26

847 123 17
                                    

Ini pertama kalinya aku ngedit kayak gini, menurut kalian bagaimana? Kira-kira nilai 1-9 aku ada ditahap brp?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini pertama kalinya aku ngedit kayak gini, menurut kalian bagaimana? Kira-kira nilai 1-9 aku ada ditahap brp?

"kenapa pada diam sekarang? Bahkan tadi kalian sudah mendesah bersama kan?" Bang Shakala dengan mulut pedasnya tak lupa raut wajah yang sangat sinis.

Bahkan kalimat yang terlontar pun begitu frontal tanpa penghalus atau filter.

"Bang tapi kita--"

"Apa mau berkilah lagi setelah tertangkap basah? Deva sebenarnya hubungan macam apa yang kamu jalani selama ini? Kamu mau jadi bebas sebebas apa? Kamu sadar umur kamu sudah sematang ini, jika sudah tak tahan segera nikah bukannya tabur benih kayak kucing. Iya kalau dengan satu orang kalau kalau lebih? Kamu bisa berpikir tidak? Jaman sekarang banyak penyakit ganas akibat pergaulan bebas. Abang akui sex itu nikmat bagi yang melakukan tapi apa bisa kenikmatan sesaat bisa jadi dosa yang kamu tanggung hingga ajal menjemput"

Lihat kan? Bahkan semua jawaban yang belum Deva ucapkan sudah dipotong oleh Bang Shakala.

Ibarat catur ini mah Deva sudah Skamat! Kalau kata anak sekarang fat, wafat, fat, fat~

"Kamu juga, kalau sudah tahu Deva kayak gitu bukannya ditimpuk atau minimal tendang burungnya malah ngikut aja. Kamu berhak melindungi diri" lihatlah Ima yang menunduk tak berani menatap Shakala, kemana perginya keberanian wanita satu itu.

Bang Shakala tidak tahu saja Ima bahkan lebih parah dari adiknya, dan tak mungkin juga Deva membuka kartu itu. Bisa tambah runyam bila itu terjadi.

"Kamu tunggu apalagi? Segera bersihkan diri kamu. Ima duduk disini"

Jangan tanya tercyduknya Deva dengan Ima ini membuat Deva merasa angin segar sedang berhembus dihadapannya.

Tentu pria yang satu itu sangat bahagia. Tak mungkin kan Ima akan menolaknya kali ini. Bahkan bisa jadi mereka akan menikah secepatnya.

Tapi begitu selesai dari mandi segar dan harapan yang melambung tinggi Deva salah.

Wanita satu itu berani mengambil tindakan yang merunyamkan masalahnya.

Abangnya bahkan raut wajahnya lebih keras karena menahan geraman menekan rahangnya untuk terus tertutup.

"Wanita macam apa yang kamu pilih ini Deva?"

Bahkan keluarga Deva juga tidak akan menerimanya, lebih baik seperti ini sebelum makin jauh dan semuanya semakin hancur.

"Masih pantas kamu pergi setelah membuat kekacauan ini? Tetap disini, tidak ada yang boleh pergi sebelum Abang yang minta"

Ima yang sudah bersiap pergi pun kembali duduk saat diperintah.

"Deva, abang tanya sekali lagi apa kamu siap menerima dengan wanita ini?"

Bahkan raut wajah Deva kini tampak sangat serius, Shakala sudah tahu adiknya yang satu ini selalu membuat ulah tanpa alasan namun dibalik itu semua dia tahu. Deva memang menginginkan hal ini. Dan dirinya selaku abang hanya bisa mendukung meski kecewa.

Deva & Deka [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang