Mereka semua terdiam kala seorang laki-laki tampan dengan senyum manisnya menerobos sekumpulan orang.
Itu adalah Elfiano Arka dengan peci hitam yang melekat pada kepalanya.
Panggil saja Arka, laki-laki ganteng yang tidak punya otak.
Masuk dalam daftar hitam anggota Osis, dengan catatan pelanggaran terbanyak.
Selain Osis yang capek menasehati Arka, Malaikat Atid pun juga lelah mencatat amal buruknya.
Semakin kesal jika Arka sudah bermain main dengan Malaikat.
Buka buku juga butuh tenaga, gak tahu apa seberapa banyak halaman yang harus dibalik? Demi sampai pada halaman terakhir Arka berulah.
Pas udah mau nyatet, Arka nya gak jadi buat dosa.
Dengan gregetan Malaikat Atid berkata, "JANGAN MAEN-MAEN." Ditutupnya buku amal buruk Arka dengan kasar, kemudian dia melirik teman yang tidak pernah absen berada disampingnya.
"GAES! JUJUR NIH! GUE SIH GAK PERCAYA YA KALO NI BOCAH PAKEK PECI." Datang satu lagi Manusia meresahkan. Namanya Han Ara Tea, akrab di panggil Ara, boleh panggil sayang ataupun Baby, tapi jangan dipelesetkan jadi babi. Gak elite katanya."BOCAH KAYAK ARKA BEGINI NIH," Ara menunjuk Arka dengan jari telunjuk nya. "KALO TOBAT BANYAK YANG GAK PERCAYA! CONTOHNYA KAYAK SEKARANG, PERCAYA DAH SAMA GUE! NI BOCAH PASTI ADA NIAT TERSELUBUNGNYA."
"LO PADA JANGAN PERCAYA SAMA ARA!" Arka membalas tak kalah kencang dari suara Ara, "MUSYRIK ANJENK!"
Koridor kelas 10 yang awalnya sepi kini terdengar gelak tawa di mana-mana.
Siapa sih yang gak kenal dua sejoli tersebut? Tanyakan pada rumput bergoyang, mereka pasti tahu!
Ara dan Arka juga terkenal dengan jabatan mereka sebagai wakil, dan ketua- kelas 12 IPA 3.
Tentang kelas 12 IPA 3, kelas yang bersisi orang-orang famous. Banyak sejarah, dan juga banyak dikenal oleh para guru.
Sudah jelas wakil dan ketua kelasnya adalah Ara-Arka, dan sangat dipastikan bahwa rakyatnya tidak jauh-jauh dari sikap pemimpinnya.
Contohnya Seperti yang terjadi saat ini.
"Heh, Ren! Pinjem catatan fisika dong!" Pagi hari harusnya diisi dengan kebahagiaan. Tapi berbeda dengan Ara yang sudah bad mood, dan sekarang lagi nangkring di pojokan sambil main game cacing.
Dia sudah tidak peduli dengan teman-temanya, mereka terlalu sibuk dengan catatan fisika.
Ara itu buta angka, lima kali lima saja kadang masih dihitung pakek jari. Dia itu udah goblok, gak belajar, makin goblok aja.
Kalau ada yang ngeremeh-in otak nya, dengan pede Ara akan berkata, "Gue itu aslinya pinter, cuman males belajar aja."
"Woy, Ren! Toner dari mana nih?" Fokus Ara teralihkan. Dia melihat Risa- teman sebangkunya yang tengah mengobrak abrik loker Rendy, mencari buku catatan fisika.
"Kelas sebelah tuh, kemaren gue nemu di lantai." Balas Rendy yang tengah bermain kartu bersama Arka di pojokkan.
"WOE REN PRINSIP KITA!" Ara berteriak pada Rendy. Tangan kanannya terangkat dengan semangat, membanggakan prinsip mereka.
Rendy balas berteriak pada Ara, "BARANG JATUH SAMA DENGAN GAK KEPAKEK!"
"Bengek Lo berdua," Risa terkekeh dari tempat duduknya.
Jadi, untuk Kalian semua, yang baru menginjakkan kaki pada kelas 12 IPA 3, Jangan merasa heran dengan tumpukan barang yang berada di sana.
Tahu kartu Remi yang tengah dimainkan Arka dan Rendy? Arka mengambil kartu itu dari tempat sampah. Katanya masih bagus, jadi lumayan buat koleksi mainan di kelas.
Kartu Remi masih wajar, tapi tidak dengan wajan yang dibawa pulang oleh Ara, Risa dan Rasta. Tiga sekawan yang selalu terlihat bersama, gak bisa lepas ibarat cancut dan juga BH, jangan lupakan talinya.
Mereka semua gak habis pikir- dari mana mereka bertiga mendapatkan wajan tersebut.
Ya gimana gak kaget?
Wajan tersebut didapatkan dari bekas pembakaran sampah yang berada di halaman belakang sekolah.
"WOILAH GURUNYA DAH DATENG AMNJIK!"
Mendengar teriakan Rasta- jiplakan Microfon penagih utang, membuat semua kembali pada tempatnya masing-masing.
Ara mencolek punggung Arka yang duduk di depannya- kode untuk memberikan contekan padanya nanti.
Sebagai balasan Arka mengacungkan jempol pada Ara.
"Eh, Lo dapet bocoran soal gak?" Risa bertanya pada Baim, teman sebangku Arka.
Baim menolah pada Risa, " Gak lah njir, Lo tahu sendiri budhe gue kayak gimana."
"Ini juga nih, ngapain lu?" Risa melirik Ara jengah. Sedari tadi gadis itu tidak bisa diam. Beberapa kali Risa melihat Ara mencari sesuatu dalam loker nya.
Ara menoleh pada Risa, kemudian dia kembali fokus pada tujuannya. "Kaca mana, kaca?"
Ara adalah tipe cewe yang tidak bisa jauh-jauh dari kaca. Ralat, bukan hanya Ara saja, melainkan semua penghuni 12 IPA 3 tidak bisa jauh-jauh dari kaca.
Sudah tidak dapat dihitung berapa kali mereka memecahkan kaca. Hingga meminta pada Sang wali kelas untuk memanjang kaca besar di kelas mereka.
"Ara lagi asik ngaca ya, bund." Jangan tanyakan itu suara siapa, sudah pasti itu Suara Bu Ratna. Guru fisika berkepala empat dengan 3 anak.
Bu Ratna termasuk dalam guru yang sangat di sukai oleh murid-muridnya. Dia galak? Mungkin lebih tepatnya dia tegas. Meski begitu dia masih bisa untuk diajak bercanda. Dia juga salah satu pembina Osis.
"Haris, habis rokok berapa seminggu?" Ara merasa lega, karena perhatian Bu Ratna teralihkan pada Haris.
Sebut saja Muhammad Al Haris. Kalau dirumah Akrab dipanggil Mas Aris, tampak seperti laki-laki alim yang tidak pernah neko-neko, halah tai!, Jangan percaya sama tampang nama dan wajah sok alim nya. Haris adalah cowok hobi nonton hentai di pojokan, selain itu hisapan rokok sudah menjadi candu bagi bibirnya.
"Dua belas kali tiga bu!" Laki laki berperawakan kecil itu menjawab dengan semangat, tak lupa menunjukkan dua gigi kelincinya.
"Yoh Yoh le, po Ra Wedi lak gulu-mu bolong?" Meski Bu Ratna berbicara menggunakan bahasa Jawa, Ara masih bisa memahami yang yang dikatakan oleh beliau.
Nenek Ara adalah orang Jawa asli, bisa dibilang beliau memiliki darah biru. Rumah yang ditinggali oleh Ara telah berdiri kurang lebih 35 tahun.
"Artinya?" Tanya Risa pada Ara.
"Intinya, Haris apa gak takut kalo lehernya berlubang, gegara kebanyakan ngerokok."
"Yo isis to, Bu!" Seru haris dengan menahan tawanya.
"Apalagi?"
"Adem katanya!" Jawab Ara. Dia tidak bisa lagi menahan gelak tawanya.
Ketawa Ara itu nular, buktinya satu kelas sekarang tengah tertawa!
oOo
Sumpah sih gaes, itu pernah gue alami tau. Kalo wajan itu, bukan gue yang ambil, tapi temen gue😭 dan itu Beneran dari tempat pembuangan sampah gitu.
Kayak tanah yang digali gitu gaes, tempat pembakaran sampah juga.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya😁
Jejak mu semangat ku😁
Daripada suami semangat ku💜👎😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen FictionTak mengapa, lupakan semua kenangan Sedih, pegang tanganku dan tertawalah Tak mengapa, sekarang hitung satu dua tiga Dan lupakan Lupakan semua kenangan sedih, pegang Tanganku dan tertawalah Mari berharap bahwa akan ada hari yang Lebih baik kalau kau...