahutku dan berlari ke parkiran sepeda.
Sesampainya dirumah, aku makan dan mengerjakan tugas lagi. Memang makanan sehari-hari pelajar. Menyebalkan. Saat aku mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Sebuah notifikasi line muncul di lockscreenku.
Social Media
18:00 "Hai Masa Depanku! Belajar yang bener yaaa! Reihan disini tetap mensupport lo! Besok mama papa lu setuju kalau gue yang anterin. Good Night!" – Reihan Julius.
18:20 "APA?!?!?!" – Benedicta Restu
Read.
18:25 "Gausah kaget gitu dong sayang *emotkiss* *emotlove* - Reihan Julius.
Tidak biasanya papa sama mama akan setuju jika aku diantar atau dijemput oleh seseorang yang tidak mereka kenal. Sangat aneh dan membingungkan. Aku terima nasib saja lah.
Tidak dapat dibayangkan hari esok seperti apa. Aku akan frustasi dan tidak dapat menutupkan mataku untuk tidur dengan nyenyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Подростковая литератураNamaku Benedicta Restu, semenjak bertemu dengan Reihan Julius, semua semakin rumit. Satu persatu permasalahan datang, namun dia berjanji untuk terus bersamaku, apapun yang terjadi. Namun ternyata semuanya berjalan tidak sesuai janji Reihan kepada Di...