25

861 110 12
                                    

"Deva, tolong jaga Naya ya. Abang harus ke rumah sakit sekarang Mbak mu mau lahiran" titip Naya, pesan Abang Shakala pada Deva yang kaget karena melihat abangnya buru-buru mengantar masuk Naya.

"Kakak, jangan nakal ya ntar lagi adek mau keluar jadi jangan nangis lagi ok. Ayah tinggal dulu, nurut sama Om Deva ya!" Shakala mengelus rambut anaknya lalu pergi.

Beruntung Naya tidak rewel seperti anak pada umumnya yang ditinggal sebentar oleh orang tuanya.

Kebetulan hari sudah sore dan Deva meminta Naya untuk mandi dulu sambil menyiapkan pakaian untuk gadis kecil itu.

Walaupun masih sering bertingkah Deva tetap bertanggung jawab dan mampu mengendalikan diri pada situasi saat ini.

Setelah beres Deva meninggalkan Naya ke dapur, guna membuatkan makanan untuk gadis kecil itu.

"Aish.." ringisnya saat tak sengaja tergores pisau.

"Deva, biar aku aja!" dengan lihai Ima menguasai dapur Deva.

Deva sempat melupakan, pertemuannya dengan Ima lewat pesan yang sempat dia berikan.

Memang hingga saat ini wanita yang sedang menguasai dapur maupun pikirannya itu, tidak menjawab keinginannya untuk kembali sebagai kekasih.

Namun tak salahkan memulai kembali dengan sebagai teman? bermodalkan contekan hubungan saudara kembarnya berharap Deva bisa seperti itu.

"Naya, sini!!" panggil Deva saat anak itu, berdiri didekat sofa memperhatikan Ima dari sana.

Deva yang melihat pun menarik Naya mendekat, "Opss!! Sorry aku gak tahu kalau kamu--" begitu menyadari keberadaan anak kecil didekat Deva.

Ima bahkan tak menyangka Deva telah memiliki seorang anak?

"Ini Naya, anaknya Bang Shakala, kakak laki-laki pertama aku. Mungkin kamu tahunya, aku punya kakak perempuan nah, itu kakak kedua ku"

"Ayo Naya, ini tante Ima. Salam dulu!"

"Naya tante, Tante cantik sama kayak Tante Intan" mendengar pujian seperti itu Ima tersipu. Akankah ia masih memiliki kesempatan untuk mempunyai anak secantik Naya ini?

"Ima!!" panggil Deva saat melihat Ima menatap penuh kekaguman pada Naya.

"Maaf, tante ngelamun. Ayo ke meja makan. Makanannya sudah siap" Ima hingga lupa akan keadaan yang sebenarnya dirinya adalah tamu dan Deva tidak mempermasalahkan itu.

Memang untuk urusan memasak Deka lebih jago ketimbang dirinya, akibat terlalu sering makan diluar.

Deva kembali pasif dalam urusan dapur. Berharap pendampingnya kelak lihai dalam memanjakan lidah maupun isi perutnya.

"Masakan tante Ima enak banget, ajarin dong tante. Ibu kalau di rumah suka gak ijinkan Naya, katanya Naya masih kecil"

"Iya nanti tante ajarin, makannya yang banyak biar cepat gede"

Melihat perhatian Ima kepada Naya, membuat Deva merasa tersisih dan juga senang.

Baik Naya maupun Ima gampang berbaur dan bisa dikatakan terlalu cepat akrab layaknya orang yang sudah lama mengenal padahal pertemuan mereka hanya beberapa jam yang lalu.

Dan sekarang hari sudah mulai gelap. "Naya ayo tidur dulu!" Deva mengarahkan Naya untuk memasuki kamar dan memerintah Ima untuk tetap menunggunya diruang tamu sambil menonton televisi.

Selagi menunggu Deva menidurkan Naya, memang kebiasaan gadis kecil itu selalu didongengkan sebelum tidur baik dari Ayah maupun Ibunya.

Merasa haus lama menunggu, Ima memutuskan untuk kedapur mengambil air meminumnya sambil berjalan kembali ke ruang tamu.

Deva & Deka [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang