18

675 122 12
                                    

Hari ini Deva sangat terburu-buru akibat bangun telat dan setelah melihat sekitar kembarannya sedang tidak disampingnya.

Bahkan alarmnya tidak berdering seperti biasanya tapi setelah dicek ternyata dirinya yang terlalu lelap hingga tak sadar suara berisik itu berdering.

Deva buru-buru mandi dan mengganti bajunya tak lupa menyeret tasnya begitu kasar.

Motor yang harusnya dibawa pelan-pelan di polisi tidur di ajak lompat olehnya, kecepatannya tak tanggung-tanggung.

Hingga tanpa sadar motornya menyenggol salah satu mobil yang terparkir dipinggir jalan dekat kampus.

Bahkan bisa terlihat gerbang kampus yang masih rame mahasiswa berlalu lalang.

Sial.

Ternyata didalam mobil itu ada pemiliknya dibalik kemudi hingga menuntun Deva kepinggir jalan.

"Maaf pak! Saya tidak sengaja, saya buru-buru mau ada kelas!"

"Kamu tahu aturan kan? Turun dari motor!"

"Tapi pak saya--"

Deva kehabisan kata-kata saat diseret turun dari motor.

"Begini anak muda jaman sekarang, kalau salah itu minta maaf yang sopan bukan asal main kabur!"

"Tapi pak saya bukan kabur, bapak bisa telepon nomer di kartu ini. Saya sedang di kejar dosen ini" bahkan Deva mengulurkan kartu nama abangnya, Shakala.

"Jangan main kabur, kamu kira saya gak mampu ganti kerusakan mobil saya? Saya minta kamu minta maaf yang sopan"

Kejadiannya begitu cepat bahkan polisi yang sedang lewat pun ikut andil dalam masalah sepele ini.

"Ada apa ini?" tanya polisi yang sedang berpatroli melihat keributan dipinggir jalan.

Bapak yang mobilnya terparkir itu pun menceritakan semuanya, hingga akhirnya masalah itu merembet ke kantor polisi.

"Bang!!" pekik Deva yang sedang duduk lalu berdiri saat Bang Shakala datang tak seorang diri, rupanya abangnya baru saja menjemput Naya pulang sekolah.

"Naya tunggu di mobil ya!" gadis kecil itu pun pergi sambil memegang cilok ditangannya.

"Kamu tahu Deva, kamu salah hari ini. Seterlambat apapun jangan pernah ugal-ugalan apalagi saat berkendara bersyukur hanya serempet kendaraan. Bagaimana jika kelalaian kamu sampai menghilangkan nyawa orang? Kamu harusnya sadar itu. Jika kamu masih seperti ini, kamu balik ke rumah. Biar Deka saya yang diam di kost" tegas Shakala saat menuntun adiknya untuk pulang ke rumah sementara waktu.

"Maaf. Deva nyusahin abang" Deva merenungi kesalahannya, sadar dirinya juga hendak lepas tangan tadi ingin segera ke kampus dan menyerahkan permasalahan ke abangnya. Begitu tidak bertanggung jawab dirinya bahkan tak sopan saat meminta maaf saat kejadian pikirannya hanya pada kelas yang terlambat dia datangi.

Tapi kini, dia sadar. Harusnya tidak seperti itu. Dirinya sudah bukan anak-anak lagi bahkan kini masalah yang dia pikir sepele membawanya untuk pertama kali menginjak kantor polisi.

Memang bukan kasus yang kriminal atau kekerasan maupun pelecehan tapi tindakannya termasuk tindakan tidak terpuji dan lalai akan fasilitas jalan yang harusnya dirinya lebih hati-hati. Terlebih masih sering ada anak-anak sekolah dasar yang sering melintas menyebrang asal-asalan tanpa tahu kanan-kiri.

Jadilah karena kecerobohannya bukan hanya kelas hari ini yang tertinggal tapi aturan tata krama yang selama ini diajarkan oleh kakaknya. Terlupakan begitu saja.

Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan semasa hidupnya. Selama ini senakal-nakalnya Deva tidak sampai membuat Shakala menasehati dirinya seperti tadi.

Deva & Deka [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang