Canggung

1 0 0
                                    

"Hai!" ujar Roi melambaikan tangan dan tersenyum.

"Hai?" jawabku canggung.

Aku perhatikan jam di tanganku, dan sebentar lagi Reihan akan datang menjemputku. Aku bingung sendiri dan tidak tahu mau ngapain. Aku mematung layaknya patung.

"Hei hei" ujar Roi mencoba melambaikan tangannya didepan mukaku.

"Eh? Eh... kenapa? Hehe" tanyaku bingung.

"Kenapa kamu bengong sih? Yaampun.. lupa kerjain PR?" tanya Roi.

Memang hanya dia yang tahu jika aku melamun dan diantarkan sekolah olehnya, maka aku akan memikirkan PR yang lupa aku kerjakan. Tapi, kali ini tidak. Tidak sama sekali.

TI N..TIN

Aku lihat kearah mobil yang berada didepan rumahku, dan Roi pun melihat mobil itu. Reihan keluar dari mobilnya dengan memakai kacamata.

Ganteng.... pikirku.

"Kamu kenapa Dit? dan itu siapa?"tanya Roi bingung.

"Bukan siapa-siapa" tanyaku santai.

Rasanya aku ingin berteriak, ganteng banget sumpah. Anjir, padahal pake seragam sekolah loh. Kalau pake jas gimana? ganteng maksimal kali ya?!?!?

"Permisi.. saya mau lewat" jawab Reihan santai.

"Kamu siapanya Dita?" tanya Roi waspada.

"Calon pacarnya" jawab Reihan santai.

Aku yang melihat mereka bertengkar aku biarkan, tapi aku ingin melihat Reihan dalam keadaan diam sangatlah nikmat. Lebih nikmat ini daripada di kasih coklat berkali-kali lipat.

"Aduh gimana ya? Dita itu ga mungkin pacaran ya kan Dit?" tanya Roi kearahku.

"Apa?" aku sadarkan lamunanku.

"Oh ya, Yo kok lo tau rumah gue?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Cari-cari aja sih hehe" jawab Roi menggaruk-garuk tekuknya.

"Yaudah yuk Dit. Udah jam setengah tujuh. Nanti kita telat, kan bahaya" ajak Reihan.

"Sorry ya, Dita aku yang antar, kan aku duluan yang sampai sini" jawab Roi tak ingin kalah argumen.

"Aduh.. ga usah berantem kali. Mending kalian suit siapa yang menang itu yang nganterin gue ke sekolah" jawabku asal untuk mempelerai mereka.

Dan yang menang Reihan, sangat jelas lah. Dia itu jago main suit, berbagai macam suit. Suit cina , suit jawa , suit yunani , suit roma , suit filipina , suit amerika , suit apa aja deh.

"Aduh maaf ya Roi. Lagipula, kemaren gue udah janji sama Reihan, yang jemput gue hari ini dia. Maaf ya, dan makasih udah pagi-pagi banget datang ke rumah gue. See you next time!. Love you! " jawabku dan pergi meninggalkan Roi dengan menggandeng tangan Reihan, itu dia yang megang duluan ya. Bukan gue. Inget, bukan gue.

Aku masuk mobil Reihan dengan canggung dan merasa didalam mobil ini pengap sekali tanpa ada udara.

"Kenapa tadi lo bilang pake emeng-emeng love you?" tanya Reihan kesal.

"Oh? Dia udah gue anggep sebagai sahabat sekaligus kakak gue. Dia baik banget, dia temen gue dari kecil Rei" jawabku berhati-hati.

"Kalau ngomong sama orang liat orangnya, jangan liat kebawah. Lo ngomong sama rok lo sendiri?" jawab Reihan tegas.

Aku geleng-gelengkan kepala dan menaikan kepala dengan sangat hati-hati. Saat pandanganku sudah lurus dan menatap Reihan.

Reihan maju satu langkah dan memajukan mulutnya. Bibirnya hampir menyentuh bibirku, dan dia mencium lembut bibirku. Aku reflek diam, dan tidak tahu mau ngapain. Aku tidak membalas ciuman Reihan. Dia mencium dengan lembut, tanpa cepat.

Pipiku seakan-akan sudah merah dan aku malu setengah mati. Reihan pun mundur dan duduk lagi seperti biasa.

"Bibir lo lembut lembap. Gue suka" jawab Reihan.

"Ha?" tanyaku bingung dan kaget.

"HAHAHA" tawa Reihan membeludak.

"Sorry. Tadi gue reflek aja" jawab Reihan meminta-maaf.

"Ngapain minta maaf?" aku bingung setengah mati. Dan dadaku berdetak begitu cepat.

"Aduh... ko lo telmi banget sih?" jawab Reihan dengan mengacak-ngacak rambutku.

"Apaan sih lo jangan suka ngacak-ngacak rambut gue" jawabku cemberut.

"Aduh.. jadi cemberut kan sayang aku ini" jawab Reihan menyeringai.

"Jalan Rei, tinggal 25 menit lagi. Nanti, gerbang ditutup" jawabku.

"Oke... pegangan ya sayang Reihan" teriak Reihan.

Reihan pun menjalankan mobilnya dengan pelan, dan mengebut setelah melewati gang rumahku.

Dalam perjalanan, Reihan mengatakan bahwa :

"Lo itu first kiss gue Dit" jawab Reihan tetap fokus ke jalan.

"Gue juga Rei" jawabku malu.

"Apa? Emang ya?" tanya Reihan.

"Iya"

"Untung aja, gue first kiss lo. Sampai si Roi Rio siapa itu namanya. Gue ga bakal terima dan gue tuntut ke pengadilan" jawab Reihan bersemangat.

"Ga penting banget" jawabku dengan tertawa.

Kami pun tertawa dalam perjalanan dan membicarakan banyak hal. Ternyata, satu hal yang aku tahu dan aku sukai dari Reihan. Dia itu orangnya seru.

"Emang brengsek si Reihan – Reihan itu" jawab Roi setelah sampai dikamarnya.

"Awas aja, gue gabakal biarin Dita jatuh ketangan orang lain. Selain gue" jawab Roi kesal dan membantingkan barang apa saja didekatnya.

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang