Suasana di ruang tamu rumah Viviana terasa mencekam. Tiga manusia sedang duduk dengan ketegangan masing-masing. Anita duduk dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. Matanya menatap bergantian sepasang kekasih yang duduk berdampingan di hadapannya. Dua orang yang ditatap hanya bisa menunduk pasrah.
"Kalian benar-benar keterlaluan," ucapnya tegas. Hening, tak ada jawaban dari dua manusia yang disebutnya 'kalian'.
"Tidak perlu bertanya-tanya kenapa saya tiba-tiba kembali ke sini." Kesan mengerikan semakin kental menggantung di ruang tamu mungil milik Viviana.
"Sepanjang perjalanan saya berpikir, di mana saya pernah mendengar nama Abeno dan siapa yang pernah menyebut nama itu sebelumnya karena nama itu terasa sangat tidak asing. Dan ternyata ...," ucap Anita sengaja menjeda kalimatnya.
"... Vi, Mama yakin Abeno adalah nama yang kamu sebut sebagai pacarmu waktu kamu menolak bertemu dengan Moreno. Mama benar, kan?"
Viviana hanya diam dan menundukkan kepala dalam. Tidak berani menjawab, ia tahu jawabannya tidak ada gunanya. Kejadian hari ini pasti sudah menjelaskan semuanya.
"Diam artinya iya," kata Anita diikuti embusan napas berat, ia masih mencoba untuk menahan amarahnya agar tidak meledak.
"Begitu Mama menyadari ini, Mama langsung membatalkan janji dengan teman Mama dan menelpon Mira." Anita menatap Abeno dalam saat menyebut nama Mira. Abeno sedikit gentar mendengar nama maminya disebut-sebut.
Viviana juga tak kalah terkejut dibanding Abeno. Di kepalanya mulai terbayang kemarahan Mami Abeno melengkapi petaka dalam hubungan yang baru seumur jagung ini. Tentangan dari mamanya sudah cukup membuat hubungan mereka terancam, bagaimana jika mami Abeno juga menentang hubungan mereka?
"Tapi Mama masih cukup baik sama kamu, Vi. Mama tadi telpon tante Mira hanya ingin memastikan kalau tante Mira tidak meminta Abeno datang ke mari untuk mengundang kita makan malam."
Mendengar perkataan Anita, Abeno dan Viviana sedikit merasa lega. Setidaknya mami Abeno belum mengetahui hubungan mereka. Tapi mengapa Anita tidak mengatakan yang sebenarnya pada sahabat dekatnya itu?
"Kalian jangan senang dulu. Saya tidak memberitahukan pada Mira yang sebenarnya karena saya masih berharap hubungan Viviana dan Moreno berjalan lancar. Saya tidak mau kemarahan Mira membuat semua rencana saya untuk menjodohkan Viviana dengan Moreno menjadi kacau." Abeno dan Viviana hanya bisa saling melempar pandangan.
"Asal kalian bersedia mengakhiri hubungan kalian, saya jamin Mira tidak akan tahu apapun. Abeno, tinggalkan anak saya dan setelah ini saya harap hubungan kalian hanya sebatas calon saudara ipar."
Abeno tidak bisa diam saja mendengar kalimat terakhir Anita. Dia tidak akan melepaskan Viviana begitu saja.
"Maaf, Tante, saya tidak akan meninggalkan Viviana. Silakan Tante mengatakan yang sebenarnya sama Mami saya. Apapun yang terjadi saya akan tetap mempertahankan Viviana."
"Jangan buru-buru memberi jawaban, Nak. Pikirkan kembali keputusanmu. Kalau sampai Mira tahu masalah ini, tidak menutup kemungkinan dia akan mengirimmu kepada papimu. Kamu berencana kuliah di Paris seperti kakakmu, kan? Atau kamu mau pergi ke Paris lebih cepat? Papimu pasti akan dengan senang hati menerima anak bungsunya untuk tinggal bersamanya di Paris dan kamu akan menyelesaikan sekolah menengahmu di sana. Jauh dari anak saya, Viviana. Bagaimana?"
Mendengar perkataan panjang lebar dari Anita membuat Abeno akhirnya bungkam. Tinggal bersama papinya bukanlah hal buruk. Sekolah di Paris juga adalah impiannya. Tapi tinggal jauh dari Viviana jelas bukan hal yang diinginkannya saat ini, saat hubungan manis mereka baru dimulai.
"Jadi bagaimana? Kamu akan meninggalkan anak saya secara suka rela atau saya akan memaksa kalian berpisah dengan meminta mamimu mengirimmu sekolah ke Paris? Saya bisa menelpon mami kamu sekarang juga kalau kamu mau."
Abeno tidak bisa berpikir jernih. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, yang dia tahu maminya tidak boleh mengetahui hal ini sekarang. Akhirnya Abeno memutuskan berpura-pura menerima tawaran Anita hanya untuk bisa mengulur waktu agar Anita tidak menelpon maminya dan memberitahukan masalah ini.
"Baik, Tante. Saya permisi." Lalu Abeno meninggalkan ruang tamu itu tanpa berpamitan pada Viviana. Dalam hati Viviana bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan Abeno, tapi dia yakin Abeno punya rencana agar hubungan mereka tidak berakhir begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Berondongku
Fiksi RemajaViviana, guru Matematika yang terkenal tegas dan disiplin. Ia menjadi guru di usianya yang masih muda berkat kecerdasannya. Dia memasuki sekolah dasar di usia belum genap 6 tahun dan di sekolah menengah pun ia mengambil kelas percepatan. Usianya bar...