Dita berjalan memasuki gerbang dengan semangat yang berkibar. Dita dapat merasakan jatuh cinta,lagi. Kemajuan yang bagus karena dapat jatuh cinta lagi dengan orang yang mungkin kali ini tepat. Tapi, dia masih pesimis.
"Hai Rei" sapa Dita tersenyum.
Reihan diam, tidak menjawab. Dita mencoba memanggilnya lagi.
"Rei" ujar Dita bingung.
Lagi-lagi Reihan tidak menjawab Dita. Dita pun tidak mengerti. Dita menarik tangan Reihan untuk menjauh dari siswa siswi lainnya.
Reihan yang ditarik, tidak memberontak. Dita pun menarik tangan Reihan ke atap sekolah.
"Rei" ujar Dita pelan.
"Hm" jawab Reihan.
Akhirnya dibales.
"Lo kenapa?" tanya Dita memastikan.
"Gapapa" jawab Reihan seadanya.
Kali ini Dita merasa ada yang aneh dari Reihan. Laki-laki yang berada tepat didepannya, tidak melihat kearah Dita. Reihan menatap ke arah bawah.
"Gue ada salah ya? kalau ada salah, gue minta maaf." Ujar Dita yang merasa bersalah.
"Seharusnya, gue yang minta maaf untuk diri gue sendiri. Lo tau kenapa? Karena gue suka sama orang yang salah." Jawab Reihan menatap mata Dita dengan sinis.
"Maksudnya?" tanya Dita kebingungan.
Belum sempat Reihan menjawab, bel sekolah yang menandakan masuk berbunyi. Reihan meninggalkan Dita tanpa sepatah kata-pun. Dita yang merasa dicuekin seperti itu menangis secara tiba-tiba.
"Salah gue apa Rei?" tanya Dita ditengah isakan tangisannya.
Saat bel berbunyi untuk kedua kalinya, istirahat. Dita mencoba lagi memberanikan diri untuk menemui Reihan.
"Hai Rei" ujar Dita dengan melambaikan tangan.
Reihan hanya melihat saja, tidak mengatakan sepatah kata-pun. Tapi, bukan Dita kalau belum tahu masalah yang sedang dialami Reihan saat ini. Dita akan membantu apapun itu bentuknya.
"Maksudnya tadi apa Rei?" tanya Dita memiringkan kepalanya mencoba mengalihkan kepalanya tepat dibawah kepala Reihan yang sekarang menghadap bawah.
"Apa?" tanya Reihan masih tidak ingin membahas.
"Oi bro kesini lo" teriak salah satu teman Reihan,Ferdi.
Reihan pun melongos pergi tanpa menjawab semua pertanyaan Dita. Dita melihat dari kejauhan, bahwa saat dengannya Reihan berbeda, saat dengan teman-temannya saat ini Reihan tertawa sepuasnya.
Dita mencoba untuk tidak menangis, karena sedang berada didepan koridor kelas Reihan. Dita pun pergi menuju atap sekolah, menangis sekencangnya, itu yang dipikirkan saat ini.
"APA SALAH GUE?!?!" teriak Dita dan mengusap air matanya dengan kasar.
"NGOMONG SAMA GUE REI" teriak Dita lagi.
"GUE GABISA DICUEKIN KAYAK TADI" teriak Dita,lagi,dan lagi.
"GUE BUTUH SESUATU BUAT NYAKININ KALAU LO SEKARANG GA KENAPA-KENAPA" teriak Dita ditengah isakannya yang kencang.
"JANGAN MENJAUH KAYAK GITU, GUE BUKAN PATUNG"
"GUE GABISA NGAPA-NGAPAIN SEKARANG"
"GUE BEGO BANGET YA, BISA SUKA SAMA LO HAHA" teriak Dita tertawa hambar setelahnya.
"LO SUKA GA SAMA GUE? TAPI KALAU JADI TEMEN DEKET MAU JUGA SIH GUE HAHAHA"
"ASAL ADA LO HAHAHA"
"YAAMPUN DIT LO NGOMONG SAMA AWAN? HAHAH
Disatu sisi, Reihan mendengar semuanya, tentang perasaan Dita kepadanya, tentang Dita yang butuh kepastian, tentang Dita tidak suka Reihan mencuekin Dita seperti tadi. Semua perasaan menjadi satu, senang, gelisah, menyesal, apapun itu, menjadi satu.
Reihan hanya mendengar dan tidak ingin menghampiri Dita yang marah-marah sendiri. Dia pun turun dari situ. Dita baik-baik saja secara fisik, saat ini. Tapi, perasaan mereka berdua sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionNamaku Benedicta Restu, semenjak bertemu dengan Reihan Julius, semua semakin rumit. Satu persatu permasalahan datang, namun dia berjanji untuk terus bersamaku, apapun yang terjadi. Namun ternyata semuanya berjalan tidak sesuai janji Reihan kepada Di...