Dua

89 76 53
                                    

"WOILAH! ITU GORDEN NYA TUTUP DULU!"

"PINTU JUGA TUTUP WOE!"

"INI RISKY MANA? LAMA BANGET AMBIL PROYEKTOR?!"

"TERUNTUK ARKA DAN ANTEK-ANTEKNYA, ITU MEJA PINGGIR-IN DULU DONG!"

Sudah menjadi hal yang sangat lumrah untuk 12 IPA 3 yang senantiasa mendengar teriakan toa dari Rasta.

Keadaan kelas saat ini sangat berantakan, semua meja didorong kebelakang oleh Arka DKK, tidak ada rapi-rapi nya sama sekali. Menyisakan ruangan yang cukup untuk mereka tempati.

Di depan sana, terlihat Rasta yang sibuk mengomandani, dan juga Risky yang tengah fokus memasang proyektor.

Keberuntungan itu selalu memihak pada kelas yang, rajin, baik, dan tidak sombong, contohnya kelas 12 IPA 3. Saat ini kelas mereka kedatangan tamu yang disebut 'jam kosong' suatu kebahagian bagi setiap kelas.

Guru bahasa Indonesia yang sangat mereka sayangi, meski tidak pernah serius dalam belajar. Beliau tengah ada keperluan mendesak, yang mengakibatkan ketidakhadiran-nya.

Ini namanya kelewat beruntung, tidak ada guru piket yang menyampaikan tugas, atau menggantikan guru bahasa Indonesia tercinta mereka.

Sebelum itu, Miss Aina, selaku guru bahasa Indonesia berpesan pada Arka untuk tidak membiarkan rakyat-rakyatnya keluar dari kelas. Meski pun tidak keluar, mereka tetap saja membuat ulah.

Jangan heran mengapa beliau bisa dipanggil dengan embel-embel Miss, itu terjadi satu tahun silam saat beliau memperkenalkan diri sebagai guru baru.

"My name is Aina, the beautiful teacher. Umur masih 17 tahun, anak sudah 2, suami baru satu." Kata yang terlontar saat beliau memperkenalkan dirinya sebagai guru baru.

Miss Aina termasuk guru yang terlewat santai. Baginya yang terpenting adalah; menyelesaikan kewajibannya menjadi seorang guru. Entah itu dihargai atau tidak oleh murid-muridnya. Sebelum pelajaran benar-benar berkahir, terkadang beliau bercerita beberapa hal.

Proyektor di depan sana menampilkan sebuah file yang berjudul 'film horor'
Terlihat banyak film horor yang dikoleksi oleh Ara.

Ara mengoleksi film horor bukan karena dia suka, tetapi karena dia ingin melihatnya bersama teman-temannya. Seperti saat ini.

Orang Jawa menyebutnya jereh, jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah orang yang penakut. Dan itu adalah kenyataan pada diri Ara.

Dia itu penakut, sok berani pula.

"Jadinya kita mau nonton apa?" Tanya Ara. Jari-jari nya meng- scroll koleksi koleksi film horor nya.

"Pocong keliling!" Seru Haris dengan semangat 45.

"Sange kok sama film horor, ck lemah!" Tahu kan, pada siapa Sofia menyindir?

"Sialan lo amnjik!" Haris mengumpat, kemudian dia terkekeh menanggapi sindiran Sofia padanya.

"Valak aja valak!" Salah satu teman Ara memberi usul.

"Gak ya! Gak mau gue, rumah gue deket Gereja woe." Saat film valak tengah booming-boomingnya, Ara sangat dilanda ketakutan tak berujung.

Dia merasakan pergerakan pada pahanya, terlihat Arka yang menggeliat lalu menegakkan tubuhnya. "Ribet Lo pada, nonton Cesper aja!"

Arka melirik pada Haris kemudian dia tersenyum menyerigai, "Endingnya Cesper tuh cipok-an, siapa tahu ada yang sange nanti."

"Gue lagi gue lagi, anjimm Lo pada!" Haris kembali terkekeh dengan sindiran Arka.

Teman temannya kembali ribut dengan pilihan film apa yang akan mereka tonton saat ini. Sedangkan Arka kembali merebahkan tubuhnya, dengan paha Ara yang kembali menjadi bantalan.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang