???

93 14 28
                                    

Kaki mungilnya melangkah dengan riang, suasana hatinya sekarang sedang cerah. Ia bersamangat untuk bertemu dengan kakaknya yang entah sudah berapa lama tak ia temui.

"Kak Agie!" Panggil Ven mengangkat tangannya dan wajah yang tersenyum manis. Mendengar itu Agie menoleh dengan mata yang terbelalak seperti melihat kunti.g , rautnya benar benar kaget melihat sosok Ven yang mulai menghampirinya.

Apa benar ini adiknya? Sejak kapan Ven menjadi sangat ceria seperti ini?

"Siapa ya??" Agie menatap sinis dan melihat Ven dari bawah sampai atas. "Setua itukah diri kakak sekarang? Sampai melupakan adikmu ini?"

"Asal kau tahu aku masih mudah."

"Muda apanya, sudah puluhan tahun begitu." Cibir Ven menatap kesal kakaknya. "Hey Agie, jangan tinggalkan tamu tamu diruang kerja, aku jadi repot." Ini Enryu, tiba tiba saja ia berada dibelakang Agie membuatnya terjungkang.g.y

"Sejak kapan kau disini?! Jangan membuatku jantungan!" Enryu hanya menatap datar reaksinya lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah Ven. "Halo Ven, lama tak bertemu."

"Halo juga KaYu." Balas Ven dengan senyum tanpa dosa, ia kembali iseng memanggil Enryu dengan panggilan KaYu yang dulu pernah ia buat saat kecil.

"Jangan gunakan panggilan itu, jelek." Dibalik percakapan mereka Agie menutup mulutnya dengan bahu gemetar, ia tak kuat menahan tawanya.

"Apa??" Enryu menyadarinya dan menatap sinis Agie, orang yang ditatapnya hanya bisa tersenyum kecut membalas ucapan Enryu.

"Oh ya, siapa tamu yang kau maksud tadi?"

"Kepala keluarga Santoso."

---

"Selamat makan." Ucap mereka bertiga bersamaan. Saat ini mereka sedang makan malam bersama, sayang sekali tidak ada Edel dan Atma.

Ven menanyakan keberadaan kedua orang tuanya itu tapi hanya dijawab dengan kata kata "Mereka sibuk." Lalu saat Ven bertanya kembali atau menanyakan hal lenbih rinci, Agie terus mengalihkan topik pembicaraan.

"Ven, tolong cuci piringnya yaa."

"Iya iya, ya sudahlah huh." Gumamnya pasrah merapikan dan membersihkan meja makan.

Tak lama kegiatan itu selesai, Ven bergegas pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Sejak siang tadi ia tidk punya waktu untuk merebahkan tubuhnya yang letih ini.

"Hahh.. apa diriku berubah?"

Gumamnya menatap langit langit kamar, kamarnya estetik btw.g.y

'Bagaimana kabar Tae ya.. Mama juga, aku belum bertemu dengannya jauh lebih lama dengan dengan kak Agie. Apa lagi ayah..'

Perlahan raut wajah segar memudar, hatinya meredup. Manik birunya mulai meredup, tapi masih memperlihatkan kecantikan bola matanya itu.

Ia menatap lesu kamarnya, sesekali mengerjapkan mata apa yang ia pikirkan sekarang. Entah apa yang ia rasakan, Ven sendiri juga tak tahu apa itu.

Suara diruangannya hening, tak ada lagu yang bisa ia putar karna tidak ada lagu yang cocok dengan suasana hatinya saat ini. Situasi ini membuatnya semakin hampa.

Ah- aku tak tau harus menuliskan kata 'hampa' atau bukan, aku tak tau kata apa yg cocok..

Tanla ia sadari Ven melamun selama setengah jam, untung saja Agie berkunjung ke kamarnya.

Saat itu Agie kebingungan, bahkan ia berniat untuk merukiah adiknya ini. Habis sejak siang tadi ia meerasa bingung dengan sikap Ven hari ini. Tadi siang Ven tersenyum cerah lalu malam ini maninya benar benar kosong.

Irregular GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang