{Bagian 1}

35 4 2
                                    

"Apa kau bodoh?! Kau mau menjadikan anak berumur 15 tahun itu seorang ratu?!" Teriak Duke Diandra kepada Duke Filadelfo.

"Duke Diandra tenanglah, tak ada pilihan lain. Hanya dialah satu-satunya keluarga kerajaan yang tersisa saat ini."

Aku yang sedang berjalan di lorong, tak sengaja mendengar perselisihan mereka di sebuah ruangan.

"Tapi dia itu bodoh! Pembawa sial bagi kerajaan ini!" Teriak Duke Diandra lagi.

Hatiku yang tidak kuat lagi, akhirnya membuatku masuk kedalam ruangan itu.

"Aku tak ingin menjadi ratu!" Kataku yang sontak membuat mereka berdiri dari kursi mereka karena terkejut.

"Y-yang mulia... Tapi anda harus-"

"Sudah aku bilang aku tak ingin menjadi ratu!" Kataku memotong perkataan Duke Filadelfo.

Karena kesal dan air mataku mulai mengalir, aku akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

Aku berjalan menelusuri lorong istana dan akhirnya menuju ke kamarku. Di sana ada dua orang dayang setia yang selalu ada untukku.

°°°

"Yang mulia, kenapa anda menangis?" Tanya Ione dengan suara lembutnya kepadaku.

"Ione, apakah aku bodoh?" Tanyaku dengan terisak.

"Tentu saja tidak yang mulia."

"Ione, aku tak ingin menjadi ratu. Kenapa aku harus menjadi ratu?" Tanyaku lagi.

"Karena yang mulia adalah putri yang bijaksana, sama seperti mendiang yang mulia raja." Jawabannya membuatku berhenti menangis.

"Larisa, tolong panggilkan Fidelio. Aku ingin berbicara dengannya." Setelah membungkuk kepadaku, Larisa pergi menemui Fidelio.

Tak lama kemudian Larisa dan Fidelio datang. Fidelio adalah teman masa kecilku sekaligus calon penasihat kerajaan. Fidelio akan menjadi penasihat kerajaan jika salah satu anak dari ayah dan ibuku naik tahta.

"Ada apa yang mulia memanggil saya?" Kata Fidelio sembari membungkuk kepadaku.

"Kenapa kamu berbicara formal? Biasanya kamu bicara biasa kepadaku." Jawabku.

"Karena yang mulia tuan putri akan segera menjadi ratu nanti." Katanya sambil tersenyum.

"Aku tidak ingin menjadi ratu."

"Kenapa yang mulia?"

"berhenti memanggilku yang mulia." Kataku.

"Baik tuan putri." Jawabnya dengan wajah tersenyum yang membuatku sebal.

"Yang itu juga jangan." Kataku dengan wajah masam.

"Baik Cenora."

"Itu lebih baik." Jawabku sambil tersenyum jahil.

"Jadi kenapa kamu tidak ingin jadi ratu?" Tanya Fidelio.

"Aku tak ingin dihina lebih jauh lagi dari ini, maka dari itu aku tak ingin menjadi ratu." Jawabku dengan wajah menunduk.

"Tapi cuman kamu keluarga kerajaan yang tersisa, lagi pula kamu tak ingin kan Duke Diandra yang mengambil alih tahta itu? Kamu tahu dia orang yang seperti apa." Jawab Fidelio.

"Duke Diandra akan mengambil alih tahta?" Tanyaku tak percaya.

"Ya, tentu saja kamu tahu kan urutan bangsawan di kerajaan ini. Keluarga Duke Diandra adalah orang yang menempati posisi tertinggi di kalangan bangsawan karena dia mantan Grand Duke." Mendengar perkataannya aku jadi berpikir.

Queen 15 Years [Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang