Epilog

4.1K 385 21
                                    

For God's sake hold your tongue and let me love.

Dari kumpulan puisi John Donne yang artinya:

Demi Tuhan, tahanlah lidahmu, dan biarkan aku mencinta.

-000-

"Jadi, bagaimana selanjutnya?" Elisabeth, putri bungsu dari pasangan Emily dan James Darlington bertanya dengan wajah penasaran. Elisabeth tampak seperti duplikat ibunya dengan rambut gelap dan mata berwarna hijau emerald.

Viola, putri sulung dari Vincent dan Penelope memasukkan satu per satu surat yang berceceran ke dalam kotak kayu yang berhiaskan pita setelah menunjukkannya ke Elisabeth yang usianya sebaya dengannya.

"Kata Mama, setelah itu Papa sungguh-sungguh mengirimkan surat kepada Baron dan Baroness. Suratnya disimpan Mama, jadi aku tidak pernah membacanya. Setelah itu, mereka berdua menikah."

"Romantis sekali," Elisabeth bertepuk tangan bangga.

"Kisah Cinta Mama-mu juga sangat romantis, Ellie," ujar Viola merendah. Mereka berdua baru saja berbagi kisah cinta orangtua mereka.

"Aku harap aku bisa jatuh cinta dengan indah seperti itu, menemukan cinta sejati, jatuh cinta, menikah, dan hidup bahagia dengan penuh cinta," mata Elisabeth berbinar sambil membayangkan masa depannya. "Aku hanya tidak paham bagaimana kakakku. Kalau membayangkan betapa buruk caranya memperlakukanku, aku tidak yakin dia bisa menemukan gadis yang disukainya."

Viola tertawa, "Kakakmu bersikap bandel karena sayang padamu."

Elisabeth menatap Viola dengan pandangan yang seolah mengatakan: jangan coba-coba berbohong karena aku tidak bisa dibodohi. Viola pun hanya menahan senyumnya.

Viola mendekap kotak surat yang dianggapnya sebagai hartu karun dengan sangat hati-hati. "Karena kau cantik, pasti akan banyak pria yang jatuh cinta padamu."

Elisabeth mengangguk tidak yakin, "Masih lama, tetapi kuharap demikian." Gadis itu tertawa secantik malaikat.

"Kakak, apakah kau melihat di mana tentara-tentaraku?" sebuah suara polos memanggilnya, dan Viola menyahut dengan riang.

"Aku melihatmu menyimpannya di kotak mainanmu kemarin malam, Laurie."

Laurie, adik laki-laki Viola yang baru berumur lima tahun menampakkan wajah merengek sedih. "Itu hadiah dari Paman Victor, aku harus menemukannya karena Paman akan datang hari ini dan mengajakku bermain perang-perangan..."

"Astaga, baiklah, aku akan membantumu menemukannya."

"Viola, aku sudah menemukannya." Terdengar sebuah suara dari lorong disusul langkah-langkah kaki yang cepat dan tegas. Lawrence, kakaknya muncul dengan kotak berisi tentara-tentara perang beserta peralatannya.

Viola mengerutkan kening saat melihat Laurie yang polos menerimanya dengan gembira. "Hei, itu kan mainan milikmu, bukan Laurie." Viola berbisik sambil mendekati kakaknya.

Lawrence meletakkan telunjuknya di depan jari. "Kurasa Laurie menghilangkan mainannya entah di mana, lagipula aku tidak memainkannya lagi..."

Viola mendesah. Berkebalikan dengan kakak laki-laki Elisabeth yang bandel, kakaknya Lawrence sungguh memiliki sifat seperti ayah mereka. Tenang dan kalem. Terkadang Viola merasa kakaknya tidak normal.

"Ayo kita semua turun, kudengar Paman Victor sudah datang dengan istrinya. Ibumu juga sudah datang, Elisabeth."

Elisabeth menggerutu. Kalau Ibunya datang, berarti kakaknya yang pulang dari Eton juga datang. Ia harus bersiap-siap menghadapi kebandelan kakaknya.

The Baron's Daughter - The Daughter Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang