"Tapi yang mulia, jarak istana utama dengan istana selir sangat jauh. Akan terlihat mencurigakan jika seorang dayang berjalan ke sana-kemari dari istana selir ke istana utama." Kata Baroness Zenan.
"Ah, sebenarnya saya juga sudah memikirkan itu." Kataku sambil tersenyum.
Aku menjulurkan kedua tanganku dan seketika cahaya berwarna keemasan kecil muncul dan membentuk seperti burung merpati.
"Ya ampun yang mulia!" Kata Countess Emerald terkejut.
"Sebenarnya ini karena aku keturunan ibuku yang merupakan putri dari Kekaisaran Crystalion. Kurasa kekuatannya diwariskan kepadaku, tapi aku hanya bisa menggunakan sihir sederhana ini saja." Kataku sambil tersenyum.
"Ah, jadi begitu." Kata Countess Emerald.
"Jadi yang mulia, apakah maksud yang mulia kami akan mengirimkan surat lewat burung itu?" Tanya Marchioness Aetos.
"Iya benar sekali, setiap malam sebelum tidur aku akan mengirimkan burung ini ke masing-masing kamar nyonya, jadi nyonya semua tidak usah khawatir tentang itu." Kataku tersenyum.
"Baik yang mulia."
"Jadi apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?" Tanyaku.
"Tidak yang mulia." Jawab Baroness Zenan.
"Baiklah, besok kalian datang kembali ke sini, aku akan perkenalkan kalian kepada Cerelia."
"Baik yang mulia."
Aku pun berdiri dari kursi diikuti nyonya-nyonya bangsawan yang ada di ruangan itu.
"Terimakasih sudah mau membantuku Marchioness Palas Aetos, Countess Alceena Emerald, dan Baroness Calia Zenan." Kataku sambil membungkuk hormat.
"Yang mulia, anda tidak perlu seperti ini. Yang mulia sekarang adalah yang mulia ratu, bukan seorang putri lagi. Tak pantas jika seorang ratu membungkuk di hadapan orang yang lebih rendah dari kami." Kata Marchioness Zenan memegang bahuku.
"Ah iya." Kataku canggung.
'Ternyata bibi masih sama saja...'
°°°
Mereka akhirnya pergi dari istana kerajaan menuju ke kediaman mereka masing-masing. Aku pun kembali mengerjakan persoalan kerajaan bersama Fidelio di ruang kerjaku.
"Fidelio."
"Ya, yang mulia?"
"Bagaimana proses pencarian kakakku?"
"Ah, sayangnya masih belum ada kemajuan yang mulia." Kata Fidelio murung.
"Begitu ya." Aku pun berpikir sejenak.
'Kenapa bisa hilang di kamar ya?... Eh!'
"Fidelio apakah sudah menyuruh orang menyelidiki kamar kakak?"
"Sudah yang mulia, tapi tidak ditemukan apapun."
"Ah begitu..."
'Kenapa jadi seperti jalan buntu... Kakak sebenarnya kamu kemana...'
"Ah iya, bagaimana dokumen penyelidikan tentang Cerelia?"
"Dokumennya ada di sini yang mulia." Kata Fidelio menyerahkan beberapa dokumen kepadaku.
'Jadi dia benar diasingkan... Tapi kenapa ayah dan ibu setega itu... Kakak juga tak pernah cerita kepadaku, sebenarnya apa yang terjadi di keluarga ini?' kataku sambil menatap dokumen itu begitu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen 15 Years [Indonesia]
Fantasy"Aku pikir aku akan bahagia jika menjadi anak kedua. Pada akhirnya satu-persatu orang menghilang dari kehidupanku meninggalkan aku sendiri." "Kehidupan ini berat, kalau kau terus melewatinya bersama orang lain. Kau tidak akan bisa melewatinya sendir...