Reihan saat ini sedang pusing karena Dita tak kunjung-kunjung keluar dari toilet. Apa terjadi sesuatu padanya? Apa dia sedang sakit perut? Apa dia sedang ngobrol? Apa? Apa? Pikirannya sekarang sedang terpusat pada gadis yang benama Dita.
Reihan sudah tak tahan lagi. Dia berlari ke toilet dan menunggu Dita di depan toilet perempuan. Akhirnya dia menunggu lagi sekitar 5 menit, Dita tak kunjung pun terlihat dari badannya yang pendek. Badannya sekarang terlihat pucat dan keringat dingin.
Reihan tidak dapat menahan kesabarannya, dan dia mendobrak pintu toilet perempuan. Reihan mendengar suara tangisan dari perempuan yang sumbernya berada di toilet ujung. Reihan memiliki feeling bahwa itu Dita. Dia membuka paksa pintu dan melihat Dita menangis dengan kedua tangannya menutup wajahnya.
Reihan menarik Dita keluar dari toilet dan memeluknya, Dita tidak bereaksi sama sekali , Reihan memeluknya karena tangisannya yang pecah.
"Rei...Reii... gue... gue kangen ka Raka" ujar Dita dengan tangisan
"Gue tau ko lo kangen sama ka Raka, bagaimanapun juga dia itu kakak lo. Kakak kebanggaan sekolah kita. Gaperlu tangisin dia lagi. Besok setelah lo keluar dari sini kita ke makamnya ya" ujar Reihan dengan mengelus-ngelus rambut Dita
Reihan sedang berusaha menenangkan Dita. Dia memang sering menangkap basah Dita yang menangis dimana pun dia mencari Dita. Tapi, Dita tidak mau mengaku kepadanya.
"Makasih, makasih" ujar Dita dengan seengukan layaknya orang menangis
Mereka sekarang sudah di kamar Dita lagi karena Reihan mengendong Dita ke kamar dan banyak perhatian menuju mereka. Mungkin mereka pikir, mereka ABG alay yang menjijikan.
"Oh ya, ko lo tau ka Raka itu kakak gue?" tanya Dita dengan mengusap kedua air matanya
Reihan yang ditanya seperti itu, mengangkat kedua tangannya dan mengusap kelopak mata Dita dengan kedua jempolnya.
Dita yang diperlakukan seperti itu menjadi malu tidak ketulungan. Yang benar saja, bahwa seorang Reihan sedang menghapus air matanya dan membuatnya tenang, dan mengetahui kebenaran tentang ka Raka.
"Karena gue punya kuping makanya gue bisa denger dan menelaah semuanya. Akhirnya gue mendapat jawabannya"
"Maksudnya?"
Dita yang semula menangis sekarang tidak lagi, dia menjadi tenang sekarang berkat Reihan. Reihan satu-satunya orang yang dia punya sebagai teman baiknya. Baru beberapa hari dia berteman dengan Reihan. Tapi, rasanya seperti sudah sejak lahir.
"Lo akan tahu semua jawabannya, gue kasih tau ini karena gue akan jadi orang satu-satunya temen lo yang tau tentang kebenaran ini" Reihan masih mengelus rambut Dita dan mengacaknya lagi, lalu mengelusnya lagi.
Dita yang diberlakukan seperti itu menjadi kesal, dia pun mengangkat pendapat akan ketidaksukaannya dengan perilaku Reihan.
"Lo maunya itu ngelus atau berantakan rambut gue si?!?" ujar Dita dengan tatapan kesal dan merapikan rambutnya yang berantakan.
"Oh jadi maunya di elus di rambutnya?" ujar Reihan, lagi-lagi dia menyebalkan, dia pandai mencari kesempitan dalam kesempatan.
"IH APAAN SI LO" bentak Dita.
Dita kini malu setengah mati, lagi-lagi dia skakmat dengan jawaban yang selalu dia katakan jujur.
"Yaampun gitu aja marah si inces... nanti cantiknya ilang deh" ledek Reihan.
Seseorang mengetok pintu dan aku melihat suster masuk dengan senyumannya.
"Mba Dita, besok anda diperbolehkan pulang. Saya permisi dulu ya, hanya itu yang ingin saya sampaikan, malam" ujar suster sopan dan keluar begitu saja, baru saja Dita ingin mengucapkan terimakasih.
"YEAYYY BESOK GUE PULANG BESOK PULANG" ujarku dengan lompat-lompat di kasur.
"Santai santai, nanti lo jatuh Dit kan bahaya. Kalo lo jatuhnya dari langit kayak lagu apa itu, itu bidadari gue tangkap deh. Kalo dari kasur itu bukan bidadari tapi namanya...." ujar Reihan seperti bermain tebak-tebakan
"MPO NARI HAHAHHHA" tawa Reihan mengisi kamar yang sepi ini, mama sama papa sedang keluar dan akan datang kesini lebih awal besok.
"Ih paan si, gajelas lo. Garing"
"Gasuka aja lo"
"Iya gasuka"
"Kalo gasuka bilang"
"Tadi udah dibilang" ujarku dengan bingung
"Kalo gasuka gue disini bilang" ujar Reihan dengan membereskan barangnya seperti hendak pergi
"Ih apaan si, siapa yang bilang gitu?"
"Lo"
"Gue pengen lo disini, gue pengin lo jadi temen gue, gue pengen lo tau keadaan gue, gada lagi ka Raka, gue gatau mau curhat sama siapa nantinya, temenin gue jangan tinggalin gue, lo temen terbaik gue"
"Jadi lo cuman anggap gue temen lo doang gitu?"
"Iya" ujarku sekenanya
"Ah gaseru"
"Apanya?" tanyaku
"Gue kira lo anggap gue pacar lo" ujar Reihan dengan serius
"Apa?"
"Gue pengen lo jadi pacar gue"
"Kenapa?" tanyaku
"Karena gue suka sama lo"
Deg,aku merasa jantungku berdebar lagi. Memang tidak pada tempatnya, tapi kenapa saat Reihan berkata seperti itu aku ingin senyum. Aku tahan agar aku tidak tersenyum.
"TAPI BOONG, blee" ujar Reihan dengan meledek kepadaku
"Bodo"
Aku sekarang kesal padanya,titik.
Aku angkat selimut dan aku pura-pura untuk tidur, tapi nyatanya tidak bisa. Rasanya ingin aku berteriak lari dan memaki maki Reihan. Dasar cowo aneh.
"Yah gitu aja marah" ujar Reihan
"Ditaaaaa...Ditaaaa" ujar Reihan dengan mengguncang-guncangkan badanku
"Bangun ngapa, ih kesel banget gue. Gitu aja baper, makanya jangan kebanyakan di restaurant punya orangtua gue jadinya gini kan" ujar Reihan
Reihan buka selimut Dita, ternyata Dita sudah tertidur pulas. Baru saja 5 menit yang lalu dia pura-pura tidur sekarang sudah tertidur pulas.
"Tidur yang nyenyak, mimpiin gue ya nikah sama lo, Goodnight beibbbb" ujar Reihan dengan memajukan badannya untuk mencium keningku
Dita sebenarnya tidak tidur tapi dia pura-pura saja. Entah dari mana Reihan berasumsi bahwa dia tidur. Dia tidak tahu besok akan seperti apa. Kita sudahi saja hari ini, Dita capek dan jantungnya berdebar kencang, ingin berlari dari kenyataan rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionNamaku Benedicta Restu, semenjak bertemu dengan Reihan Julius, semua semakin rumit. Satu persatu permasalahan datang, namun dia berjanji untuk terus bersamaku, apapun yang terjadi. Namun ternyata semuanya berjalan tidak sesuai janji Reihan kepada Di...