Mengalah Meski Terluka

4.7K 211 1
                                    

Sebelum memulai part ini saya ucapkan terima kasih untuk reader semua. Saya penulis baru yang tidak menyangka bahwa tulisan ini akan dibaca sampai tembus angka 1k lebih. Apalagi saat saya update part baru yang belum genap sepuluh menit dan langsung ada yang baca karena cerita ini sudah masuk reading list dan pembaca juga langsung memberi vote, sungguh saya terharu. Terima kasih. I love you, Reader. Bagi yang belum vote dan follow akun saya, suara kalian masih saya nantikan untuk suntikan semangat dalam update part baru.

***

"Berarti malam ini kita harus kencan," pinta Abeno.

"Iya. Aku kan kemarin juga udah janji. Aku sengaja mengosongkan jadwal malam ini khusus buat kencan sama kamu." Viviana tersenyum.

"Kamu kan emang kerja sampai siang aja, kadang sore. Kalau malam mengosongkan jadwal apa?"

"Jadwal nonton drama korea," jawab Viviana dengan cengiran manjanya. Abeno hanya tertawa.

"Ok. Jadi kita mau kemana?"

"Nonton yuk!" ajak Viviana.

"Mengosongkan jadwal nonton cuma buat nonton juga?" Abeno mengerutkan dahi.

"Kan nontonnya beda, Ben."

"Tapi kan sama-sama nonton."

"Ya udah mending nanti malam nonton drama Korea aja di rumahku, gak usah keluar, murah meriah." Viviana berseru kegirangan. Sebaliknya, Abeno menampakkan wajah lesu.

"Ya gak gitu juga. Ok deh nanti malam aku jemput kamu, kita nonton, di luar, bukan di rumah," kata Abeno dengan menekankan setiap kata yang diucapkannya.

"Tapi aku yang pilih filmnya ya, aku pesan tiket sekarang." Viviana berkata girang.

"Iya, Sayang."

Lalu Viviana segera sibuk dengan HPnya. Mulai dari mencari rekomendasi film bagus, memesan tiket lewat aplikasi, sampai membayar tiketnya juga dengan aplikasi.

"Lho, kamu langsung bayar tiketnya? Harusnya biar aku aja yang bayar." Abeno protes.

"Gak papa, Sayang. Sama aja."

"Tapi kan aku cowok, Vi. Masak dibayarin ceweknya?"

"Gak papa, Ben. Sekali doang."

Akhirnya Abeno mengalah dan berkata, "Lain kali aku yang bayar."

"Siap, Boss!"

"Aku jemput kamu sebelum makan malam aja, ya? Biar kita sekalian makan malam bareng."

"Ok. Tapi kita pakai mobilku ya, dan aku yang nyetir," kata Viviana.

"Kenapa? Kamu gak mau bonceng motor aku?"

"Bukan, gak mau. Tapi kan kamu belum ada SIM, Ben. Kalau ada apa-apa gimana?"

"Ye ela, Vi. Walaupun aku belum punya SIM, aku sudah pakai motor bertahun-tahun, nyetir mobil juga aku biasa. Lagian, dua minggu lagi aku udah 17 tahun. Bentar lagi juga aku bisa buat KTP terus SIM, sekalian dua, SIM C sama SIM A."

"Tetep aja, Ben. Ini antisipasi. Bagaimanapun juga berkendara di jalan raya bagi anak di bawah umur itu melanggar hukum." Viviana masih bersikeras.

Dalam hati Abeno merasa tidak nyaman dengan perlakuan Viviana. Sikapnya jelas menganggap Abeno sebagai anak ingusan. Jiwa lelakinya sungguh terluka. Dia sangat ingin dihargai sebagai seorang laki-laki. Dia ingin bisa menjadi pria yang selalu diandalkan. Tapi dia mencoba mengalah. Tak ada gunanya berdebat, kenyataannya sia memang belum genap 17 tahun.

Cowok BerondongkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang