{Bagian 4}

11 3 0
                                    

Aku melihat tumpukan bebatuan emas besar di dalam gua.

"Tuan Count, kira-kira berapa harga semua emas ini?" Tanyaku.

"Satu batu besar nya kira-kira bisa mencapai lebih dari seratus triliun goldar* yang mulia."

'Seratus... Triliun... Goldar...?!'
"Ah, banyak sekali..." Gumam-ku.

"Apakah ada masalah yang mulia?" Tanya Count Emerald.

"Ti-tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu." Kataku canggung.

'Bagaimana kalau emas ini aku gunakan untuk investasi? Tapi dengan siapa? Atau sebaiknya aku simpan saja dulu di gudang dengan pengamanan ketat? Atau aku sumbangkan semuanya kepada rakyat miskin?
Ah... Sekarang aku tahu rasanya bingung menghabiskan uang. Tunggu... investasi, gudang, rakyat... Itu dia!'

"Fidelio, berapa angka jumlah kemiskinan di kerajaan ini?" Tanyaku.

"Ah, angka kemiskinan kerajaan ini hampir mencapai empat puluh persen yang mulia."

"Fufufu, sekarang buang saja diagram itu aku tidak butuh lagi."

"A-apa? Yang mulia?"

"Aku akan menyumbangkan sebagian emas ini untuk rakyat miskin agar angka kemiskinan itu hilang jadi aku tak butuh diagram itu lagi. Dan sisanya akan aku investasikan, juga simpan untuk cadangan uang kerajaan."

Fidelio pun akhirnya tersenyum mendengar ucapan-ku. "Kalau begitu, baik yang mulia, akan saya buang semua diagram kemiskinan."

°°°

Setelah keluar dari gua, aku penasaran dengan wajah Count Emerald yang sedari tadi tersenyum.
"Tuan Count, ada apa dengan anda?" Tanyaku penasaran.

"Tidak, saya hanya menyadari sepertinya anggapan orang-orang kepada Anda selama ini salah, anda adalah orang yang baik hati dan bijaksana seperti mendiang ayah anda yang mulia."

"Ah, kurasa itu terlalu berlebihan. Tapi terimakasih sudah memuji saya dan mendiang ayah saya. Saya permisi dulu, semoga anda dan keluarga sehat selalu."

"Terimakasih yang mulia, semoga kerajaan dan anda selalu bersinar."

Aku pun naik ke kereta kuda dan pergi meninggalkan wilayah bagian barat laut kerajaan untuk kembali ke istana.

°°°

Ketika sudah sampai, tak terasa hari sudah petang. Setelah sampai di depan gedung istana, ada seorang perempuan berambut merah marun dengan mata ungu yang menungguku.

"Selamat datang kembali kakak." Kata Cerelia menunduk hormat kepadaku setelah aku turun dari kereta kuda.

"Siapa yang mengizinkanmu untuk keluar dari istana selir?"

"Maafkan saya kakak, saya hanya ingin menyambut kakak."

"Kembalilah, aku ingin beristirahat." Aku pun mengacuhkannya dan segera masuk ke gedung istana utama.

°°°

Setelah itu aku pun mandi dimandikan dayang-dayangku.
"Yang mulia bagaimana perjalanannya?" Tanya Fiolita.

Fiolita sebenarnya adalah dayang ibuku, namun karena ibuku meninggal, Fiolita akhirnya beralih menjadi dayangku. Total dayangku sekarang adalah tiga orang. Selain itu, Fiolita adalah ibu dari Fidelio, karena peraturan di kerajaan-ku, istri dari penasihat raja biasanya akan melayani istri raja, yaitu ratu.

Queen 15 Years [Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang