And who understands? Not me, because if I did I would forgive it all
dari kumpulan puisi John Donne, yang artinya:
Dan siapa yang mengerti? Bukan saya, karena jika saya melakukannya saya akan memaafkan semuanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Hanya?" Penelope mendesah sedih. "Aku terlalu banyak minum dan tertangkap mencurigakan denganmu. Sebagai akibatnya, aku hanya harus menikah denganmu. Aku tidak melihat bagaimana semua ini bisa terasa begitu remeh di matamu. Aku... aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak menyukaiku."
Penelope melihat Vincent menatapnya seolah ia baru saja mengatakan sesuatu yang aneh. Seolah tanduk tiba-tiba muncul di atas kepalanya.
Vincent memiringkan wajahnya. "Siapa bilang aku tidak menyukaimu, Pennie?"
Penelope menelan ludah. Dari antara semua kemungkinan jawaban yang bisa diberikan Vincent. Well, sejujurnya Penelope hanya berani membayangkan Vincent menjawab dengan: Bagus sekali kalau kau menyadari bahwa situasi ini sama tidak menguntungkannya untukku. Atau: Tepat seperti itulah, Penelope. Aku tidak menyukaimu seperti halnya kau tidak menyukai ide pernikahan ini. Atau kemungkinan-kemungkinan jawaban sarkatis lainnya, Vincent malah menjawab pertanyaan dengan sebuah pertanyaan.
Penelope tidak tahu bagaimana ia harus menjawabnya. Karena jujur saja, bukankah pertanyaan Vincent terdengar seolah... pria itu secara tidak langsung mengatakan bahwa ia agak menyukai Penelope?
"Jadi, maksudmu..." Penelope memijit keningnya dan menghela nafas. Ia butuh berpikir cepat, bagaimana caranya untuk melepaskan dirinya dari kemelut ini. Bagaimana cara meyakinkan Vincent bahwa pernikahan ini bukan ide yang bagus?
Vincent tersenyum, dan untuk sedetik yang terasa begitu lama... Penelope berhenti berpikir karena mendadak ia tidak bisa bernafas.
"Aku menyukaimu, Penelope."
Vincent melihat bagaimana reaksi Penelope sesungguhnya sesuai dugaannya. Gadis itu tertegun, menatapnya tidak percaya. Tetapi tetap saja, sekalipun Vincent sudah menduganya, reaksi gadis itu terasa agak mengecewakan.
Bagaimana mungkin Penelope mengira Vincent tidak menyukainya? Oh, benar, tentu saja, karena memang ia tidak pernah menunjukkannya. Vincent berdehem. Ia seharusnya menyampaikannya dengan cara yang lebih halus, seperti mengatakan: Aku tidak mungkin tidak menyukaimu, Penelope?
Kening Vincent berkerut. Kalimat itu tidak terdengar wajar, tetapi mungkin bisa lebih bisa diterima akal sehat Penelope daripada terang-terangan mengatakan bahwa ia menyukai gadis itu. Vincent mendesah. Apakah masih terlambat untuk mengubah kalimatnya atau bagaimana? Biar bagaimanapun, Penelope masih menatapnya dengan mata terbelalak.
"Aku akan datang menemui orang tuamu besok."
Penelope buru-buru menolak. Rupanya efek kekagetannya sudah habis.
"Ti-tidak perlu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku bisa menangani ini."
Alis Vincent terangkat. "Kenapa kau sepertinya ketakutan dengan ide menikah denganku? Seburuk itukah?"
Penelope tidak menjawab, jadi Vincent merutuk dalam hati karena ia tahu jawabannya adalah ya.
"Aku sudah pernah menghancurkan masa depan seseorang. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi kepadamu. Kita bisa bertunangan terlebih dahulu, menunggu gossip mereda dan kemudian kau bisa menentukan kelanjutannya. Menikahiku atau berpisah."
Terdengar bukan seperti ide yang buruk, pikir Penelope. Ia pun mengangguk.
Wajah Vincent melunak dan ia memberikan senyuman masam. "Aku akan memanggilkan pelayan untuk membantumu tidur. Sementara itu, aku akan mencari adikku dan menanyakannya soal obat yang bisa membantumu agar bisa merasa lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baron's Daughter - The Daughter Series #2
Ficción históricaCerita ini sudah dimuat di akun HAI2017 (Historical Authors Indonesia) -Seri The Daughter #2 Miss Penelope Stratton terkenal sebagai si gadis baik hati, bukannya si cantik, si menawan, atau si primadona Season. Wajar setelah tiga season berturut-tur...