20

633 116 10
                                    

"Kamu dimana sekarang?" tanya Deva saat sengaja tiba-tiba video call, rasanya setelah belakangan ini Ima seolah tak ada waktu untuknya.

Rasa curiga mulai menghinggapi, pikiran-pikiran jahat seolah terus menggodanya.

Tak mungkinkan Ima sedang menjauhi dirinya? Mencoba tetap berpikir positif ditengah keadaan yang sepertinya mendukung pikiran jahatnya.

Bahkan Ima menganggkat video call itu diluar dengan suara seseorang dihadapannya.

Fokusnya juga sedang ada diseberang sana. "Oh hai, maaf ya aku lagi ngumpul sama teman-teman aku"

Seolah terus memancing lawan bicaranya disana yang nampaknya laki-laki dengan suara bass miliknya sanggup membuat Ima tertawa meneriakan namanya.

Yang Deva ketahui bernama Mark itu, rasa cemburu kian menggerogoti. Melihat Ima bisa tertawa lepas saat dengan laki-laki itu, Deva seakan diberi tamparan tak kasat mata saat melihat dilayar.

Tenggorokannya tiba-tiba haus gatal ingin marah, tapi sadar bila saat ini dia ucapkan bisa membuat jarak dengan Ima semakin jauh.

Deva terus mengamati keadaan sekitar hingga tak sengaja laki-laki itu pamit ke toilet dan melewati layar hp.

Jadi itu, sosok bule dengan rahang yang tegas. Tampangnya memang menarik tapi tentu saja Deva tidaj boleh kehilangan rasa kepercayaan dirinya.

"Kamu dekat sama dia?"

"Yang tadi namanya Mark. Dia sering bantu aku, kita biasa kok pergi ngumpul-ngumpul gini. Cuma yang lain lagi ngambil makanan jadi kelihatannya berdua sama dia"

Entah Ima berbicara benar atau tidak bahkan ditambah gerak-gerik diakhir tampak agak ragu.

"Sudah pamit sama orang rumah?"

Ima mengangguk lalu merespon, "yang lain lagi keluar dirumah kosong. Makanya aku terima makan diluar"

"Ima, tolong jangan biarkan pintu dibuka saat Tuan rumah sedang pergi" Deva sarat akan sindiran bagi dirinya.

Ima yang tidak mengerti maksud perkataan Deva pun dibuat bingung, tentu saja dirinya tak mungkin menerima tamu saat seorang diri dirumah terlebih itu lawan jenis meskipun termasuk temannya.

Atau arti lain yang mungkin Ima taksir seperti ini, Ima tolong jaga perasaan kamu selagi aku jauh? Bahkan Ima yang membayangkan Deva mengucapkan secara tidak langsung saja dibuat geli. Dan terkekeh.

"Kamu tahukan, maksud aku?"

Seketika Ima terdiam sadar apa selama beberapa minggu ini dirinya mulai nyaman dekat dengan Mark hingga melupakan Deva?

Cepat-cepat Ima meneguk meminuman didekatnya. "Kita sambung lagi, saat kamu sudah dirumah. Aku tunggu!"

Baru kali ini, Ima merasa resah akan perasaannya.

______________________________

Saat tiba di rumah Ima buru-buru membersihkan diri lalu menarik hpnya untuk menghubungi Deva. Tak ingin dirinya salah paham terlebih selama ini mereka hampir tidak pernah bertengkar hebat.

Bahkan melihat raut Deva dilayar saja Ima sudah kalut dibuat bingung.

"Deva kamu marah?"

Apa masih bisa Ima bertanya seperti ini setelah melakukan kesalahan yang bisa saja fatal nantinya.

"Selama beberapa minggu ini kamu sibuk banget? Kamu ada kegiatan apa sampai lupa buat ngabarin aku? Kamu sadar kita ini sudah jauh dari jarak jangan lagi kamu buat jarak yang buat kita makin jauh. Kalau kamu memang sudah lelah bilang sama aku jangan tiba-tiba ngilang kayak gini?"

Deva & Deka [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang