4

2.5K 361 4
                                    


The day breaks not: it is my heart.

dari kumpulan puisi John Donne, yang artinya:

Bukanlah hari yang hancur, tetapi hatiku

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penelope menegak anggurnya. Siapa bilang menjalankan rencana sama mudahnya dengan ketika kau merancangnya? Ia menyesap anggurnya lagi dan mati-matian menahan keinginan untuk mendecakkan lidahnya.

"Kau terlihat bosan," ujar seseorang.

Penelope mengangguk. Ia mulai bisa membedakan suara Vincent dan Victor sekarang. Dan kenyataan bahwa yang menghampirinya adalah Vincent bukanlah kenyataan yang patut dibanggakan.

"Kau tidak mengobrol dengan Victor?"

Penelope mengerling, mendengkuskan hidungnya. Dari sudut matanya ia bisa melihat Victor dan seorang Lady. Mereka terlihat luar biasa akrab, bahkan lebih dari sekedar itu. Mereka terlihat... intim.

Penelope menggerutu. "Victor yah... dia terlihat sibuk,"

Vincent tersenyum. Penelope hampir menyemburkan minumannnya. Pria itu jarang tersenyum! Baru saja Penelope berusaha mengamati pria itu lebih lama, ekspresi wajah Vincent sudah kembali datar.

"Aku tidak sibuk. Kita bisa mengobrol."

Penelope menggerakkan bahu. "Aku tidak keberatan," jawabnya. Ia meneguk minumannya lagi. Malam ini ia akan menghampiri kamar Victor untuk menjebak pria itu. Minum sedikit anggur lagi mungkin akan membantu meningkatkan keberaniannya. "Apakah kau mengobrol tentang cuaca?"

Sekarang Vincent mengernyit. "Apa aku boleh tahu sudah berapa gelas anggur yang kau minum?"

Penelope melirik gelasnya. "Dua? Tiga?" Ia merasa geli melihat wajah Vincent masih terlihat masam. "Aku belum mabuk, tenang saja."

"Baiklah, mari kita bicara tentang... peristiwa dua malam yang lalu..."

Penelope mengernyit. "Aku tidak mau membicarakan itu."

"Aku meminta maaf menodai reputasimu."

Penelope tidak bisa menjawab, jadi dia hanya memberikan sebuah anggukan yang elegan.

"Aku tahu, kau pasti sangat terkejut saat semua orang menonton kita seolah kita berdua baru saja melakukan hal yang cabul."

"Untungnya Victor muncul," sela Penelope. Vincent menatap wajah gadis di sebelahnya dan tak urung menyadari semu merah tipis yang menghiasi pipi gadis itu. "Jadi, tidak ada masalah apapun."

"Pen..."

"Pennie!"

"My Lady," Vincent langsung meninggalkan Penelope begitu Emeline menghampirinya.

Melihat cemberut di wajah cantik Emeline, Penelope hanya bisa menggerakkan bahunya. "Sulit." Mata Emeline ikut mengikuti arah pandang Penelope.

"Seharusnya aku tidak mengundang Lady O'Hara. Siapa sangka tunangannya ke Perancis membuatnya begitu binal?"

"Shush!" Penelope menghardik lembut kelakuan Emeline yang membelanya, tetapi tak urung ia tergelak geli. "Kata Mamaku kau tidak boleh berkata kasar ketika sedang hamil. Aku sungguh mencemaskanmu..."

"Kau sudah berdansa dengannya, bukan?" Kening Emeline mengernyit melihat pipi Penelope. "Astaga, Pennie. Kau tidak terlihat baik-baik saja. Pipimu merah seperti habis dicubit!"

"Sungguh?" Penelope menyentuh kedua pipinya dengan tangan. "Mungkin aku perlu menyiapkan diri sedikit?"

"Oh, kurasa tidak perlu. Penampilanmu yang seperti ini akan lebih menguntungkan sandiwara kita." Emeline mendekat dan memelankan suaranya. "Bagaimana? Apakah kau sudah siap untuk melakukan skandalmu?"

The Baron's Daughter - The Daughter Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang