I Miss You

9.5K 318 1
                                    

Rutinitas mengajar ternyata menjadi sangat berbeda tanpa ada Abeno di sekolah. Viviana merasa ada yang hilang dari dirinya. Dia tak bisa berkonsentrasi. Apalagi saat mengajar di kelas Abeno dan melihat kursi kosong di pojok ruangan. Hatinya tiba-tiba merasa hampa.

Kerinduan yang tak diinginkannya tumbuh menjalari hatinya. Ditambah lagi rasa bersalahnya pada Abeno kini seakan menjadi bumbu yang memperkuat rasa rindunya. Rasanya Viviana sudah tak sanggup lagi menahan keinginannya untuk bertemu pria itu.

Viviana sangat ingin melihat wajah itu. Rahang kokohnya, mata elangnya, rambut cepak maskulinnya, tatapan laparnya, kerlingan mata nakalnya, dan bahkan ciuman panasnya. Viviana merindukan semuanya.

Waktu satu minggu itu terasa menjadi saat-saat terberat baginya. Hingga saat satu minggu yang berat itu akhirnya berlalu, Viviana memutuskan tidak akan menahan diri lagi. Dia memang menginginkan Abeno, tak perlu lagi mengingkarinya.

Hari ini adalah hari pertama Abeno akan kembali ke sekolah setelah menjalani hukuman skors satu minggu. Viviana akan mengajar jam pertama di kelas itu. Dikenakannya blouse biru terang dengan kerah berhias simpul kupu-kupu.

Saat dia masuk ke kelas itu, dilihatnya kursi di sudut ruangan masih kosong. Konsentrasinya jadi buyar. Abeno kemana? Apa dia belum masuk? Tidak, tas ransel biru milik Abeno sudah bertengger manis di sandaran kursi. Lalu dimana pemiliknya? Hati Viviana dipenuhi tanda tanya.

Rasa rindu yang ditahannya selama sepekan ini semakin menggila kala perjumpaan yang diharapkannya tak juga terjadi. Dalam hati Viviana sangat ingin menanyakan keberadaan Abeno pada Yuan, teman sebangkunya. Tapi apakah hal itu akan terlihat mencurigakan?

Usai mengajar, Viviana tak langsung meninggalkan kelas itu. Viviana mendekati Yuan, mengabaikan tatapan heran beberapa siswa. Ditelannya rasa malu, karena rasa ingin tahunya sungguh lebih besar.

"Yuan, dimana Abeno?"

"Tidak tahu, Bu. Tadi hanya bilang sedang malas pelajaran Matematika."

Oh, jadi Abeno memang sengaja membolos di jam pelajaran Viviana? Apa dia masih marah?

"Biasanya dia kemana kalau bolos pelajaran?" Viviana tak ingin menyerah. Yuan diam sejenak, tak langsung menjawab. Dia tampak menimbang-nimbang apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya pada guru Matematikanya itu.

"Saya tidak tahu, Bu." Yuan memilih untuk memberi jawaban yang aman. Bagaimanapun juga Yuan tak tahu ada apa di balik pertanyaan aneh guru cantiknya itu.

"Baik. Terima kasih, Yuan."

Lalu Viviana meninggalkan kelas itu dengan kecewa. Sesampainya di kantor guru, ruangan itu sepi. Sebagian besar guru masih mengajar, hanya beberapa yang tampak sibuk mengerjakan sesuatu di kantor. Viviana menangkupkan kepala, menempelkan keningnya pada kedua tangan yang terlipat di meja. Matanya memejam, meresapi rindu yang semakin menjadi di rongga dadanya.

Cowok BerondongkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang