Didepan kamar Ven, disana terdengar suara perdebatan dua anak laki laki yang sedang berebut menu makan malam yang akan mereka masak nanti. Padahal sebelumnya mereka membahas hal yang sangat serius mengenai wanita hernama Rubrum Lutum dan malah beralih ketopik makan malam.
Edel sedang pergi, Atma sedang bertugas entah dimana jadinya mereka yang harus menyiapkan makan malam ini.
Pertengkaran mereka belum juga berakhir, makin lama makin keras suaranya hingga terdengar kedalam kamar Ven yang sedang tidur nyenyak.
Sungguh tak punya sopan santun berteriak teriak didekat orang yang sedang tidur, ckck.
Apa kalian penasaran dengan menu makan apa yang sedang diperebutkan? Asalkan kalian tahu itu hanyalah nasi goreng dan nasi mentega. Astaga, author sendiri tak habis pikir kenapa mereka bertengkar hanya karna itu. Padahal kan tinggal dibuatkan keduanya saja haduh...
Didalam kamar, Ven mulai terbangun dari alam mimpinya. Mungkin karna suara berisik dari dua anak laki laki didepan kamarnya itu. Ven beranjak dari kasurnya melangkah menuju pintu dengan wajah cemberut.
Ven kesal bukan karna tidurnya terganggu, ia kesal karna suara berisik disaat moodnya kurang baik, ya tentu saja karna ia baru bangun tidur. Jujur saja Ven tidak terlalu suka keributan, apalagi jika moodnya sedang turun mungkin nanti ia akan menyimpan dendam.
Ven berjingkit meraih gagang pintu kamarnya dan membukanya perlahan. Ah ya, dia juga membawa boneka untuk dijadikan senjatanya nanti.
Saat Ven sudah diluar kamarnya, lebih tepat didepan pintu sebrang kamarnya yaitu ruang berkas. Tangannya hendak mengetuk pintu tapi sebelum itu pintu sudah dibuka oleh laki laki bersurai hitam pekat, wajahnya masih menoleh kebelakang berbicara dengan anak laki laki bersurai merah.
"Pokoknya aku akan memasak nasi goreng, Ven juga suka nasi goreng jadi dia pasti berpihak padaku-" Kakinya baru hendak melangkah tapi terhenti karna melihat sosok gadis kecil.
Agie pun berjongkok untuk menyajarkan tinggi mereka. "Ven! kebetulan sekali kau-" Belum selesai ucapannya, wajah sekarang sudah dilempari dengan boneka dengan kencang.
Enryu tak jauh berada dari mereka, ia berusaha menahan tawanya mati matian. "Pft- mampus."
Ven sengaja melemparkan bonekanya diwajah Agie, pipinya mengembung merasa kesal. Saat mendengar suara lain yang tak jauh darinya yaitu Enryu, Ven menghampirinya dan menendang kakinya dengan keras.
Meskipun Ven masih kecil tapi kekuatannya akan besar ketika ia sedang kesal. Enryu meringis kesakitan terpincang pincang memegang sebelah kakinya.
"Kualat menertawakanku sih." Agie berdiri berbalik menatap Enryu dan Ven, tangannya memegang boneka Ven yang tadi dilempar.
Terjadi kilatan diantara kedua manik merah darah dan manik biru perak, tapi perhatian mereka teralihkan pada Ven yang tiba tiba pergi tanpa sepatah kata pun.
Agie menoleh menatap sosok kecil yang sedang melangkah keluar pintu. "Loh, Ven kenapa?"
"Dia merajuk, dasar tidak peka" Enryu berucap sambil menjitak kepala Agie, entahlah dia punya dendam apa dengan Agie.
"Apa hah?! Ngajak kelahi?!"
"Akan kutumbuk kau, tomat!" Agie mengepalkan tangannya dengan perempatan imajiner diwajahnya."Yasudah ayo! Ku hajar kau, dasar gigi!" Gigi : plesetan dari nama Agie.
Ya, sungguh pertengkaran yang tidak jelas dikarenakan author tidak punya ide... /sungkem
—————
Seorang pria memasuki suatu ruangan bersama buku buku yang bertumpuk ditangannya. Terlihat banyak dan tebal buku itu. "Selamat pagi Tae!" Sapa pria itu dengan senyum cerahnya menatap seorang gadis berambut pirang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irregular God
AdventureSeorang gadis yang suka berjelajah ke seluk beluk dunia yang ia kenal, berbagai profesi ia coba dan pelajari dan itu membuatnya cerdas. Sayangnya dia mudah melupakan suatu hal bahkan dalam jam makan siang. Sekarang adalah tahun dimana ia seharusnya...